Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Apresiasi itu mahal, ternyata

Konsep pengenalan para remaja terhadap musik serius diperkenalkan oleh bina musika dari dep p & k yang dibentuk di semua ibu kota propinsi. di beberapa kota kursus ini tergolong mahal. (ms)

14 April 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TERASA rampak dan rapi di panggung dalam Teater Besar TIM yang ber-AC serombongan kanak-kanak meniupkan karya-karya orkestral Handel dan Bach. Mereka serius bagai orang-orang tua. Apalagi enam dari mereka melengkapi celana hitam dan hem putihnya dengan dasi kupu-kupu sementara 20-an kawan perempuan meriah dengan rok panjang warna-warni. Yang paling penting dari pertunjukan 3 April itu tentulah bukan mutunya benar. Sudharsono Kepala Laboratorium Pendidikan Biro Musik Bina Musika -- induk Okes Remaja Bina Musika yang bermain itu -- memang merasa sukses setelah masa latihan tiga bulan. Berkat bantuan orangtua murid katanya. Walaupun menurut musikus Binsar Sitompul mutu yang tinggi memang belum bisa diharap dari anak-anak seusia itu (7-16 tahun) lagi pula katanya musik serius di negeri kita memang belum mentradisi. Tapi ia menunjukkan banyak anak berbakat di antara mereka. Dan ia puas karena anak- anak itu dibiasakan bergaul dengan musik serius, tidak pop melulu. Simfoni Remaja Singapura Dan itulah ternyata yang lebih pening sebuah konsep tentang perlunya pengenalan para remaja terhadap musik serius. Konsep ini sendiri memang kelihatan mendasari kebijaksanaan P & K yang menaungi Bina Musika (didirikan 1973) yang dibentuk tidak hanya di Jakarta namun juga di hampir semua ibukota propinsi -- dengan Jakarta sandung Yogya dan Surabaya sebagai kelompok-kelompok yang konon kuat. Pada waktu BM pertama kali tampil di TIM dua tahun lalu orang memang sudah melihat metode yang digunakan terhadap anak-anak yang masih sangat belia itu yang baru di Tingkat Persiapan I dan II (selanjutnya Tingkat Indria dan Madya) memang dimaksud untuk menjuruskan mereka ke musik serius. Memang dengan Bina Musika P & K tidak ingin menelurkan para bintang - penyanyi maupun pemain -- meskipun mereka bisa memilih ke sana misalnya dengan lebih dahulu memasuki Tunas Musika atau Yayasan Pendidikan Musik pimpinan Rudi Laban. Tapi apresiasi musik lewat proyek kesayangan itu menurut -- Binsar juga diharap dapat mengimbangi gejala merosotnya pendidikan seni suara di sekolah seperti disinyalir banyak orang. Orkes Remaja sendri bagian paling baru dari BM Jakarta dibentuk untuk memenuhi sebuah gagasan -- seperti yang misalnya darang dari Ali Sadikin sebagai Gubernur DKI dahulu yang terpesona melihat Orkes Simfoni Remaja Singapura yang main di Balai Kota waktu itu. Karena itu Ali Sadikin memberi bantuan Rp 50 juta sebagai bekal dan bahkan Pemda waktu itu membantu Bina Musika setiap bulan. (Sekarang memang tidak lagi dan mereka hidup dari uang iuran siswa yang Rp 2.500 per bulan). Dan orkes yang diinginkan itu pun muncul di Balai Sidang sewaktu perpisahan dengan sang gubernur 1977. Jumlahnya bukan main besar: 500 anak (300 pemain dan 200 penyanyi) gabungan murid-murid Bina Musika, Tunas Muda, Bina Gitara, Bina Vokalia dan Yayasan Pendidikan Musik. Dan karena P & K sendiri menganggap Bina Musika sebagai penerapan suatu metode dari Direktorat Pengembangan Kesenian seperti diucapkan Sudharsono maka mereka misalnya memberi fasilitas berupa tempat berlatih dan alat-alat. Sekarang BM Jakarta telah mempunyai tiga buah band untuk anak-anak untuk remaja puteri dan satu band tiup remaja. Sudharsono - mengatakan mereka bahkan sudah bisa diharap memenuhi kebutuhan pemain instrumen misalnya Orkes Simfoni Jakarta yang konon kekurangan pemain khusus untuk instrumen tiup. Namun muridnya ternyata hanya 180 orang. Tetapi BM Surabaya diikuti 450 siswa -- terbagi dalam 13 studio masing-masing dikelola oleh sekolah dan kampung-kampung. Ada kesulitan di sini terlalu banyaknya murid yang sekolahnya di bawah klas 2 SD. Padahal anak seumur itu masih sulit diajar konsentrasi. Kemampuan suaranya pun baru terbatas pada nada C-1 sampai D-2 kata Waluyo kapten AL yang jadi ketuanya. Sehingga target 6 bulan untuk naik klas selalu tak tercapai. "Ada studio yang sampai 8 bulan belum saya naikkan," kata Waluyo yang membawahi 7 pelatih. Di Ujungpandang sejak BM didirikan P dan K pada 1975 cuma ada 2 klas. Muridnya 70 orang. Pelatihnya 4 orang di antaranya Ny. Nuraini Umar yang bilang pada Noch Alatas dari TEMPO. Kami di sini punya target nasional. Maksudnya ia ingin agar anak didiknya memenangkan lagi lomba BM tingkat nasional sebab tahun 1976 dan 1977 pernah menang meskipun sebagai juara harapan. Pemakaian alat-alat moden luar negri rupanya tak dapat ditawar lagi. Dan itulah yang menyebabkan kursus ini (dua kali seminggu) tergolong lux. Dengan harga instrumen antara Rp 50 ribu sampai Rp 400 ribu (meskipun ada sarudua yang Rp 2.000 dan meskipun Bina Musika Jakarta ada juga memberi beasiswa bagi murid yang kurang mampu) tak urung proyek ini kemudian tampak sebagai kurang punya hubungan dengan penyebaran apresiasi musik secara merata -- dan murah. Bisa dibanding dengan zaman ketika angklung dan kemudian gitar sangat populer di sekolah-sekolah - lagi pula dengan lagu-lagu yang berorientasi pribumi setidaknya untuk angklung. Tetapi bila BM sukses untuk jangka yang panjang barangkali juga orang kita akan lebih siap untuk mendengarkan Brahm Mendelssohn Debussy Beethoven -- dalam gedung-gedung konser yang perpresentatif. Barangkali juga waktu itu negeri ini sudah semakmur Jepang atau semodern Honkong?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus