Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Film Rumah Siput masuk dalam Nominiasi Viddsee Juree Indonesia 2019 untuk kategori Audience Choice Award atau film favorit pilihan penonton. Film Rumah Siput menceritakan perjuangan tiga insan tuli dalam melawan stigma terhadap difabel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Film dokumenter berdurasi 19 menit besutan Chairun Nissa atau yang akrab disapa Ilun ini bercerita tentang tiga sahabat bernama Putri, Adhika, dan Erwin. Setelah lulus sekolah luar biasa, mereka berusaha mencari pekerjaan.
Tantangan yang dihadapi oleh Putri, Andhika, dan Erwin begitu beragam. Intinya, tiga insan tuli ini gagal mendapatkan pekerjaan. Alasannya cuma satu, karena mereka penyandang disabilitas.
Tak menyerah dengan penolakan, Putri, Andhika, dan Erwin kemudian mendirikan sebuah kedai kopi. Coffee shop mereka begitu unik karena mengusung cita-cita mempekerjakan penyandang disabilitas. Kedai kopi itu bernama Kopi Tuli.
Setelah lebih dari dua tahun berdiri, omzet Kopi Tuli mencapai lebih dari Rp 100 juta. Tak hanya mempekerjakan karyawan dengan disabilitas, mereka juga memberikan pelatihan pengolahan bagi profesi pengolah kopi atau barista dan menggunakan kopi lokal.
Chairun Nissa sengaja mengambil judul film ini dari salah satu organ pendengaran bernama rumah siput. Dalam bahasa medis, rumah siput dikenal dengan nama koklea. Nama tersebut muncul karena banyak insan tuli yang tidak memiliki fungsi bahkan organ rumah siput itu sendiri. Meski begitu, mereka tetap dapat berkomunikasi dengan cara menggunakan bahasa isyarat atau membaca gerak bibir.
Film dokumenter ini dapat ditonton melalui aplikasi Viddsee.com mulai 29 Juni 2019. Di hari yang sama, polling bagi film Rumah Siput telah dibuka. Film ini akan menjadi pemenang Viddsee Juree Indonesia 2019 jika banyak penonton yang memberikan dukungan hingga 8 Juli 2019.