Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Cahaya Lewat Garis

Karya asli rembrandt harmensz van rijn dalam bentuk etsa, dipamerkan di galeri tim. rembrandt yang terkenal lewat lukisannya, mampu membuat sebuah etsa tampil sebagai bentuk ekspresi seni. (sr)

24 Juni 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

REMBRANDT Harmensz van Rijn (1606 - 1669) muncul di Galeri Baru TIM, 13 Juni s/d 2 Juli, dengan penjagaan polisi serta 16 buah AC. Ini perkenalan-langsung penma negeri ini dengan karya asli Rembrandt yang dalam kesempatan ini diwakili etsa-etsanya. Banyak orang datang. Termasuk Wakil Presiden Adam Malik. Ada juga yang terlanjur bertanya "Apa pelukisnya sendiri, Rembrandt, datang juga?" Tersohor karena keunggulannya mendramatisir cahaya dan menangkap bentuk, Rembrandt sudah lama melekat di Indonesia. Gambaran tentang pelukis realis gaya Barok yang sekaliber dengan Rubens (Belanda Selatan), El Greco, Velasquez (dua-duanya Spanyol) ini, terbatas pada reproduksi lukisan yang dapat ditemukan di perpustakaan. Sering yang lebih diperhatikan adalah lukisan-lukisan monumentalnya seperti Penjaga Malam misalnya. Padahal di samping meninggalkan 600 lukisan, putera seorang pemilik kincir dari Leiden ini juga meninggalkan sekitar 2000 buah gambar dan 300 etsa. Religius Rembrandt bahkan oleh seorang ahli dari Amerika, Joseph Pennell (18861926), dianggap pengetsa terbaik dan terbesar selama ini di samping James Mc Neil Whistler (1834-1903) dari Inggeris. Rembrandt menjadi pionir. Ia memberi nafas baru pada etsa -- yang bermula hanya merupakan kerja teknis reproduksi semata-mata -- menjadi bernyawa berdarah, sehingga sebagai bentuk ekspresi tampil tidak kurang dari lukisan dan gambar biasa. Etsa adalah gambar yang didapat dengan cara cetak lewat lempengan tembaga. Tembaga ini telah memiliki torehan gambar yang dimaksud. Gambar tersebut didapat dengan cara terlebih dahulu melapis lempengan itu dengan anti larutan asam (lilin dan damar). Dengan sebuah jarum, dilukis apa yang dikehendaki. Bila lempengan itu kemudian dimasukkan ke dalam larutan asam, bagian-bagian yang tertoreh akan termakan dan menjadi negatif gambar yang dimaksud. Ada juga yang dikerjakan tanpa lewat larutan asam: langsung saja menggores dengan jarum (drypoint). Rembrandt sendiri mengkombinasikan teknik itu sehingga mendapat efek-efek yang kaya. Sebagai pengetsa, Rmbrandt banyak menggali tema dari Bibel. Tapi sebagai seorang Protestan di Belanda Utara abad ke-17 (yang sedang melakukan reformasi) ia tidak menjadi penterjemah Bibel secara dangkal. Ia tetap menempat diri sebagai pribadi yang bebas, membuat tafsiran dengan penghayatan yang dalam. Tema-tema religius itu diikuti tema-tema melata yang menunjukkan perhatiannya yang besar pada orang-orang di sekelilingnya -- di samping karena ia sendiri memang tidak mampu membayar model yang mahal-mahal. Maka muncullah para gembel dalam etsanya pengemis, gelandangan, tukang ngamen, penjual racun tikus, orang-orang cacat. Juga potretnya Neeltjen ibunya, isterinya Saskia van Uylenburgh, serta potret dirinya sendiri. Rembrandt adalah seorang jagoan yang besar di bidang potret. Ia tidak hanya menangkap wadag: potret-potretnya melantunkan juga pengamatan psikologis, sehingga ia berhasil menampilkan nilai-nilai kemanusiaan yang mengharukan. Lebih dari hanya merekam wajah, ia mengabadikan jiwa manusia lewat wajah-wajah itu. Potret dirinya sendiri merupakan studi yang sangat jujur -- kejujuran yang menjadi sangat mempesona dan menusuk karena kita menghadapinya pada masa yang kata orang sulit ditemukan kejujuran lagi. Jongkin Dari proses pembuatannya, etsa Rembrandt dapat dibagi menjadi 3 kelompok. Periode awal, di mana garis-garis murni menjadi pokok: periode kedua yang memakai drypoint, dan periode ketiga yang merupakan kombinasi yang menghasilkan variasi dan sekaligus kekuatan yang meningkat. Etsa-etsa ini beredar secara luas di Eropa, karena Rembrandt tak segan menjual lempeng tembaganya kepada seorang penerbit lantaran kebutuhan uang. Ia juga terkenal sebagai pelukis yang menerima pesanan untuk mengabadikan orang-orang terkemuka masa itu. Tidak semua orang setuju untuk mengatakan, bahwa etsa Rembrandt merupakan pelopor yang mengukuhkan urusan pencetakan itu menjadi seni. Elfried Bock, orang Jerman yang menyusun buku Sejarah Perkembangan Seni Grafis dari Zaman ke Zaman (1930) hanya mau mengakui Rembrandt sebagai pembaru dalam etsa -- jadi bukan sebagai peletak batu pertama sebuah ekspresi seni. Dalam pameran di Galeri Baru TIM, di samping ets. Rembrandt juga dipamerkan karya Adriaen van Ostade (1610-1685), Paulus Potter (1625-1654), Nicolaes Berchem (1620-1683), Simon de Vlieger (1601-1653), Joan Barthold Jongkin (1818-1891). Dari hasil-hasil itu kita dapat menangkap betapa kebesaran Rembrandt hampir menenggelamkan karya-karya rekan sezamannya, padahal karya-karya tersebut tergolong bagus-bagus. Kehalusan, pengamatam kecintaannya pada manusia, alam dan sekitarnya -- serta teknik gelap-terang yang dipergunakannya -- membuat Rembrandt menjadi sempurna dan dramatik. Ia seakan tak tersaingi. Barulah kemudian ia seakan tak tersaingi, dalam bentuk berbeda, kebesaran muncul kembali dari pelukis yang lebih kemudian. Dari seorang Jongkin misalnya, yang dengan hanya beberapa buah garis berhasil menampilkan gerak dan cahaya -- seperti yang dikemukakan Rembrandt sendiri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus