Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Dari Hantu yang Bertumpuk hingga Descartes

Inilah lima film horor yang diputar mulai Oktober hingga awal Januari ini. Sukses meraih untung tapi miskin logika dan mutu akting.

29 Januari 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kuntilanak Pemain: Julie Estelle, VJ Evan Skenario: Ve Handojo Sutradara: Rizal Mantovani Produksi: Multivision Plus

Marilah kita masuk ke dunia tanpa akal. Bermula dari kisah si cantik Samantha (Julie Estelle) yang gerabak-gerubuk mencari tempat kos. Maklum, ayah tiri yang jahanam sialan betul dan sungguh lelaki buaya darat dan laut. Nah, jadilah Samantha sampai nekat memilih kos di dekat kuburan, sebuah rumah bertingkat dengan pohon beringin besar dan kuburan tua. Baru saja Samantha tiba, eh, si ibu kos sudah berceloteh tentang kuntilanak dan berdendang tembang Durmo yang bisa memanggil kuntilanak. Gila, apa ada ya ibu penjaga kos yang mengerikan seperti ini? Lucunya, Sam sama sekali tak terpikir untuk pindah kos.

Sejak mendengar lagu Durmo, Sam mendapat perlindungan kuntilanak. Tiga temannya meninggal tak wajar. Pa-carnya, Agung (Sam Sanders) nyaris menjadi korban. Dan sebagaimana tradisi film sundel bolong, film ini juga menghadirkan elemen humor yang diwakili oleh tukang parkir yang tak pernah mendapat bayaran. Sayang, humornya tak bikin ketawa. Penampilan Evan? Tak bermutu. Ia benar-benar kartu mati.

Film dengan anggaran Rp 5 miliar ini telah menyedot 1,5 juta penonton. Coba kalikan dengan harga karcis, berapa yang dapat diraup? Film ini menawarkan tafsir baru tentang kuntilanak. Editing disuguhkan ala klip video. Cepat, mengagetkan, tapi sekaligus melelahkan.

Pocong 2 Pemain: Revalina S. Temat, Agus Ringgo, Dwi Sasono, Risty Tagor Skenario: Monty Tiwa Sutradara: Rudi Soedjarwo Produksi: SinemArt Pictures

Aduh. Film ini disutradarai Rudi Soedjarwo pula, yang sudah menghasilkan berbagai film bagus itu: Ada Apa dengan Cinta, Mengejar Matahari, 9 Naga. Aduh.

Okelah. Film ini berkisah tentang Maya (Revalina S. Temat) dan adiknya, Andin (Risty Tagor), yang pindah ke sebuah apartemen megah tapi harganya murah. Tak terlihat penghuni lain. Pocong pun mulai memperkenalkan diri kepada penonton saat Adam (Agus Ringgo), pacar Maya, ke toilet. Pocong yang bisa melompat itu juga mampir dalam mimpi Maya. Tapi Maya tak percaya pada hantu. Maya baru percaya setelah Andin terkurung dalam lemari baju.

Mulailah Maya bertanya sana-sini. Di sinilah filsafat Descartes masuk melalui diskusi dengan dosen. Saya berpikir maka saya ada. Pakai bahasa latin, euy. Entah kenapa Monty Tiwa harus menjejalkan bahasa Latin segala, dan apa pula hubungannya dengan hantu. Entahlah. Yang jelas, Maya baru bisa melihat hantu setelah bertemu dengan seorang dukun. Ia kemudian mengetahui ada hantu bernama Wisnu (Dwi Sasono) yang mengganggu adiknya selama ini. Motifnya adalah balas dendam. Maya pun berusaha meyakinkan bahwa Wisnu sudah mati. Wisnu pun kalah oleh kekuatan pikiran Maya, sang penganut filsafat Descartes itu. Ahem.

Film berbiaya Rp 4 miliar ini dipromosikan secara besar-besaran dengan memasang patung pocong raksasa di beberapa jalan protokol di Jakarta dan Surabaya. Patung ini sering mengagetkan pengguna jalan. Kaget di jalan, tapi tidak di dalam bioskop. Penonton pun mengalir hingga 813 ribu orang. ”Sejelek-jeleknya film horor, penonton tak pernah kecewa,” kata Rudi Soedjarwo. Hm....

Hantu Jeruk Purut Pemain: Angie Yulia, Sheila Marcia Joseph, Samuel Z. Skenario: Ery Sofid Sutradara: Koya Pagayo Produksi: Indika Entertainment

Tiga kali membikin film horor, tiga kali itu pula Koya Pagayo alias Nayato Fio Nuala, yang menang sebagai sutradara terbaik Festival Film Indonesia 2006, memasang tagline yang sama: Hati-hati, jangan ditonton ibu hamil dan yang punya penyakit jantung. Tentu saja ibu hamil dan orang yang berpenyakit jantung tak dianjurkan nonton film horor apa pun.

Film Hantu Jeruk Purut mengangkat cerita dari mulut ke mulut tentang hantu pastor tanpa kepala dan selalu membawa anjing yang telah menjadi legenda di kompleks pemakaman itu. Airin (Angie Yulia), seorang penulis, bersama Nadine (Sheila Marcia) dan Valen (Samuel Z.) mengelilingi makam tujuh kali untuk mengundang pemunculan hantu berkepala buntung. Cara memanggil hantu itu mengundang korban sepasang kekasih yang tewas secara tak wajar di atas mobil. Itu pula yang terjadi dengan Nadine dan Valen. Hanya Airin yang bertahan.

Film yang dirilis pada 30 November itu kini telah mengantongi penonton lebih dari 790 ribu orang. ”Tak perlu menyebut berapa biaya produksinya. Nanti ada yang tak senang lagi,” kata Shanker, produser film.

Lha, tidak senang pasti bukan karena biaya produksi, tapi karena capek berharap pada film horor Indonesia.

Bangku Kosong Pemain: Adhitya Putri, Catherine Sharon, Bella Esperance Lee Skenario: Rury Yurika Sitorus, Mariza Rohmalia Sutradara: Helfi Ch. Kardit Produksi: Starvision

Guru cantik itu, Grace (VJ Cathy) baru sehari mengajar, menggantikan guru Melisa (Reza Artamevia). Guru cantik ini galak sekali. Baru masuk sudah ngotot memerintahkan salah seorang muridnya, Dinda (Aditya Putri), menempati bangku kosong di baris depan yang selama ini tak pernah ditempati. Padahal bangku itu punya sejarah seram. Sebelum Grace dan Melisa mengajar di sekolah itu, ada lagi seorang guru yang menyortir hasil ujian sampai lembur di kelas. Ia terkejut ada lembar soal yang diisi oleh murid yang sudah lama meninggal. Ia ketakutan dan mengalami kecelakaan mobil. Sejak itu bangku sang murid gaib itu dibiarkan kosong.

Lantaran dipaksa, Dinda yang duduk di bangku kosong itu sering kesurupan dan didatangi hantu Clara, siswi yang menghilang empat tahun sebelumnya. Dinda murid yang pintar dan miskin itu juga sering mendapat perlakuan sewenang-wenang dari geng pimpinan Adela, anak pemilik yayasan sekolah. Cerita terus berputar di antara Dinda-Clara-Adela. Baru ketahuan belakangan, sebelum Clara, ternyata ada lagi hantu cewek yang duduk di bangku yang sama. Terbayang nggak sih, dua hantu cewek duduk bertumpuk?

Film dengan ongkos Rp 3,7 miliar ini sampai awal Januari lalu telah menangguk 843 ribu penonton. Tapi sukses meraih untung tak disertai sukses dari sisi kualitas akting. Ampun, hampir semuanya tampil rata, datar. Kalau tak ada jerat-jerit itu, mungkin Anda akan ketiduran.

Roh (The Evil Spirit) Pemain: Ryan Delon, Rini Yulianti, Putri Patricia Skenario: Kreshna Armand Sutradara: Atok Suharto Produksi: MM Creations, PT Layar Cipta Karya Mas

Ini film horor yang mengawali 2007 dan masih belum gulung layar. Diangkat dari kisah dan judul sama pada 1989 yang disutradarai oleh Widodo S.W.D. dan diramai-kan bintang ”horor” 1980-an Sally Marcellina. Meraih 150 ribu penonton pada saat itu, Madhu Mahtani, sang produser, mencoba mengulang sukses 18 tahun kemudian. ”Kami hanya memasang target penonton 200-300 ribu,” katanya.

Sayang, Atok Suharto, yang pernah menggarap Bukit Berdarah (1985) dan Si Manis Jembatan Ancol (1994), tak mampu menggarap film berbiaya kurang dari Rp 3 miliar itu menjadi cerita menarik pada masa kini. Banyak gambar yang mengingatkan pada film Indonesia 1990-an. Dialog tampil membosankan dan menggelikan. Jeruk nipis jadi media penanda ada hantu atau tidak. Cerita melompat-lompat tanpa ada penjelasan yang baik dan runtut. Juga banyak ilustrasi musik yang dipaksakan untuk menimbulkan efek tegang. Mobil datang ke sebuah vila, misalnya, diiringi musik yang seram. Mengada-ada.

Cerita bermula dari sekelompok remaja yang berkemah di hutan. Ririn dan temannya bercanda sampai ke tengah hutan. Ririn kerasukan arwah dan meninggal. Nadya (Rini Yulianti) bersedih dan minta tunangannya, Gilang (Ryan Delon), mengantar ke vila milik Gilang. Di sanalah pelbagai peristiwa ganjil terjadi. Ada jeritan suara Ririn dan benda-benda bergerak sendiri. Sudah ah, lima film horor saja sudah cukup bikin pusing.

Yos Rizal S., Evieta Fadjar, Andi Dewanto, Yandi M.R.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus