Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Hampir Semua Melaporkan Kelaparan

Sebagian besar daerah kabupaten di NTT mengalami kerusakan tanaman akibat serangan tikus & hama wereng. Penduduk kekurangan pangan. [Pemda NTT mendrop bantuan beras. Secara cuma-cuma 75 ton. (dh)

19 Mei 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUMBA Timur satu di antara dua kabupaten di Pulau Sumba sebagian besar dari 215 ribu penduduknya hidup dari sektor peternakan. Itu tak berarti setiap orang mempunyai sapi Onggole, misalnya. Sekalipun dalam hal jenis ternak yang satu ini Sumba Timur termasuk satu di antara 3 kabupaten di NTT yang paling menonjol perkembangannya. Kalau di sektor pertanian ada istilah buruh tani, di sektor peternakan ada pula istilah buruh ternak. Bisa dimaklum, karena sebagian besar di antara mereka hanya bernasib demikian, sebagian besar di antara penduduk Sumba Timur itu pula kerap kekurangan pangan. Sebab seperti dikatakan Bupati dr Lapu Muku kepada TEMPO, "pendapatan peternak di sektor pertanian tidak mendukung sektor peternakan." Yang dimaksud, para buruh ternak tadi dengan sendirinya ada juga berusaha di bidang pertanian. Tapi selain luas areal untuk itu sangat sempit karena kadaan Pulau Sumba bahkan pulau-pulau lain di NTT merupakan pulau-pulau karang (TEMPO, 14 dan 21 April 1979) belakangan ada hama tikus dan wereng. Sulit dielakkan bahaya kelaparan membayangi. Bupati Lapu Muku mengatakan, daerah-daerah yang terancam bahaya tersebut meliputi 4 dari 6 kecamatan. Lantas 4 desa di Kecamatan Tabundung (Raikabul, Wanggaweti, Tananggar dan Mahangmata) paling parah di antara semuanya. Seberapa jauh tingkat keparahan itu oleh Camat setempat, Nyurumbaha, dikatakan, penduduk di 4 desa yang dimaksud sekarang ini semata-mata hanya hidup dari umbi-umbian liar yang tumbuh di hutan. Tak heran Nyurumbaha agak kecewa ketika Menteri Sosial Sapardjo datang ke NTT pekan lalu tak sempat melihat keadaan penduduk di wilayahnya. Sungguhpun begitu Nyurumbaha tidak prihatin sendiri saja. Tak kurang 10 dari 12 Bupati di NTT sama-sama melaporkan kemungkinan kelaparan di daerahnya masing-masing kepada Menteri Sosial. Malah laporan dari Kabupaten Belu menyebut keadaan di salah satu kecamatan di daerahnya, yakni Malaka Timur, sebagai lebih buruk dari bencana kelaparan yang menimpa Kabupaten Sikka lewat setahun lalu. Penyebab utama bahaya kekurangan pangan itu tampaknya memang karena gangguan alam terhadap pertanian. Menjawab pertanyaan Fraksi ABRI dalam salah satu sidang DPRD NTT akhir April lalu Gubernur Ben Mboi menyebut kerusakan tanaman akibat serangan tikus meliputi 27 ribu hektar. Hanya saja berita-berita yang dikemukakan berbagai koran ibukota sebelum ini dikatakannya sebagai telah dibesar-besarkan. Ben ingin menutup-nutupi adanya ancaman kekurangan pangan di daerahnya? Sama sekali tidak. Sebab adalah Ben sendiri yang mengatakan bahwa tak kurang dari sekitar 100 ribu penduduk NTT sejak Januari lalu prihatin. Itu sebabnya sampai akhir April Pemda NTT mendrop bantuan beras secara cuma-cuma kabarnya mencapai lebih dari 75 ton. Sementara Menteri Sosial memberi bantuan khusus untuk Sumba Timur dan Barat 200 ton ditambah Rp 5 juta untuk pengadaan bibit palawija.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus