ENSEMBLE Jakarta pimpinan Suka Hardjana akhirnya memenuhi
janjinya. Menghidangkan sebuah kaset berjudul Classic Souvenir.
Didukung orang-orang kuat seperti Nusyirwan Lesmana (biola solo)
dan Yudhianto HP (solis hobo satu-satunya di Indonesia), Suka
sebagai pengarah memilih 4 buah nomor yang manis, lincah dan
syahdu dari Mozart, Handel, Bach dan Vivaldi. Pilihan ini
menunjukkan keinginannya untuk mengadakan kontak dan kalau bisa
merebut publik yang saat ini menoleh kepada musik pop.
Dengan mutu rekaman yang tidak mengecewakan, dengan persiapan 2
bulan: Divertimento D Mayor Kv 136 - allergo, andante, presto
dari Mozart, Concerto Grosso Op.kO.1 G Mayor atempo giuto
allegro -- adagio, allegro, allegro dari Handel, Konser Untuk
Biola, Hobo dan Orkes Gesek D. Minor BWV No. 1060 dari Bach,
L'inverno - Konser No. 4 Dari Fragment Le Quattro d'Stagi on Op
. . . allegro, non molto, largo, allegro dari Vivaldi.
Daoed Joesoef
Nomor Bach -- dengan mengekspos pemain hobo Yudhianto --
barangkali dapat dianggap bagian terindah dari kaset ini. Dibuka
dengan lincah dan tak lama kemudian seperti memberikan ruang
yang sunyi, damai dan syahdu. Suka dengan Ensemble Jakarta yang
berulang-ulang menampilkan nomor ini, bekerja dengan baik.
Terasa ada penjiwaan terutama pada hobo Yudhianto. Sementara
Nusyirwan menunjukkan kemahirannya dengan biola pada nomor
Vivaldi berikutnya. Dengan 4 buah nomor ini Suka Hardjana telah
memberikan souvenir yang manis.
Gatot Sudarto, yang sering menggarap ilustrasi musik film dan
kali hli bertindak sebagai produser, mengatakan produksi ini
tidak didasarkan pada komersialitas. "Riskan sih riskan. Memang
ada risikonya, tapi kapan lagi kalau tidak dimulai dari
sekarang," kata Gatot kepada TEMPO. "Untuk kaset ini nggak ada
istilah laku dan tidak laku. Ini musik abadi, sampai dua tiga
tahun pun masih bisa tahan. Ini bukan pop."
Suka sendiri mengatakan bahwa pemilihan nomor-nomor berdasar apa
yang dikuasai anggota Ensemble. Memang dia dapat saja memainkan
beberapa nomor yang lebih enteng. "Cuma kalau hanya untuk
memenuhi selera masyarakat, apresiasi musik yang kini sedang
tumbuh tidak akan tambah baik," katanya. Seleksi yang
dilakukannya justru dalam rangka melindungi kepentingan publik
-- untuk meningkatkan apresiasi mereka terhadap musik klasik.
"Nah, saya kan sudah membuktikan sekarang, kita kan tidak cuma
bisa bikin musik kucing," tambahnya --ketika teringat apa yang
pernah diucapkan Menteri P&K Dr. Daoed Joesoef.
Kesukaan Suka didorong pula oleh keyakinannya bahwa kaum muda
sekarang banyak doyan musik klasik. Ia sendiri selalu berusaha
tidak mencurigai publik -- sebagaimana banyak orang
melakukannya dengan mengatakan publik tidak tahu apa-apa.
"Mudah-mudahan rekaman ini bukan warisan terakhir saya," kata
Suka yang akan segera berangkat ke Amerika untuk belajar selama
2 tahun menjadi konduktor atas biaya Yayasan Fullbright. "Kalau
toh rekaman klasik ini nanti masih ada yang membajak, itu sudah
keterlaluan!".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini