Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Sebagian benda bersejarah yang jadi korban kebakaran Museum Nasional teridentifikasi.
Di antaranya patung-patung perunggu dewa Hindu peninggalan abad VIII yang kehilangan bagian lengan, kepala, dan sandaran punggung.
Petugas tak kunjung mempublikasikan daftar koleksi di enam ruangan yang terbakar di Gedung A Museum Nasional.
Hari keempat pasca-kebakaran Museum Nasional Indonesia, petugas telah mengevakuasi dan meneliti benda-benda bersejarah dari Galeri Perunggu. Galeri Perunggu merupakan satu dari enam ruangan di Gedung A Museum Nasional yang terbakar pada Sabtu malam lalu. “Beberapa koleksi yang ditemukan masih cukup utuh dan langsung dapat diidentifikasi,” ujar Ahmad Mahendra, Kepala Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya, pada Rabu, 20 September 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebanyak 90 orang yang terdiri atas petugas Museum Nasional dan Pusat Laboratorium Forensik Markas Besar Kepolisian dikerahkan untuk menyelamatkan benda bersejarah di lokasi kebakaran tersebut. Evakuasi berlangsung secara perlahan untuk menghindari adanya kemungkinan koleksi terinjak petugas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Konservasi tahap awal arca perunggu yang terkena dampak kebakaran di Museum Nasional, Jakarta, 19 September 2023. Dok. MNI
Museum Nasional memiliki lebih dari 190 ribu koleksi dan hanya sekitar 10 persen yang dipamerkan. Sisanya ada di ruang penyimpanan dan ada juga yang menjadi obyek penelitian. Koleksi tersebut terbagi dalam tujuh kategori, yakni Arkeologi, Numismatik, Heraldik, Keramik, Etnografi, Geografi, serta Sejarah dan Prasejarah. Perunggu masuk kategori Prasejarah.
Arca-arca kecil prasejarah yang teridentifikasi lalu menjalani konservasi tahap awal oleh para konservator. Beberapa arca berukuran 15-30 sentimeter itu diletakkan di meja untuk diteliti. Sebagian terlihat patah pada bagian lengan, sandaran punggung, dan kepala.
Menurut Agus Aris Munandar, guru besar arkeologi Universitas Indonesia, arca batu dan perunggu dibuat oleh para leluhur untuk keperluan religi dan menggambarkan para dewa. Munandar mengatakan patung Hindu-Buddha kebanyakan berasal dari sumber-sumber di India yang dipelajari oleh silpin alias juru pahat dari kaum brahmana.
Penulis buku Catuspatha Arkeologi Majapahit ini mencoba mengidentifikasi patung kecil peninggalan prasejarah yang berhasil diselamatkan tim konservasi museum. Dari foto yang ditunjukkan Tempo, ia mengenali arca Siwa dan Wishnu. “Berdasarkan gaya seninya, itu merupakan arca klasik tua yang berasal dari era Mataram Kuno abad ke-8 hingga ke-9 Masehi,” ujar dia.
Munandar mengatakan gaya seni arca di Indonesia terbagi atas klasik tua, yang ditemukan di Jawa Tengah, serta klasik muda, yang berasal dari abad ke-13 hingga ke-15 Masehi dan ditemukan di Jawa Timur. Berdasarkan tahun pembuatannya, benda tersebut bernilai sejarah dan seni yang tinggi. “Makanya disimpan di museum pusat, bukan provinsi,” katanya.
Arca perunggu yang terkena dampak kebakaran di Museum Nasional, Jakarta, 19 September 2023. Dok. MNI
Ini kedua kalinya koleksi perunggu Museum Gajah—nama populer Museum Nasional—menjadi korban kebakaran. Pada 1931, pemerintah Hindia Belanda membawa koleksi museum arkeologi tertua di Asia Tenggara itu ke pameran kolonial di Paris. Kebakaran hebat dalam pameran itu ikut menghanguskan arca Mandala Nganjuk. Adapun arca perunggu Buddha Dipangkara peninggalan abad II kembali ke Tanah Air, meski kehilangan kaki dan tangannya.
Munandar, yang terakhir kali mengunjungi Museum Nasional pada Juli lalu, mengatakan ada koleksi lain yang dipajang di ruang Prasejarah. Di antaranya nekara perunggu, moko, kapak perunggu, juga koleksi batu Neolitik, Paleolitik, dan Mesolitik.
Hingga kini belum ada informasi detail tentang kerusakan benda koleksi di enam ruangan yang terbakar. Pengelola Museum Nasional mengatakan baru akan mempublikasikan daftar koleksi yang terkena dampak setelah investigasi Puslabfor Polri rampung.
ILONA ESTERINA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo