SUMBA Timur satu di antara dua kabupaten di Pulau Sumba
sebagian besar dari 215 ribu penduduknya hidup dari sektor
peternakan.
Itu tak berarti setiap orang mempunyai sapi Onggole, misalnya.
Sekalipun dalam hal jenis ternak yang satu ini Sumba Timur
termasuk satu di antara 3 kabupaten di NTT yang paling menonjol
perkembangannya. Kalau di sektor pertanian ada istilah buruh
tani, di sektor peternakan ada pula istilah buruh ternak. Bisa
dimaklum, karena sebagian besar di antara mereka hanya bernasib
demikian, sebagian besar di antara penduduk Sumba Timur itu pula
kerap kekurangan pangan. Sebab seperti dikatakan Bupati dr Lapu
Muku kepada TEMPO, "pendapatan peternak di sektor pertanian
tidak mendukung sektor peternakan."
Yang dimaksud, para buruh ternak tadi dengan sendirinya ada juga
berusaha di bidang pertanian. Tapi selain luas areal untuk itu
sangat sempit karena kadaan Pulau Sumba bahkan pulau-pulau lain
di NTT merupakan pulau-pulau karang (TEMPO, 14 dan 21 April
1979) belakangan ada hama tikus dan wereng. Sulit dielakkan
bahaya kelaparan membayangi.
Bupati Lapu Muku mengatakan, daerah-daerah yang terancam bahaya
tersebut meliputi 4 dari 6 kecamatan. Lantas 4 desa di Kecamatan
Tabundung (Raikabul, Wanggaweti, Tananggar dan Mahangmata)
paling parah di antara semuanya.
Seberapa jauh tingkat keparahan itu oleh Camat setempat,
Nyurumbaha, dikatakan, penduduk di 4 desa yang dimaksud sekarang
ini semata-mata hanya hidup dari umbi-umbian liar yang tumbuh di
hutan. Tak heran Nyurumbaha agak kecewa ketika Menteri Sosial
Sapardjo datang ke NTT pekan lalu tak sempat melihat keadaan
penduduk di wilayahnya.
Sungguhpun begitu Nyurumbaha tidak prihatin sendiri saja. Tak
kurang 10 dari 12 Bupati di NTT sama-sama melaporkan kemungkinan
kelaparan di daerahnya masing-masing kepada Menteri Sosial.
Malah laporan dari Kabupaten Belu menyebut keadaan di salah satu
kecamatan di daerahnya, yakni Malaka Timur, sebagai lebih buruk
dari bencana kelaparan yang menimpa Kabupaten Sikka lewat
setahun lalu.
Penyebab utama bahaya kekurangan pangan itu tampaknya memang
karena gangguan alam terhadap pertanian. Menjawab pertanyaan
Fraksi ABRI dalam salah satu sidang DPRD NTT akhir April lalu
Gubernur Ben Mboi menyebut kerusakan tanaman akibat serangan
tikus meliputi 27 ribu hektar. Hanya saja berita-berita yang
dikemukakan berbagai koran ibukota sebelum ini dikatakannya
sebagai telah dibesar-besarkan.
Ben ingin menutup-nutupi adanya ancaman kekurangan pangan di
daerahnya? Sama sekali tidak. Sebab adalah Ben sendiri yang
mengatakan bahwa tak kurang dari sekitar 100 ribu penduduk NTT
sejak Januari lalu prihatin. Itu sebabnya sampai akhir April
Pemda NTT mendrop bantuan beras secara cuma-cuma kabarnya
mencapai lebih dari 75 ton. Sementara Menteri Sosial memberi
bantuan khusus untuk Sumba Timur dan Barat 200 ton ditambah Rp 5
juta untuk pengadaan bibit palawija.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini