Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

5 Jenis Alat Musik Tradisional Nusantara, Bagaimana Cara Memainkannya?

Indonesia memiliki banyak alat musik tradisional di setiap daerah. Sasando salah satunya, begini cara memainkannya/

9 Juni 2021 | 14.41 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Rino Excel Pah, 12 tahun, memainkan alat musik sasando, di Kupang, 2015. ANTARA News/ Lia Wanadriani Santosa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Tidak hanya pulau dan lautnya yang membentang luas, Indonesia kaya khazanah kebudayaan, salah satunya memiliki beragam alat musik tradisional. Setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas musik tersendiri yang diambil dari unsur bahasa dan yang paling penting yaitu alat musik. Musik yang ada di berbagai daerah sering disebut sebagai musik nusantara yang menunjukkan ciri khas Indonesia.

salah satu unsur yang cukup penting dalam musik Nusantara yaitu alat musik tradisional yang memiliki ciri khasnya masing-masing. Alat musik yang digunakan untuk meniciptakan atau memainkan dari musik-musik nusantara bertujuan untuk sarana keagamaan, upacara budaya atau ritual, sarana hiburan, sarana ekspresi diri, sarana komunikasi, pengiring tarian, atau sarana ekonomi. Berikut 5 alat musik tradisional yang ada di Indonesia.

Bangsi Alas.

Untuk pertama dimulai dari provinsi paling barat Indonesia, Nanggroe Aceh Darussalam. Selain terkenal dengan kopi Aceh Gayo, provinsi yang dijuluki Serambi Mekah ini juga memiliki alat musik yang cukup terkenal, Bangsi Alas. Alat musik ini menyerupai seruling yang dimainkan dengan cara ditiup. Alat musik ini banyak dijumpai di daera Lembah Alas, Aceh Tenggara.

Menukil dari kanal resmi Pemerintah Aceh, acehprov.go.ig, Secara tradisional pembuatan Bangsi dikaitkan dengan adanya orang meninggal dunia di kampung/desa tempat Bangsi dibuat. Apabila diketahui ada seorang meninggal dunia, Bangsi yang telah siap dibuat sengaja dihanyutkan disungai.

Untuk bentuk fisknya, Bangsi Alas memiliki panjang 41 cm dan berdiameter 2,8 cm, yang mana memiliki 7 buah lubang dibagian atas bansi dan setiap lubangnya semakin ke ujung akan semakin lebar. dari 7 buah lubang memiliki fungsinya tersendiri yang terbagi dalam enam buah lubang nada, dan satu buah lubang udara yang letaknya dekat dengan tempat yang ditiup.

Sasando.

Laiknya kecapi atau harpa, sasando dimainkan dengan kedua tangan untuk memetik dawainya. Alat musik ini berasal dari Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT). Sasando sendiri diambil dari Bahasa Rote, sasandu yang memiliki arti bergetar atau berbunyi. Selain terkenal di Indonesia, eksistensi alat musik ini sudah sampai ke mancanegara.

Sasando biasanya dimainkan menggunakan kedua tangan dengan arah yang berlawanan. Tangan kanan berperan untuk memainkan accord, sedangkan tangan kiri sebagai melodi atau bass. Untuk memainkan musik ini diperlukan harmonisasi perasaan dan teknik yang mumpuni untuk menghasilkan nada yang merdu. Lebih lanjut, keterampilan jari dalam memetic juga sangat diperlukan.

Gendang Panjang.

Dari namanya saja sudah bisa ditebak cara memainkan alat musik dari Kepulauan Riau ini. Untuk memainkan alat musik ini biasanya dilakukan dengan memukul bagian membrannya dengan telapak tangan. Alat musik tradisional ini sering digunakan untuk mengiringi lagu daerah bersamaan dengan alat musik lainnya atau dimainkan dalam upacara tertentu, seperti pernikahan, penyambutan tamu penting dan lain sebagainya.

Menurut Ketut Wisnawa dalam buku Seni Musik Tradisi Nusantara (2020), Gendang panjang berbentuk silinder, panjangnya kira-kira 53 sentimeter. Bahan utama pembuatan badan gendang panjang berasal dari kayu marbau yang sifatnya keras dan tahan lama. Alat musik tradisional ini memiliki ukuran diameter sekitar 15 sentimeter hingga 30 sentimeter.

Sampe.

Alat musik ini banyak dijumpai dan menjadi ciri khas Suku Dayak di Kalimantan Timur. Sampe merupakan alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara dipetik. Alat musik ini memiliki penamaan yang berbeda-beda di setiap subsuku Dayak. Suku Dayak Kenyah, Dayak Bahau dan Kayaan menyebut alat musik ini dengan nama sampek atau sape. Sedangkan suku Dayak Modang menyebutnya sempe dan suku Dayak Tunjung serta Banua menyebutnya sebagai kecapai, karena mirip kecapi.

Awalnya alat musik ini berfungsi untuk menyatakan perasaan, baik perasaan riang gembira, rasa sayang, kerinduan, bahkan rasa duka nestapa. Seiring berkembangnya jaman, alat musik ini tidak hanya digunakan untuk hal-hal tersebut, Sampe juga berfungsi sebagai alat musik hiburan dalam suatu keluarga besar.

Fu.

Fu merupakan alat musik yang terbuat dari cangkang kerang dan memainkannya dengan cara ditiup. Alat musik yang berasal dari Maluku Utara ini berguna untuk memanggil penduduk dan juga mengiringi tari-tarian khususnya masyarakat Suku Asmat, Kabupaten Merauke. Alat musik ini memberikan harmonisasi dan juga memberikan warna tersendiri untuk musik-musik yang berasal dari Timur Indonesia.

GERIN RIO PRANATA

Baca: Symphoni Nusantara Pamerkan Alat Musik Tradisional

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus