Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

1979, Potret Sebuah Angkatan

Para alumni seni rupa ITB angkatan 1979 melakukan reuni dengan pameran bersama. Karya mereka kaya dimensi sosial.

15 Oktober 2007 | 00.00 WIB

1979, Potret Sebuah Angkatan
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ketika pasar buku Palasari Bandung terbakar beberapa waktu lalu, perupa Tisna Sanjaya merasa ada unsur kesengajaan di baliknya. Ia lalu datang ke pasar itu. Ia meraup dan mengumpulkan abu dan sisa-sisa buku yang hangus. Bahan itu kemudian dibawanya ke rumah. Diolah lagi dan disusun menjadi kolase buku di atas bidang yang sudah dilumuri lem kayu.

Instalasi buku yang kemudian diberi judul Siklus Abu itu kemudian dipilihnya untuk dipajang di antara karya teman-teman seangkatannya, angkatan 79 Seni Rupa ITB. Inilah sebuah pameran reuni. Di Galeri Soemardja ITB, 20-an orang alumni angkatan 1979 dari jurusan seni rupa dan desain merayakan 60 tahun usia Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB dengan pameran bersama dengan tajuk A Day In The Life.

Tampak karya Tisna sangat berdimensi sosial. Di atas gunungan buku hangus itu, ada tubuh kelabu yang seperti melayang-layang. Bagian kepalanya ditutupi dedaunan. Di sekelilingnya langit yang menghitam, di sela-selanya sebuah sekop tergolek. ”Gambar tubuh yang melayang itu berasal dari tubuh saya sendiri,” kata Tisna. ”Jadi saya berbaring di atas bidang, kemudian jejaknya saya lukis lagi.”

Angkatan 79 ITB dikenal angkatan yang mencetak banyak ”bintang” dalam dunia seni rupa kita. Selain Tisna, misalnya angkatan itu menghasilkan Agus Suwage, Arahmaini, Marintan Sirait. Semua karya mereka juga dikenal kuat dengan dimensi sosialnya. Di pameran itu Agus, misalnya, menampilkan karya berjudul Macho Man. Gambar pria bugil bertopeng dengan pose seperti orang disalib di atas kertas 188x225 sentimeter; sosok dalam karya tersebut merupakan versi dua dimensi dari karya patung berjudul sama.

”Pada versi tiga dimensi, wajah di balik topeng itu bisa dilihat jelas sebagai wajah milik George Bush (Presiden Amerika) yang sangat gemar menuding orang lain teroris,” katanya. ”Tinggal buka saja topengnya.” Begitu pula dengan karya Agus dari bahan aluminium berjudul Pasukan Macho. Sepuluh patung laki-laki berpenis pistol ukuran 55x8x34 cm itu menyampaikan pesan serupa.

Tapi tidak semua alumni angkatan 79 mengolah tema politik. Elis Setyo, lulusan desain, menampilkan instalasi berjudul Keseharian. Instalasi ini mengangkat dunia kesehariannya—sebagai praktisi desainer interior. Elis menampilkan colour board, meja kerja lengkap dengan pernak-pernik peralatan dan bahan perancangan berikut lampu meja, satu laci penuh bahan dan dokumen termasuk dokumen rencana anggaran biaya, panel foto-foto interior. Juga lukisan diri.

Selain karya Tisna, Agus, Elis, dan Retno, Arahmaini, Marintan Sirait masih ada karya Irawan Karseno, Budi Leksono, Hermanto G.S., Tri Hadiyanto, Renee Arturpalit, Supangkat Wahyudi. Semuanya menampilkan corak sendiri-sendiri. Irawan Karseno, yang sehari-hari juga aktif menjadi konsultan desain, masih setia dengan lukisan abstrak.

Terlihat bahwa dari sebuah angkatan bisa lahir berbagai kecenderungan. Terlihat juga dari satu angkatan, mana saja alumninya yang masih mengikuti perkembangan mutakhir dan mana yang ”ketinggalan zaman”.

Retno Pamedarsih, misalnya, masih asyik melukiskan dunia kesehariannya sebagai seorang ibu. Dengan menggunakan pensil warna di atas kertas 60x40 sentimeter, Retno seperti ingin membagi kegemasannya ketika menggambarkan polah anak balita. Tiga karya Retno tersebut diberi judul lucu-lucu, yakni Oo Gitu Caranya, Kelon Bapak, dan Mmm Kopinya Pahit.

Pameran angkatan 79 ITB itu merupakan sebuah reuni unik yang bisa memberikan pintu masuk untuk membaca sejauh mana alumni sebuah angkatan bisa mewarnai peta kreativitas dan bisnis dunia seni rupa Indonesia.

Erik Priberkah Hardi (Bandung)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus