Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

'Srimulat' versi Tari Kontemporer

Kelompok tari Montalvo-Hervieu dari Prancis menyajikan serangkaian tari dengan gerak akrobatik. Sebuah tontonan baru yang menghibur.

26 Maret 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PARADIS
Kelompok tari:Compagnie Montalvo-Hervieu (Prancis)
Penyelenggara:Centre Choregraphique National De Creteil et Du Val De Marne & CCF Jakarta
Tempat:Teater Tanah Airku, TMII, Jakarta Timur
Sungguh, jika Anda pengin menari padahal bukan penari, mulai sekarang tak perlu bersedih hati. Grup tari kontemporer Montalvo-Hervieu dari Prancis dapat menampung Anda dengan bekal kebisaan Anda, misalnya bisa jungkir-balik, main sulap, ataupun sekadar megal-megol. Yang penting lucu. Inilah kelompok tari kontemporer di luar batas angan-angan. Artinya, bayangan kita tentang tari kontemporer amblas sudah jika kita mengharap dari grup ini seperti kelompok Alvin Nikolai, Alvin Alley, ataupun Paul Taylor. Selama satu jam kita disuguhi satu tontonan saja, Paradis alias Firdaus. Pertunjukan terdiri dari potongan-potongan yang satu sama lain tak ada hubungannya tapi menyatu, seperti kita menikmati nasi putih yang dicampur gado-gado, daging goreng, mi goreng, dan tahu-tempe bacem. Jadi, tetap enak.

Sepuluh penari itu—perempuan dan lelaki—menari klasik, kontemporer, breakdance, berteriak, minum, berciuman, ataupun sekadar megal-megol. Adegan tari di pentas itu digabung dengan film video yang menggambarkan adegan para penari (dengan ukuran badan persis dengan para penari) yang juga bertingkah aneh-aneh, yang disorotkan ke dua "layar bioskop" yang dipajang di panggung. Adegan gabungan ini menciptakan pertunjukan yang terus mengalir. Tidak hanya penari yang ganteng dan cantik, "layar bioskop" ikut pula menampilkan kakek-nenek, anak-anak, yang mondar-mandir ataupun berlarian dikejar gajah, ular, keledai, anjing, atau harimau.

Kepiawaian editing dan efek spesial di "layar bioskop" telah berhasil menyuguhkan adegan yang mokal, kocak, dan aneh. Adegan-adegan gabungan antara yang nyata dan yang fiksi itu menampilkan seorang penari betulan yang berdiri mepet ke layar, yang tubuhnya dipanjat "penari gambar" yang kemudian dipanjat pula oleh "penari gambar" yang lain sampai bertingkat-tingkat. Atau sejumlah "penari gambar" bergantung di awang-awang dengan tangannya berpegangan, lalu disamper seorang penari betulan yang mencoba menggaet tangan itu, tapi berkali-kali tak kesampaian. Ada pula adegan di layar yang menampilkan segerombolan penari jatuh dari langit yang mencoba mencium seorang penari beneran yang siap menodongkan bibirnya.

Grup serupa, Laterna Magica dari Polandia, pernah main di Taman Ismail Marzuki akhir tahun 1960-an, dan di acara Expo 70, Jepang, pertunjukan sejenis menyuguhkan sulapan yang memikat: di layar seorang perempuan menyerahkan seekor kucing kepada seorang pria di luar layar. Maka, kucing dari dalam layar itu pun benar-benar menjelma menjadi kucing sungguhan di tangan pria itu. Hanya, grup pimpinan Jose Montalvo ini bergerak jauh lebih leluasa dan tak dibatasi oleh kaidah seni tari. Tepatlah kalau kita menyebutnya kelompok ini adalah "Srimulat versi tari kontemporer" karena tujuannya memang untuk menggedor tawa penonton dengan adegan-adegan tari yang lucu. Maka, muncullah Walid Boumhani yang lentur seolah tubuhnya tanpa tulang, dan Laurent Chedri yang melakukan spin di atas kepalanya dalam suguhan breakdance-nya atau adegan penari pria yang membagi minuman yang disedotnya dari mulut dua penari perempuan lewat ciuman. Lalu ketiganya menyemprotkan cairan itu ke udara. Tentu tak ketinggalan, suguhan si bahenol Chantal Loial yang menggoyangkan dada dan pantatnya yang segede bola, alamak…, penonton pun histeris bersorak-sorai.

Jose Montalvo dengan Dominique Hervieu (koreografer pendukung) mendirikan grup ini pada 1985 di Paris. Lenggok para penari beragam dari berbagai etnis ini diiringi musik Antonio Vivaldi, Jean Philipe Rameu, dan D.J. Tal.

Masyarakat Jakarta benar-benar mendapat berkah dengan bertandangnya grup tari kontemporer ini. Selama ini belum pernah tepuk tangan selama tiga menit terjadi sebagai luapan kegembiraan yang luar biasa dari penonton untuk menyambut Paradis.

Danarto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus