Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Supandi memutuskan berpindah agama setelah mempelajari berbagai macam kitab.
Memilih mengangkat anak ketimbang mendirikan pondok pesantren.
Rumahnya menjadi tempat nongkrong kiai, pastor, pendeta, sampai pejabat daerah.
SEORANG remaja putri duduk di kursi ruang tamu sebuah rumah di bilangan Semarang Selatan, Kota Semarang. Di hadapannya, laki-laki yang ia panggil “Papi” menasihatinya. “Bar mbok kei salep, langsung wae tutupi kasa (Setelah diberi salep, langsung saja tutup dengan kasa),” kata Supandi, lelaki yang dipanggil Papi itu, sambil memandang ke arah kaki gadis tersebut, Selasa, 16 Maret lalu.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo