Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Ancang-Ancang Sebelum Ke London

Keputusan Kongres AS yang menyetujui GSA melepaskan cadangan timah membuat produsen timah negara berkembang menjadi khawatir, terutama Bolivia. Indonesia akan mengirimkan utusan ke London. (eb)

14 April 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEHABIS berdebat lebih setahun, akhirnya mayoritas DPR Amerika Seriat menyetujui General Service Administration (GSA) melepaskan cadangan timahnya sebanyak 35.000 ton. Masing-masing 5.000 ton untuk iuran AS untuk cadangan penyangga Dewan Timah Internasional (ITC) dan 30.000 ton untuk pasaran bebas. Dengan itu diperkirakan AS akan memperoleh tambahan penghasilan sekitar $ 560 juta. Tak banyak memang. Tapi dalam konomi yang serba sulit seperti sekaang, Presiden Jimmy Carter toh menyambutnya dengan gembira keputusan Congress dari Bukit Capitol itu. Tapi buat negara produsen, terutama yang tergolong negeri berkembang, tindakan AS itu, bila ternyata jadi dilaksanakan, akan terasa menyakitkan. "Ini kabar buruk bagi pasaran timah internasional," kata Dir-Ut PT Timah A. Rachman Ramli pekan lalu. Sekalipun cadangan itu biasanya tak akan dilempar secara sekaligus, tapi bertahap, toh pasaran timah yang lagi baik itu dikuatirkan bisa terganggu. Buktinya, pasaran sempat anjlok sehari begitu ada kabar tadi. Hari itu, 3 April lalu, di bursa Penang harga timah dari M$ 1.935 menjadi M$ 1.915 per pikul. Untung selang beberapa hari menjadi normal kembali. Menghadapi ancaman GSA itu Indonesia sebagai produsen timah ketiga di dunia tak sendirian. Dalam pertemuan di London 18 April ini direktur pemasaran Sirman Widiatmo dari PT Timah akan duduk berdampingan dengan wakil-wakil dari Bolivia, Malaysia, Muangthai dan negara produsen lainnya. Dan Juli nanti di kota yang sama ada sidang pleno ITC untuk membicarakan peninjauan kembali harga lantai dan harga plafon timah dewasa ini, seperti diusulkan Menteri Industri Utama Malaysia Paul Leong. Alasannya "Makin tingginya biaya produksi dan semakin sulitnya penambangan timah di seluruh dunia." Itu diucapkan Menteri Leong ketika menerima Menteri Pertambangan Bolivia Brigjen Jorge Echazu di Kuala Lumpur pekan lalu. Bolivia yang amat tergantung dari timah tampaknya tak sabar menunggu penyesuaian harga batas timah itu sampai Juli nanti. Dan mendesak agar penyesuaian itu dilakukan sekarang juga. Menteri Echazu yang juga singgah di Bangkok, kemudian terbang ke Australia, produsen timah juga. Tapi yang ke Indonesia adalah Menteri Muda Pertambangan Bolivia, Alvaro Ugalde yang Senin kemarin menemui Menteri Pertambangan Subroto di kantornya. Efek dari, ancaman pelepasan oleh GSA itu memang belum terasa benar, namun Ugalde mengakui perusahaan timah negara di negerinya kini lagi mengalami "defisit" katanya. Bagi Bolivia yang penting adalah ini: tak cocoknya harga timah sekarang. Harga lantai yang disetujui ITC sejak Juli tahun lalu adalah M$ 1.350 per pikul (60,48 kg) dan harga plafon M$ 1.700 per pikul. "Biaya produksi di Bolivia sudah naik 30%," kata Jorge Echazu di KL. Besarnya kenaikan biaya produksi timah di Bolivia karena negeri itu -- berbeda dengan Indonesia dan Malaysia misalnya -- tak memiliki tambang terbuka yang dekat pantai. Bijih-bijih timah di sana harus digali dari terowongan di perut gunung dan jauh dari pantai. Bisa dimengerti kalau di London tahun lalu Bolivia berkeras mendesak agar harga lantai timah dipasang M$ 1.500 per pikul dan harga plafon tetap M$ 1.700. Tapi ditolak AS waktu itu. Indonesia, seperti juga dalam OPEC, tidak tergolong kelompok yang bersuara keras. Meski begitu timah ini membawa uang yang lumayan juga untuk Indonesia. Realisasi sementara nilai ekspornya selama April-Agustus 1978 mencapai US$ 108,3 juta, 28,6% lebih besar dari periode empat bulan yang sama tahun anggaran sebelumnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus