Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

3 Fakta Menarik Cinta Pertama Ayah, Serial yang Angkat Isu Kekerasan Seksual

Bukan sekadar drama romantis biasa, Cinta Pertama Ayah akan membuat orang penasaran siapa pelaku kekerasan seksual terhadap karakter utama perempuan.

29 Januari 2024 | 22.15 WIB

Serial Cinta Pertama Ayah yang dibintangi Yasmin Napper dan Al Ghazali. Dok. Vidio
Perbesar
Serial Cinta Pertama Ayah yang dibintangi Yasmin Napper dan Al Ghazali. Dok. Vidio

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Cinta Pertama Ayah merupakan sebuah crime drama tentang perjuangan ayah mencari keadilan untuk anak perempuannya. Melalui serial ini, para filmmaker dan pemainnya berharap bisa meningkatkan kesadaran masyarakat akan isu kekerasan seksual.

Selain itu, Cinta Pertama Ayah juga ingin menanamkan semangat pada para korban kekerasan seksual bahwa mereka tidak sendirian. Orang-orang tercinta di sekitarnya selalu berusaha hadir dan mendukung dalam setiap kejadian yang dialaminya.

Serial Cinta Pertama Ayah tayang mulai Sabtu, 27 Januari 2024 di Vidio. Sebelum menonton, simak fakta-fakta menariknya berikut ini:

1. Antara cinta dan relasi kuasa

Cinta Pertama Ayah mempunyai alur yang dalam, di mana konflik yang dibangun antar individu dihadirkan dengan kompleks dan tidak linear. Ada perangkap dalam hubungan cinta remaja yang toksik, cinta ayah yang besar hingga rela melakukan apa saja demi anak tercintanya, cinta orang tua yang dimanifestasikan secara salah sehingga menghasilkan berbagai disfungsi sosial pada keluarganya. Ini semua bermuara pada sosok Amara.

Sutradara Hadrah Daeng Ratu mengungkapkan bahwa ini adalah karya yang menguras segenap energinya. “Ini bukan sekadar drama romance, tetapi ada unsur crime investigation yang membuat orang penasaran siapa pelaku kekerasan seksual pada Amara di akhir series. Tantangan yang dihadapi adalah dengan banyaknya adegan emosional yang menguras air mata, bagaimana untuk tetap konsisten sehingga emosi tersebut terakumulasi dan ter-deliver,” katanya.

Hadrah menambahkan bahwa tidak terlalu mendapatkan hambatan selama penggarapan serial ini karena dari sisi naskah sudah solid dan tereksekusi dengan baik oleh para pemain. Semua berlangsung natural.

2. Pendalaman Karakter Yasmin Napper dan Al Ghazali

Penjiwaan Yasmin Napper sebagai gadis yang mengalami PTSD (post-traumatic stress disorder) setelah mengalami kekerasan seksual sangat meyakinkan. Gesture dan aktingnya bisa menghadirkan emosi yang kuat. Yasmin mengaku riset khusus untuk mendalami karakter Amara.

“Dari riset yang kulakukan, mengalami kekerasan seksual itu pengalaman sangat traumatik. dan banyak terjadi di sekitar kita. Korban kebanyakan diam karena memang tidak mudah keluar dari trauma ini. Pelajaran penting dengan peranku sebagai Amara ini adalah kita tidak perlu takut untuk speak up, karena yang mencintai kita, akan tetapi mendampingi kita. #KamuNggakSendirian,” katanya.

Sementara di serial ini kita bisa melihat sisi lain dari Al Ghazali dalam memerankan karakter yang tidak biasa. Karakter yang seperti kuat dari luar, tetapi sebenarnya rapuh di dalamnya. Kehadirannya sebagai pacar Amara yang mendapatkan peristiwa naas mengharuskan Al Ghazali untuk mengupas berbagai lapisan emosi.

“Ini adalah karakter yang challenging sekaligus unik dari semua karakter yang pernah aku mainkan. Tantangannya adalah bagaimana meramu semua gejolak emosi baik itu senang, sedih, hampa, kosong, dan berpindah pindah dari satu emosi ke emosi berikutnya,” kata Al Ghazali.

3. Cinta Ayah yang tanpa syarat

Cinta Pertama Ayah sukses mengangkat hingga ke sisi paling dalam bagaimana suasana kebatinan seorang ayah yang sebagian dirinya ikut hancur ketika anak yang disayanginya hancur. Aktor yang selalu memerankan tokoh versatile, Teuku Rifnu bisa menghadirkan berbagai raw emotion seperti rasa sedih, takut, cemas, tersakiti, hingga ketidakberdayaan.

Begitu kompleksnya peran seorang ayah, di mana rasa kasih dan harapan berlebihan pada salah satu anak membuat terlukanya inner child dari anak yang lain. Bagaimana frustasinya dia harus menghadapi orang yang dengan kuasanya bisa memainkan hukum. Dan segenap kompleksitas hidup seorang Ayah.

Teuku Rifnu Wikana mengaku ini pengalaman yang luar biasa dalam sejarah dia sebagai seorang aktor. “Pertama membaca naskahnya, saya tidak berpikir panjang langsung menerima. Ceritanya sungguh dalam dan banyak pesan moral dan sosial yang bisa diambil. Peran Darma itu kompleks. Karena secara hubungan emosional dia bersentuhan dengan semua karakter yang ada di series ini, terkhusus dengan Amara,” katanya.

Dia menambahkan bahwa peran sutradara sangat menentukan keberhasilan selama proses syuting. Hadrah Daeng Ratu piawai untuk mengarahkan dengan tenang, hadir dengan emosinya, sehingga adegan demi adegan dramatis hasilnya mengesankan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus