Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Untuk pentas di Jakarta, musikus Evan Ziporyn hanya membawa dua alat musik ke atas panggung. Yang pertama klarinet pendek dengan badan warna hitam, dan yang kedua klarinet bas yang kinclong mengkilat, yang panjangnya dari mulut sampai lantai. Kedua alat musik itu dipakai berganti-gantian saat memainkan repertoar yang dia dan rekan komponisnya, Christine Southworth, namai In My Mind and In My Car. Pentas berlangsung di panggung Komunitas Salihara pada Sabtu, 4 Juli lalu.
Repertoar In My Mind terdiri atas sepuluh lagu. Masing-masing berdurasi 5-10 menit. Ziporyn memainkannya bertubi-tubi hampir tanpa jeda. Perpindahan antarlagu sengaja dibikin tak tegas. Penonton jadi ragu di setiap akhir lagu, apakah bertepuk tangan atau tidak, karena begitu satu lagu selesai, Ziporyn segera mengambil ancang-ancang memainkan lagu berikutnya. Walhasil, hampir semua penonton memilih hening. Hanya satu orang yang terus-terusan bertepuk tangan di setiap jeda pendek antarlagu.
Materi pementasan mereka terdiri atas hal-hal berikut ini: sebuah sajian visual bikinan Southworth yang mendominasi panggung, musik latar yang telah dibikin sebelumnya dan dimainkan layaknya minus one, kemudian Ziporyn menimpali apa yang terjadi di panggung dengan meniupkan melodi-melodi dari kedua klarinetnya.
Permainan Ziporyn bisa dibilang berada di antara komposisi dan improvisasi. Ketika muda, ia mendalami musik jazz. Ada partitur baku untuk setiap lagu yang dimainkan, tapi ia tetap membuat banyak ruang untuk improvisasi. "Ada bagian ketika saya main beriringan dengan musik latar, ada yang benar-benar improvisasi," katanya.
Baik dari segi musik maupun visual, In My Mind merupakan secercah cerminan petualangan Ziporyn dan Southworth di dunia musik. Keduanya alumnus universitas ternama, Massachusetts Institute of Technology (MIT). Ziporyn adalah profesor dan Direktur Kehormatan Center for Art, Science, and Technology. Sedangkan Southworth meraih gelar master di jurusan matematika. Ia menempuh studi strata duanya di jurusan musik komputer dan komposisi multimedia di Universitas Brown.
Keduanya sama-sama aktif dalam kelompok gamelan di MIT bernama Galak Tika. Ziporyn sebagai pendiri dan Southworth sebagai pengurus. Ziporyn, 55 tahun, mengenal gamelan sejak berusia 21 tahun. Suatu kali, ketika muda, ia bertamasya ke "pulau seribu pantai" dan jatuh hati pada gamelan Bali. Di kemudian hari, gamelan Bali menjadi obyek penelitiannya. Ziporyn juga mengunjungi banyak tempat selain Bali. "Saya ke Tanzania, Zimbabwe, Bulgaria, dan Spanyol, mempelajari instrumen yang hidup di sana," ujarnya.
Aksen musik Bali terasa dalam lagu berjudul Wargasari. Ziporyn berpanjang-panjang mengalunkan melodinya, sementara suara gemericik air sungai dan denting pelog gamelan mengiringi sebagai latar. Ketika mereka maju ke lagu berikutnya, penonton seolah-olah loncat ke belahan dunia lain. Ziporyn dan Southworth membawa hadirin ke Skotlandia, tempat ratusan peniup Scottish bagpipe baris-berbaris mengumandangkan sebuah mars.
Lewat lagu Ride Captain Ride, pendengar digiring masuk ke dunia kartun Mickey Mouse yang menghipnotis karena ditampilkan repetitif di layar. Pada lagu ini, Ziporyn menerapkan teknik yang berbeda dengan lagu lainnya. Ia sudah merekam beberapa lapis suara klarinet lebih dulu untuk dipasang sebagai latar. Ia kemudian menimpalinya sehingga terdengar seperti banyak orang sedang bernyanyi berbalas-balasan.
Disuguhi musik dan visual yang intens selama satu jam rupanya cukup melelahkan juga. Ada semacam kelegaan ketika pementasan akhirnya usai. Layar visual menghitam dan Ziporyn nyelonong pergi dari panggung. Penonton bingung, tak bertepuk tangan, juga tak beranjak dari kursi. Ini pertunjukan sudah selesai atau belum? Semua menjadi jelas ketika lampu ruang pertunjukan dinyalakan. Oh, rupanya pentas sudah selesai. Inilah saatnya bertepuk tangan sebelum meninggalkan ruangan. Seandainya Ziporyn dan Southworth lebih santai dan interaktif dalam menyajikan karyanya, barangkali penampilan mereka tak akan berujung antiklimaks seperti itu.
Ananda Badudu
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo