SEPERTI juga tahun lalu, tahun ini akan ada dua peristiwa musik
pop secara nasional. Festival lagu pop dan festival penyanyi
pop. Festival lagu pop yang ke-VII sudah disiapkan sejak Maret
lalu. Sponsornya masih tetap: Yayasan Musik Indonesia. Buntutnya
akan bergetar di bulan September.
Drs. Hoegeng Iman Santoso, bekas Kapolri, masih tetap menduduki
kursi ketuanya. "Berbeda dengan tahun sebelumnya, setiap
komponis yang lagunya masuk 10 terbaik, akan diberi hadiah Rp
100 ribu," kata Hoegeng Jenderal pensiunan berusia 58 tahun itu
juga menjelaskan, lagu terbaik akan langsung masuk babak semi
final dalam festival di Tokyo. "Itu atas usul saya," kata
Hoegeng, "saya katakan, kalau kalian (maksudnya orang-orang di
Tokyo) ingin benar-benar membantu perkembangan lagu pop di
Indonesia, berilah kami kesempatan langsung ke semi final --
sebab kalau mulai babak penyisihan kita akan terus tersisih,"
katanya.
Sejarah memang mencatat, kecuali lagu Damai Tapi Gersang ciptaan
Ajie Bandi, jago-jago Indonesia semuanya rontok. "Kita 'kan tahu
musik pop kita jauh tertinggal dari negara-negara lain. Bahkan
Pilipina sekalipun," tutur Hoegeng. Dan sebagaimana tahun lalu,
sepuluh lagu semuanya akan dikirim ke Tokyo -- dan panitia di
sanalah yang akan menetapkan mana yang dianggap layak mewakili
Indonesia. Pilihan itu bisa saja berbeda dengan pilihan juri
Indonesia, sebagaimana sudah terjadi dua tahun ini.
Itu yang festival lagu, yang dari dulu berada di tangan swasta.
Yang festival penyanyi, yang mulanya juga berada di satu tangan,
tahun lalu "dinegerikan" --dipindahkan ke tangan P&K. Parmiadi
dari P8K, yang tahun lalu duduk dalam seksi publikasi,
mengatakan bahwa penegerian tersebut disebabkan karena panitia
swasta mengajukan permintaan seusai festival ke-V. "Karena
keterbatasan dana dan kemampuan yang ada pada P&K terbatas, di
samping partisipasi masyarakat masih dibutuhkan, maka hanya
festival penyanyi pop yang diselenggarakan P&K."
Orang tahu, festival penyanyi pop tahun lalu -- yang
kejuaraannya digondol kembali oleh Hetty Koes Endang-berlangsung
dalam sepi dan muram. Di samping terasa tidak adanya kegairahan
penyelenggaraan, kerepotan yang katanya berharga antara 10
sampai 12 juta rupiah itu, mungkin tidak sepantasnya dikelola
oleh dinas. Dan dengan ikutnya dinas maka festival penyanyi pop
dengan tak sengaja jadi kikuk karena batasan-batasan. Terasa
resmi, sangat teknis.
Hoegeng membantah kalau fihaknya pernah datang untuk menyerahkan
kegiatan itu kepada dinas. "Kami memang datang. Tapi untuk
meminta dana, karena terus terang saja biaya festival tidak
sedikit," katanya menjelaskan. "Baik Menteri P&K maupun Dirjen
Kebudayaannya waktu itu menyetujui. Tapi nggak tahu kenapa kok
jadi mereka yang menyelenggarakan. Bagi saya sih nggak jadi
soal. Mau diambil kedua-duanya juga boleh !"
Sebagai kelebihan penyelenggaraan dinas, festival penyanyi pop
tahun lalu diikuti 27 propinsi. Setiap propinsi ambil bagian --
mungkin juga ada yang terpaksa -- sehingga kerepotan benar-benar
hersifat geografis, mesti tidak semua finalis dapat
dipertanggungjawabkan kwalitasnya. Segi-segi penampilan jadi
berubah watak -- karena para penyanyi mewakili daerah, bukan
mewakili pribadi. "Yah kita juga menyadari, belum tentu selera
Pemerintah ini cocok dengan selera rmasyarakat," ujar Parmiadi.
Tapi tahun ini pun pelembagaan selera ini akan diteruskan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini