Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Kisah Kelam Transpuan Tertua di Italia

Film (_A Breath of Life_) menceritakan kisah transgender sepuh korban Nazi Jerman.

29 Januari 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Cuplikan film Itali C’è Un Soffio Di Vita Soltanto (A Breath of Life). Dok filmitalian.org

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Meski sudah berusia 95 tahun, Lucy Salani masih mampu hidup mandiri. Ia bahkan masih sanggup menyetir sendiri mobil sedan tua berkelir biru miliknya untuk bepergian ke bank dan berbelanja kebutuhan sehari-hari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lucy adalah tokoh utama dalam film dokumenter Italia berjudul (_A Breath of Life_). Seperti film dokumenter pada umumnya, kehidupan Lucy menjadi alur utama. Mayoritas adegan film diambil di apartemen kecil di Kota Bologna, Italia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Meski sudah renta, Lucy punya banyak teman dan kerabat. Lucy adalah pribadi yang ceplas-ceplos dan gemar guyon. Terutama guyon dewasa nan vulgar. Cerita-cerita Lucy tergali saat ia beberapa kali menerima tamu di apartemennya.

Tamu pertama yang datang menguak jati diri Lucy yang merupakan salah satu transpuan tertua di Italia. Nama aslinya adalah Luciano Salani. Ia menunjukkan sejumlah foto lawasnya saat masih menyandang status laki-laki.

Lucy juga bercerita bagaimana tanggapan ibu dan kakaknya saat ia mengaku punya penyimpangan seksual hingga memutuskan untuk menempuh jalur operasi kelamin. Namun lagi-lagi Lucy menceritakannya dengan polos hingga memancing tawa penonton film.

Namun, di balik cerita kocaknya, Lucy punya cerita-cerita kelam. Salah satunya, ia sempat menjadi korban pencabulan saat masih anak-anak. Tapi cerita paling kelam adalah pengalamannya ketika berada di kamp konsentrasi Nazi di Dachau, sebuah wilayah di utara Kota Muenchen, Jerman.

Sesuai dengan sejarah, kamp konsentrasi Nazi di Dachau dibuka sejak 21 Maret 1933 berbarengan dengan naiknya Adolf Hitler sebagai pemimpin negara tersebut. Kamp konsentrasi tersebut dibangun sebagai penjara bagi lawan politik, lawan perang, sampai orang-orang Yahudi dan homoseksual.

Lucy bercerita tentang pahitnya berada di Dachau. Ia ingat orang-orang yang hidup di sana kekurangan gizi. Paling mengerikan, Lucy melihat bagaimana orang-orang di kamp konsentrasi itu mati secara mengenaskan. Ia menyebut kamp tersebut sebagai tempat jahanam yang bahkan Tuhan pun tak hadir di sana.

Cuplikan film Itali C’è Un Soffio Di Vita Soltanto (A Breath of Life). Dok filmitalian.org

Film (_A Breath of Life_) diputar oleh Kedutaan Besar Italia dan Institut Kebudayaan Italia Jakarta, di Jakarta, Jumat lalu. Penayangan film tersebut untuk mengenang Hari Peringatan Holocaust Internasional yang jatuh pada 27 Januari.

Dua sutradara (_A Breath of Life_), Matteo Botrugno dan Daniele Coluccini, memberikan kata sambutan melalui cuplikan video sebelum film diputar. Keduanya bercerita tentang sosok Lucy yang mereka kenal sejak 2019. Selama dua hari, keduanya mengobrol dengan Lucy untuk menggali ceritanya, termasuk sisi kelam di kamp konsentrasi Nazi. Matteo Botrugno menyebut Lucy sebagai pribadi yang sangat menyenangkan.

Bagi keduanya, Lucy merupakan sosok yang kompleks, figur pria dan perempuan menjadi satu. Di situlah karakter Lucy semakin menarik. Meski telah melewati masa-masa teramat sulit, Lucy masih bisa memberikan kasih sayang kepada orang-orang di sekitarnya, termasuk kepada Botrugno dan Coluccini. "Bahkan, Lucy seperti jadi nenek kami yang baru," kata Botrugno.

Selain memperingati peristiwa holocaust internasional, pemutaran film itu merupakan bagian dari Italian Film Festival atau ITAFF 2023 pada 21-29 Januari 2023. Tahun ini, Kedutaan Besar Italia dan Institut Kebudayaan Italia Jakarta juga menggelar ITAFF di dua kota, Jakarta dan Yogyakarta, secara luring.

Untuk Jakarta, pemutaran film digelar di Institut Kebudayaan Italia Jakarta dan di CGV Grand Indonesia. Sedangkan di Yogyakarta, pemutaran film ITAFF dihelat di Institut Francais Indonesia, Yogyakarta.

Festival Director Italian Film Festival 2023, Maria Battaglia, mengatakan, penyelenggaraan kali ini merupakan respons atas antusiasme penonton Indonesia atas gelaran ITAFF sebelumnya. “Kami sangat bersemangat dalam menyelenggarakan Italian Film Festival kedua kalinya tahun ini, setelah yang pertama diadakan secara daring pada 2021,” kata Maria Battaglia, Jumat dua pekan lalu.

Battaglia mengatakan, terdapat delapan film yang mereka tayangkan di ITAFF di Jakarta dan Yogyakarta. Film-film tersebut bisa ditonton secara gratis untuk umum. Termasuk film (_A Breath of Life_) yang akan diputar kembali di IIC Jakarta pada hari ini.

INDRA WIJAYA

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus