Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Pesona Kain Kontemporer Polandia

Kedutaan Besar Polandia menggelar pameran seni kain kontemporer di Museum Nasional Indonesia. Teknik sulaman dan tenun menjadi ciri khas karya dalam pameran tersebut. Selain menyuguhkan kain Polandia, Museum Nasional memamerkan kain batik kuno.

9 Oktober 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pameran POLA “The Exhibition of Polish Contemporary Textile Art and Batik” di Museum Nasional, Jakarta, 6 Oktober 2022. TEMPO/Magang/Haninda Hasyafa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selembar kain sulam berkelir merah muda berukuran 105 x 95 sentimeter terpajang di salah satu ruang pameran di Museum Nasional Indonesia, Senin lalu. Kain karya Lukasz Wojtanowski itu tersimpan dalam lemari kaca.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dilihat sekilas, kain sulam itu mirip kertas poster. Terdapat beberapa potongan gambar seorang pria yang tersusun acak. Ada pula beberapa potongan gambar pemandangan pepohonan, padang rumput, bunga, dan motif coretan lain. Hiasan rumbai berkelir emas terpasang di sisi atas dan bawah kain tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam penjelasannya, Wojtanowski menyebutkan karyanya yang berjudul The Pennant itu terinspirasi oleh kain jubah liturgi Katolik dan jubah kasula bersulam. Ia juga mendapat inspirasi dari kain oriental, seperti bordir pada kain bangsa Cina. 

Kain sulam Wojtanowski itu merupakan satu dari 60 karya seni kain bikinan seniman kondang Polandia yang dipamerkan di Museum Nasional Indonesia. Pameran seni tekstil kontemporer bertajuk “POLA” itu digagas oleh Kedutaan Besar Polandia sebagai perayaan hubungan dengan Indonesia sekaligus untuk memperkenalkan budaya Polska ke Tanah Air. 

Salah satu koleksi karya seni yang dipamerkan dalam pameran POLA “The Exhibition of Polish Contemporary Textile Art and Batik” di Museum Nasional, Jakarta, 6 Oktober 2022. TEMPO/Magang/Haninda Hasyafa

Kurator pameran, Joanna Rusin, menyebutkan kain sulam karya Wojtanowski merupakan bukti implementasi teknik kuno sulaman yang sudah berlangsung lama di negaranya. Joanna mengatakan sejatinya teknik sulaman sudah dipraktikkan oleh hampir seluruh masyarakat di dunia sejak berabad-abad lalu.

Bedanya, kain sulam Wojtanowski punya semangat pembaruan alias terlepas dari pakem kuno. Karya tersebut juga seakan-akan mendobrak tradisi di Polandia. “Sulaman itu dibuat oleh seorang pria. Biasanya, di Polandia, menyulam dilakukan oleh perempuan,” kata Joanna kepada Tempo, Senin lalu.

Masih berbicara soal sulaman, terdapat pula karya Marlena Wisniewska yang menonjolkan teknik sulaman. Marlena menyuguhkan 16 karya sulam yang berbentuk cakram dengan diameter 16 sentimeter. Setiap cakram menampilkan pola dan warna sulaman yang berbeda. 

Sebanyak 16 keping cakram itu disusun menjadi empat baris dengan latar kain hitam. Marlena menamakan karyanya itu Visual Perception alias Persepsi Visual. Menurut Marlena, manusia punya beragam sudut pandang. Walhasil, dalam melihat sesuatu pun, manusia bisa mengartikan dengan caranya sendiri.

Kebakaran (kiri) dan Gempa Bumi karya Meciej Mezsnik. TEMPO/Magang/Haninda Hasyafa

Selain menjadi kurator, Joanna ikut memamerkan karyanya. Salah satu karyanya berjudul Mosaic: Sub-Carphathia. Sekilas, kain berukuran 160 x 240 sentimeter itu sangat mirip kain tenun khas Indonesia, seperti kain Nusa Tenggara Timur. Kain ram itu berkelir biru, cokelat, dan hijau. 

Bagi Joanna, karya tersebut merupakan bagian dari proyek seni edukasi dalam menghormati warisan budaya Podkarpacie, sebuah daerah administratif di tenggara Polandia. Karya karpet modular dua sisi itu dibuat dengan tangan berbekal bahan wol alami. Joanna menggunakan teknik pemotongan dan tenun tradisional. 

Namun seni kain kontemporer Polandia berbeda dengan kain batik khas Indonesia. Menurut Joanna, kain-kain kontemporer di negerinya hanya digunakan sebagai karya seni alias benda pajangan. Berbeda dengan batik yang bisa digunakan sebagai pakaian. “Mungkin hanya dipakai untuk hiasan di rumah,” kata Joanna. 

Meski begitu, kain sulam tradisional masih dipakai sehari-hari oleh masyarakat Polandia sebelum Perang Dunia II. Bentuknya berupa sulaman benang di atas baju. Namun pengaruh zaman dan kemajuan teknologi membuat sulaman tradisional tak lagi menjadi pakaian harian. “Kami memang sengaja membawa karya kontemporer, bukan tradisional. Akan lebih menarik mengajak masyarakat Indonesia melihat seni kain kekinian dibanding yang sudah berlalu.”

"It’s not easy being green in the city", salah satu koleksi karya yang juga dipamerkan. TEMPO/Magang/Haninda Hasyafa

Duta Besar Polandia untuk Indonesia, Beata Stoczynska, mengatakan pameran ini ditujukan untuk memperkenalkan budaya dan seni negaranya. Selain itu, untuk memperingati Hari Batik Nasional Indonesia yang jatuh pada Ahad pekan lalu. Menurut dia, karya-karya yang dipamerkan merupakan kreasi seniman ternama di negaranya. Bahkan 60 karya itu sudah menjalani proses seleksi di tingkat nasional dan dipilih oleh dewan juri, yang terdiri atas sejumlah tokoh seni dari Polandia dan Indonesia.

Beata berharap pameran ini bisa memperdalam hubungan diplomasi kedua negara. Khususnya memperkaya khazanah seni kain yang sudah mengakar di Indonesia dan Polandia. “Saya berharap bisa berkontribusi terhadap pemahaman yang lebih dalam mengenai budaya masing-masing,” tuturnya.

Selain memamerkan kain Polandia, pameran POLA yang berlangsung hingga 30 Oktober mendatang itu ikut menyuguhkan koleksi batik kuno milik Museum Nasional.

INDRA WIJAYA
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus