Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Dialah Sang Deep Throat

Mengungkap identitas narasumber anonim paling misterius dalam sejarah jurnalistik.

22 Oktober 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIGA tahun sebelum kematiannya pada usia 95 tahun, seorang pensiunan Biro Penyelidik Federal (FBI) membuat sebuah pengakuan. Mark Felt, Wakil Direktur FBI era 1970-an, menyatakan bahwa dialah pembocor informasi rahasia tentang skandal Watergate kepada wartawan The Washington Post. Bocoran Felt memicu terkuaknya konspirasi di tubuh pemerintah Amerika Serikat yang memaksa Presiden Richard Nixon meletakkan jabatan. Pada 2005, Felt menyatakan sebenarnya dialah sang Deep Throat- yang selama ini misterius.

Pengakuan Mark Felt ini yang diangkat sutradara Peter Landesman menjadi film Mark Felt: The Man Who Brought Down the White House. Sebelumnya, kita pernah melihat film klasik tahun 1976, All the President’s Men, yang juga mengangkat skandal Watergate, tapi dari sudut pandang dua wartawan The Washington Post, Bob Woodward dan Carl Bernstein (Robert Redford dan Dustin Hoffman). Deep Throat muncul di film itu sebagai sekadar sosok samar yang ditemui Woodward di sebuah parkiran mobil. Kini ia menjadi tokoh utama dengan identitas seterang-terangnya.

Felt diperankan Liam Neeson, yang berwibawa dengan suara dalam, rambut perak, dan ekspresi keras. Ia nyaris tak pernah kehilangan kontrol atas emosi. Sebagai orang kedua di FBI, Felt punya reputasi cemerlang karena integritas dan loyalitasnya. Begitu Direktur FBI J. Edgar Hoover meninggal mendadak dalam tidur pada 1972, Felt menjadi kandidat suksesor terkuat. Namun Presiden Nixon (tak muncul dalam film) malah menunjuk pejabat Kejaksaan Agung, L. Patrick Gray (Martin Csokas), yang lebih dapat dikendalikan sebagai pemimpin sementara.

Meski Felt terlihat menerima keputusan itu dengan lapang dada, kita jadi sedikit bertanya-tanya apakah langkah Felt selanjutnya membongkar kebusukan kabinet Nixon memang karena integritasnya ataukah hanya sebuah pembalasan karena telah dilangkahi.

Skandal Watergate pun bergulir. Lima laki-laki tertangkap saat membobol markas Komite Nasional Partai Demokrat di Kompleks Watergate memasang alat sadap pada 17 Juni 1972. Insiden yang bertepatan dengan kampanye pemilihan umum itu ternyata bagian dari konspirasi besar tindak sabotase, pengintaian politik, serta penyuapan pada politikus dan pejabat tinggi. Skandal ini melibatkan sejumlah anggota komite pemenangan kembali Nixon dan ditutup-tutupi sang Presiden sendiri.

FBI awalnya menyelidiki kasus itu, tapi kemudian diintervensi. Direktur Gray tunduk saja kepada perintah untuk menghentikan penyelidikan, tapi tidak begitu dengan Felt. Ia meradang karena independensi FBI diotak-atik. Felt memerintahkan anak buahnya tetap menyelidiki kasus itu secara diam-diam.

Lalu Mark Felt potong kompas dengan membisikkan sejumlah informasi kepada wartawan Bob Woodward (Julian Morris). Komunikasi Felt dan Woodward dalam film ini sayangnya dibuat tak begitu menarik karena hanya dimunculkan sekilas tanpa kesan berarti.

Yang lebih menarik justru berbagai pertemuan Felt dengan wartawan Time, Sandy Smith (Bruce Greenwood). Smith adalah kawan lama Felt dan tahu betul bahwa si agen tak pernah membocorkan informasi FBI apa pun kepada siapa pun sepanjang kariernya. Pertemuan yang berlangsung di kedai pie itu dapat memperlihatkan dilema dan konflik emosi Felt saat memutuskan melanggar prinsipnya sendiri.

Berbeda dengan All the President’s Men yang dibuat dari sudut pandang wartawan sehingga alurnya menjadi dinamis, genting, dan penuh tekanan, film Mark Felt berjalan lebih lambat dengan banyak momen kontemplatif. Pergulatan emosi Felt sebagai pembocor lebih ditonjolkan ketimbang ketegangan skandal Watergate itu sendiri. Ada pula alur sekunder berupa konflik rumah tangga Felt dengan istrinya, Audrey (Diane Lane), untuk memperlihatkan sisi Felt yang lebih personal. Kini kita tahu siapa itu Deep Throat.

Moyang Kasih

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus