CINTAKU DI RUMAH SUSUN Pemain: Deddy Mizwar, Asmuni, Doyok, Eva Arnaz, Rima Melati Cerita/Skenario/Sutradara: Nya'Abbas Akup INI dia, rumah susun di tepi rel kereta api dengan penghuni yang padat. Di situ tinggal janda separo baya yang rada genit, Mastun namanya. Di kamar sebelahnya bercokol ketua RT yang suka main biola, Asmuni. Lalu ada Somad, pegawai bagian kebersihan yang belum juga punya pacar, dalam usia meluncur senja. Somad dilarang berpacaran oleh kakeknya, dengan alasan bikin repot dan takut "kecelakaan". Adik Somad, perempuan, belum juga laku-laku, mungkin karena cerewetnya kebangetan. Sementara itu, di lantai paling bawah, ada seorang nenek yang seharian duduk saja di kursi, sambil melamunkan keindahan masa lalu, manakala ia tinggal di pekarangan luas, lengkap dengan sekawan itik dan kambing. Lalu di lantai paling atas, bermukim Zuleha, gadis genit bahenol, simpanan seorang kaya bekas perampok. Eha, panggilan Zuleha, hidup dalam kemewahan, mandi pun pakai bir. Dari penghuni yang beragam dan perangai yang berbeda inilah, Nya' Abbas merangkum cerita. Begitu lancar caranya, seperti tanpa beban apa-apa. Tak terkesan adanya protes. Bandingkan dengan serial Inem Pelayan Sexy (1976) tempat Abbas menyindir orang kaya baru. Atau karyanya setahun lalu. Semua Karena Ginah yang lebih dipadati kritik soaial. Plot cerita ini pun mirip karya Abbas terdahulu, memakai gaya ketoprak atau Srimulat. Fokus cerita tak ada, atau malah tak penting. Tanpa fokus, cerita toh tidak melebar malah terbingkai di rumah susun, tepatnya di tangga rumah susun. Film toh tak juga membosankan, antara lain berkat kecermatan juru kamera F.E.S. Tarigan. Semua penghuni rumah susun mendapatkan porsi yang sama. Janda Mastun (Rima Melati) kedatangan tamu lelaki yang segera memancing kecurigaan Ketua RT Asmuni. Sementara itu, Zuleha (Eva Arnaz) naksir Somad (Deddy Mizwar), tapi lelaki ini begitu minder dan bloon di hadapan cewek. Somad pun mendapat tekanan dari adik perempuannya (Jajang C. Noer), yang amat benci pada ulah Eha. Rumah susun itu pun tiap hari bising dengan pertengkaran, belum lagi orang harus bicara setengah berteriak, kalau kereta api lewat. Toh sesekali penonton dibawa keluar rumah susun, menemui keluarga Gandon (Galeb Husin) yang rumahnya sangat mewah. Dia inilah yang menyimpan Eha di rumah susun. Kemudian penonton tahu, Eha itu sesungguhnya puya Sandrak (Kadir), teman Gandon sewaktu jadi perampok, yang mendekam di penjara. Sandrak berhasil melarikan diri dari penjara, lalu menuntut upaya Eha dikembalikan. Lantaran tak juga ketemu Eha, Sandrak pun jadi naksir Enka, anak gadis Gandon. Kebetulan Somad juga naksir Enka -- satu cara Nya' Abbas untuk menghadirkan masalah perbedaan kelas. Dalam upayanya mengejar Enka, Sandrak, yang "dilarikan" Somad tiba di rumah susun dan, eh, ketemu Eha. Nah, seperi Srimulat, kan? Lewat Rumah Susun ini Abbas menyajikan humor yang tak terduga-duga. Bagaimana nenek yang selalu termangu-mangu di kursi itu tiba-tiba bisa begitu gesit mencuri dua botol bir, yang disembunyikan di lipatan kainnya. Atau anak kecil yang menunggu di jendela, kalau-kalau ada kiriman. Sesekali ia berhasil menggaet bakso, kali lain roti. Agaknya, Nya' Abbas kenal betul rumah susun. "Keponakan saya tinggal di rumah susun," kata sutradara yang pendiam ini. Film ini terasa segar, juga karena pemainnya mendapat porsi yang sama, bermain bagus, hingga tak ada yang sempat menonjol. Doyok bermain lebih bagus dibandingkan dalam Ginah. Dan seperti biasa Kadir sangat lucu kalau mendapat naskah yang pas, dan Abbas menyediakannya. Eva Arnaz pun kali ini tak sekadar pamer tubuh, tapi berusaha mengimbangi permainan Deddy Mizwar Rima Melati, Jajang, dan sebagainya. Wajar kalau Cintaku meraih nominasi film terbaik FFI 87, selain memperoleh 6 nominasi unsur-unsurnya -- sutradara, fotografi, penata artistik, tata suara, cerita asli, dan skenario. Putu Setia
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini