Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Bukan musik kucing

Ensamble jakarta pimpinan suka hardjana membuat rekaman musik klasik dengan judul classic souvenir. gatot sudarto yang bertindak sebagai produser mengatakan niatnya untuk meningkatkan apresiasi musik publik.(ms)

29 Juli 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ENSEMBLE Jakarta pimpinan Suka Hardjana akhirnya memenuhi janjinya. Menghidangkan sebuah kaset berjudul Classic Souvenir. Didukung orang-orang kuat seperti Nusyirwan Lesmana (biola solo) dan Yudhianto HP (solis hobo satu-satunya di Indonesia), Suka sebagai pengarah memilih 4 buah nomor yang manis, lincah dan syahdu dari Mozart, Handel, Bach dan Vivaldi. Pilihan ini menunjukkan keinginannya untuk mengadakan kontak dan kalau bisa merebut publik yang saat ini menoleh kepada musik pop. Dengan mutu rekaman yang tidak mengecewakan, dengan persiapan 2 bulan: Divertimento D Mayor Kv 136 - allergo, andante, presto dari Mozart, Concerto Grosso Op.kO.1 G Mayor atempo giuto allegro -- adagio, allegro, allegro dari Handel, Konser Untuk Biola, Hobo dan Orkes Gesek D. Minor BWV No. 1060 dari Bach, L'inverno - Konser No. 4 Dari Fragment Le Quattro d'Stagi on Op . . . allegro, non molto, largo, allegro dari Vivaldi. Daoed Joesoef Nomor Bach -- dengan mengekspos pemain hobo Yudhianto -- barangkali dapat dianggap bagian terindah dari kaset ini. Dibuka dengan lincah dan tak lama kemudian seperti memberikan ruang yang sunyi, damai dan syahdu. Suka dengan Ensemble Jakarta yang berulang-ulang menampilkan nomor ini, bekerja dengan baik. Terasa ada penjiwaan terutama pada hobo Yudhianto. Sementara Nusyirwan menunjukkan kemahirannya dengan biola pada nomor Vivaldi berikutnya. Dengan 4 buah nomor ini Suka Hardjana telah memberikan souvenir yang manis. Gatot Sudarto, yang sering menggarap ilustrasi musik film dan kali hli bertindak sebagai produser, mengatakan produksi ini tidak didasarkan pada komersialitas. "Riskan sih riskan. Memang ada risikonya, tapi kapan lagi kalau tidak dimulai dari sekarang," kata Gatot kepada TEMPO. "Untuk kaset ini nggak ada istilah laku dan tidak laku. Ini musik abadi, sampai dua tiga tahun pun masih bisa tahan. Ini bukan pop." Suka sendiri mengatakan bahwa pemilihan nomor-nomor berdasar apa yang dikuasai anggota Ensemble. Memang dia dapat saja memainkan beberapa nomor yang lebih enteng. "Cuma kalau hanya untuk memenuhi selera masyarakat, apresiasi musik yang kini sedang tumbuh tidak akan tambah baik," katanya. Seleksi yang dilakukannya justru dalam rangka melindungi kepentingan publik -- untuk meningkatkan apresiasi mereka terhadap musik klasik. "Nah, saya kan sudah membuktikan sekarang, kita kan tidak cuma bisa bikin musik kucing," tambahnya --ketika teringat apa yang pernah diucapkan Menteri P&K Dr. Daoed Joesoef. Kesukaan Suka didorong pula oleh keyakinannya bahwa kaum muda sekarang banyak doyan musik klasik. Ia sendiri selalu berusaha tidak mencurigai publik -- sebagaimana banyak orang melakukannya dengan mengatakan publik tidak tahu apa-apa. "Mudah-mudahan rekaman ini bukan warisan terakhir saya," kata Suka yang akan segera berangkat ke Amerika untuk belajar selama 2 tahun menjadi konduktor atas biaya Yayasan Fullbright. "Kalau toh rekaman klasik ini nanti masih ada yang membajak, itu sudah keterlaluan!".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus