Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mereka seperti bumi dan langit. Bagi banyak bintang sinetron, masa pascaproduksi adalah masa untuk membeli ini-itu. Tapi Mohamad Sunjaya bukan bintang sinetron. Dialah orang yang akan berpikir keras setelah lakon dipentaskan dan penonton bubar: barang apa lagi yang bisa dijual?
Untuk pementasan Musuh Masyarakat pekan lalu di Jakarta, motornya terancam terjual. Bagaimanapun, ia mesti menomboki biaya produksi pertunjukan teater. Dulu motor merek Kawasaki miliknya sempat menginap di pegadaian setelah pementasan Pangeran Sunten Jaya. Dengan kata lain, aktor senior 66 tahun ini sudah hafal dengan "ritual" yang dijalaninya selama bertahun-tahun. Setiap kali berproduksi, kantongnya langsung kempis. Tapi ia tetap enggan dinyatakan sebagai orang yang setia terhadap teater. "Jangan gunakan kata setia, menyeramkan, nanti ada yang tidak setia," katanya berkilah.
Sunjaya merasa cukup memandang dirinya sebagai orang yang "kecanduan dan sangat menikmati teater." Dan memang perjalanan hidup Sunjaya bukti tak terbantahkan akan suatu kecanduan yang sangat parah. Oktober depan, misalnya, ia sudah merencanakan pentas baru memainkan naskah pendek yang cukup dimainkan dua aktor di pekarangan orang.
Untuk pentas sekecil apa pun, persiapan Sunjaya selalu maksimal. Sebelum pentas, misalnya, Sunjaya biasa menyendiri. Namun yang paling membuat para juniornya menaruh hormat adalah totalitas Sunjaya dalam produksi. "Jarang ada seniman sesenior Kang Yoyon yang masih mau terjun langsung macam dia," puji Wawan Sofwan, juniornya di Bandung. Yoyon panggilan akrab Sunjaya.
Sunjaya memulai debut teaternya pada 1955 lewat lakon berjudul Di Langit Ada Bintang karya Utuy Tatang Sontani. Saat itu ia masih berusia 18 tahun dan duduk di bangku SMA-A Bandung. Yang juga ikut dalam produksi itu adalah Suyatna Anirun. Pada 1958, keduanya ikut dalam pendirian Studiklub Teater Bandung (STB). Sejak saat itu, nama dua orang ini tak bisa dipisahkan satu sama lain dalam berkesenian sampai Anirun meninggal tahun lalu. Sunjaya tak berhenti pada STB saja. Pada 1999, ia mendirikan Actors Unlimited sebagai alternatif jalur realis STB.
Menurut Sunjaya, profesi aktor tak bisa ia lepaskan karena ia memang tak berbakat di bidang lain. Ia tak bisa menjadi militer seperti kakak kandungnya, bekas Menteri Dalam Negeri Yogie S. Memet. Mengingat status aktor teater justru sering membuat tekor, Sunjaya menggantungkan hidupnya lewat profesi lain: penyiar radio. Sejak 1971, Sunjaya bekerja di Radio Mara, Bandung. Sarang ini membuatnya betah karena Mara memang suara alternatif dari siaran RRI yang serba dinas. Boleh dibilang, Sunjayalah yang meletakkan dasar-dasar jurnalisme radio, yang saat itu belum dikenal.
Sebagai aktor, Sunjaya sudah memerani begitu banyak tokoh, mulai Julius Caesar hingga Prabu Siliwangi. Kecenderungan perannya dalam tahun-tahun terakhir ini memang sebagai sosok penguasa. Mungkin ini sesuatu yang sifatnya alami mengikuti usianya. Sekalipun dalam latihan Sunjaya juga sering menggeluti lakon yang sifatnya eksperimental, dalam pentas resmi selalu saja ia muncul dalam bentuk realis. Ia tidak menutup diri, tapi hanya bentuk realis yang paling pas untuknya. Bagaimana bila ini dianggap kilah keterbatasannya sebagai aktor? "Kalau yang mengkritik cewek, baru saya dengerin," kata Sunjaya bercanda.
Keseharian Sunjaya di luar panggung memang tampak rileks. Ia tak risau sekalipun sampai saat ini masih indekos dan hidup melajang. Kesantaiannya ini paling tecermin lewat kesukaannya menenggak minuman keras. Penonton yang menyambangi Sunjaya di belakang panggung seusai pementasan akan dengan cepat merasai aroma alkohol dari mulutnya. Namun, setahun lalu, kebiasaan ini hilang. Ceritanya, suatu hari seorang wanita teman teaternya minta dibelikan bir. Saat minum bersama, Sunjaya merasai bir di lidahnya seperti air seni. Penasaran, ia membeli minuman keras di toko lain. Hasilnya sama saja. Jeda tiga bulan tidak membawa perubahan. Semula teman-teman menertawainya, bahkan berlomba-lomba mengoleh-olehinya jenewer impor. Tidak mempan juga. "Artinya, tubuh saya memang sudah benar-benar bilang tidak," kata Sunjaya.
Kita tahu, Sunjaya pernah kecanduan minuman keras, dan berhenti. Sunjaya kecanduan teater, dan tak berniat pensiun.
Yusi Pareanom, Endah W.S.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo