Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Annie dari South Carolina

Heidi Gray tidak lulus dalam seleksi pertama audisi pemeranan Annie. Tapi ia pantang menyerah.

15 Agustus 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Annie yang ini tidak keriting. Rambut merahnya lurus menyentuh bahu. Dia lincah tapi tak menggebu-gebu. ”Aku tidak ingin meniru Annie yang dulu-dulu, ini adalah Annie-ku,” kata Heidi Gray, 12 tahun, kepada Tempo.

Heidi sudah hampir setahun jadi pemeran utama dalam pentas musikal Broadway, Annie, yang diproduksi oleh Troika Entertainment. Ia mendapat peran itu setelah berhasil menang dalam audisi di New York pada Maret 2015. Lawannya 200 anak perempuan usia 10-12 tahun dari seluruh Amerika Serikat.

Heidi berasal dari North Augusta, South Carolina. Kota di sisi utara Sungai Savannah itu terbilang kecil, penduduknya hanya 25 ribu. Untuk ke New York, pusat ­Broadway yang gemerlapan, butuh waktu 12 jam berkendara dengan mobil.

Menjadi bintang Broadway adalah impian Heidi sejak usia tiga tahun. Cita-cita itu muncul saat ia menonton film Little Mermaid bikinan Disney di televisi. Pada akhir film, ada cuplikan dokumenter tentang persiapan pentas Broadway Little Mermaid. Heidi kecil dengan penuh keyakinan memberi tahu ibunya bahwa ia harus tampil di Broadway suatu hari.

Heather Coughenour, 38 tahun, panik juga mendengar keinginan putrinya. Heather tidak punya pengalaman sedikit pun di bidang musik atau teater. ”Aku tidak tahu bagaimana harus mengarahkan putri kecilku mencapai cita-citanya,” ujar ­Heather saat ditemui di Jakarta.

Hal yang bisa dilakukan Heather adalah memfasilitasi putrinya dengan berbagai kursus untuk mengasah kemampuan bernyanyi dan aktingnya. Terbukti Heidi memang berbakat. Range vokalnya lebar, aktingnya alami. Dia juga periang dan optimistis. Menurut Heather, putri sulungnya itu bersikap melampaui umur. Heidi tahu betul apa yang dia inginkan dan sungguh-sungguh mengejarnya.

Jadwal Heidi dari Senin hingga Jumat dipenuhi berbagai macam kelas musik dan tari. Dia juga tergabung dalam paduan suara gereja dan komunitas teater lokal. Tapi ia masih ingat sekolah dan tak pernah meninggalkan pekerjaan rumah.

Heidi tahu, bila nilainya buruk, orang tuanya akan memaksanya memilih antara sekolah dan teater. ”Aku sering bilang 'Heidi, be a kid, mess something up',” ujar Heather tertawa. ”Tapi dia begitu berfokus dan serius akan mimpinya.”

Saat kabar audisi untuk peran Annie sampai ke North Augusta, keluarga dan teman-teman Heather mendesaknya membawa Heidi ke New York. Heather, yang jarang mengemudi, membawa Heidi ke lokasi audisi di kota apel menempuh perjalanan 12 jam dengan mobil.

Heidi serius mempersiapkan diri untuk audisi pertama. Video pentas Annie terdahulu, terutama versi orisinal yang diperankan Andrea McArdle, ia tonton berulang-ulang. Tapi Heidi tak lolos audisi. Bukannya menyerah, Heidi malah makin semangat berlatih. ”I aim for the stars dan bekerja keras untuk itu,” ujar pembenci pelajaran matematika itu.

Pada kesempatan audisi kedua, Heather dan Heidi kembali mencoba peruntungan di New York. Kali ini kerja kerasnya terbayar. Sutradara Martin Charnin memilih Heidi sebagai yang paling pantas memerankan Annie. Terlibat dalam pentas Annie, hidup Heidi berubah drastis. Dia harus izin dari sekolah untuk mengikuti tur keliling Amerika Serikat selama enam bulan. Dalam sepekan, Heidi harus tampil dalam delapan pertunjukan.

Istirahat sebentar, lanjut lagi tur internasional. Jakarta adalah kota pertama yang didatangi dalam tur ini. ”Luar biasa, aku 17 jam terbang dengan pesawat,” kata gadis yang belum pernah sekali pun ke luar negeri ini.

Keluarga Heidi serius pula mendukung jalan anaknya. Ayah Heidi, kata Heather, sengaja mengundurkan diri dari pekerjaan agar bisa menemani Heidi selama tur. Guru juga disediakan agar Heidi tak ketinggalan pelajaran. Harga yang harus dibayar Heidi adalah kehilangan waktu di sekolah dan kesempatan bermain dengan kawan-kawan sebaya. Sedihkah dia? ”Ya, tapi, hey, tak semua orang juga bisa jadi Annie dan keliling dunia,” katanya seraya tersenyum. MOYANG KASIH DEWIMERDEKA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus