Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Dongeng buat orang dewasa

Pengarang: danarto jakarta: balai pustaka, 1982 resensi oleh: subagio sastrowardoyo. (bk)

16 April 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADAM MA'RIFAT Oleh: Danarto Penerbit: PN Balai Pustaka, Jakarta, 1982, 71 hlm. PENGARANG yang sudah matang, wawasan sastranya tidak lagi bersoalan dengan apa dan bagaimana ia akan mengarang. Masalah dasar itu sudah telampaui pada tahap kematangan itu. Yang masih menjadi kemasgulan adalah soal yang lebih langsung menyentuh inti kerja sastra: mengapa dan untuk apa dia mengarang. Pertanyaan itu berkaitan dengan peri laku sebagai seorang sastrawan dan seniman. Selama belum ditemukan jawaban pertanyaan itu, kerja sastranya tidak akan bermakna baginya. Jalan untuk sampai kepada makna kerja sastra itu adalah setia pada dirinya sendiri yang raut jiwanya dibentuk oleh situasi pribadi di tengah lingkungan masyarakat dan zamannya. Dalam hal itu ia harus terus-menerus menjenguk ruang batinnya untuk menjumpai bayangan dirinya yang paling cerah dan murni. Sebab ruang batin ItU, penJelmaan dari perkembangan masyarakat dan zamannya dengan ciri-ciri khas pada watak dan kecenderungannya. Kumpulan cerita pendek Adam Ma'rifat, juga Godlob (1974), adalah hasil renungan Danarto ke dalam batinnya.- yang membayangkan dirinya sebagai manusia Indonesia yang dibesarkan dalam suasana dan alam berpikir kejawaan. Tapi bukan jiwa kejawaan yang sudah membeku dalam pola ketat adat dan tata cara, melainkan yang masih resah untuk menemukan kembali wawasan hidup yang kekal dan menginti. Cerita-cerita pendek Danarto itu ahir dari pertanyaan, "apakah hidup ini pada dasarnya dan bagaimana dapat saya tanggap pada terasnya?" Hasilnya adalah ragam bercerita yang mengembalikan kesusastraan pada bentuk pengucapan yang paling sahaja untuk mengungkapkan tanggapan hidup pada tahap paling awal dan purba. Cerita-ceritanya lalu berkesan sebagai dongengdongeng, tetapi bukan untuk didengar oleh anak-anak, melainkan untuk ditangkap oleh jiwa dewasa yang sudah tersepuh oleh kegetiran pengalaman dan keguncangan budaya. Seperti dongeng, di dalam cerita Danarto kategori-kategori berpikir menurut garis. garis logika dan rasio tidak berlaku. Juga batas yang memisahkan individu dengan identitas dirinya menjadi kabur - bahkan lenyap. Demikian juga alam gaib dan alam kasat mata berbaur mengisi cerita. Penghuninya terdiri dari manusia, hewan, benda mati, juga zat kimia yang bergaul dan saling menyapa. Bahkan Tuhan turut terlibat sebagai individu di alam dongeng itu. Identifikasi diri yang kabur dan lenyap itu kita lihat dalam Mereka Toh Tidak Mungkin Menjaring Malaikat dan Adam Ma'rifat. Malaikat Jibril adalah juga angin dan embun dan dapat berubah menjadi seonggok daun pisang kering. Sedang Adam Ma'rifatnya identik dengan angin, napas, api, darah, tanah, onggokan karung, bungkus plastik, layang-layang, gerombolan kuli bangunan, gerombolan gelandangan. Dalam Megatruh, si aku bercakap-cakap dan bertukar pikiran dengan seekor kadal dan zat asam. Dalam pergaulan antar berbagai penghuni duniadongengitu, benda bisa berpengaruh pada manusia seperti layaknya barang hidup. Pada cerita pendek yang berjudul gambar not balok dengan tanda-tanda ngung-ngung dan cak-cak kita saksikan bahwa bukan hanya roh yang dapat merasuki orang-orang yang menari kecak, juga komputer bisa menyebabkan orang kesurupan. Dalam cerita itu juga ditunjukkan bahwa waktu dan kejadian dapat bertukar tempat seakan-akan tidak ada urutan detik demi detik atau peristiwa demi peristiwa. Kejadian di Prancis dan di Bali sekaligus tertangkap oleh komputer pengurai. Dan apakah peristiwa? Yang disaksikan sebagai tarian Bedoyo pada suatu pesta sebenarnya tidak pernah terjadi. "Tidak ada sesuatu pun yang pernah terjadi hingga pesta itu terganggu. Apa itu? Jadi yang tadi itu kejadian apa? Kejadian yang mana? Yang itu tadi! Tadi mana? Allah, yang barusan itu, apa? Jangan mengada-ada, ah!" (Cerita pendek Bedoyo Robot Membelot). Dalam cerita ini peristiwa yang sungguh dan tidak sungguh terjadi berbaur dan rancu. Dan hidup hanya sulapan, satu ilusi, satu maya. Itulah tanggapan hidup Danarto yang dapat disimpulkan dari cerita itu.Tanggapan itu satu aspek dan kelanjutan dari pandangan filsafat-religius yang lebih pokok: pandangan panteistis yang beranggapan bahwa segala sesuatu yang ada, berupa benda mati atau hidup, nampak atau tak nampak, adalah perwujudan dan penjelmaan dari Yang Mahatunggal. Alam panteisme Danarto, di mana segala yang ada turut berperan, mengalir dan berkembang dari kepercayaan mistik Jawa akan manunggalnya Kawula-Gusti - yang diceritakan secara manis dan puitis dalam bentuk cerita pendek. Seperti halnya hikayat lama, di mana dewa-dewa berperanan dan berhubungan dengan manusia, demikian juga di dalam dongeng Danarto, Tuhan masih akrab pergaulannya dengan makhluk-makhluknya di bumi. Bahkan terhapus batas-batas identifikasi Khalik dan makhluk. Sehingga si "aku", yang tiba-tiba muncul pada akhir cerita pendek Lahirnya Sebuah Kota Suci, dapat berkata: "aku telah menulis kitab suci begitu banyak. Kitab-kitab suciku." Kesadaran akan manunggalnya Kawula Gusti itu tidak hanya diterima dengan mengikuti tradisi berpikir saja. Tetapi timbul pada Danarto dari kegetiran pengalaman dan keguncangan budaya. Seperti dikatakan oleh "aku" di dalam cerita tersebut: "aku telah menciptakan cermin-cermin begitu banyak. Cermin-cerminku. Lalu aku pecahkan semua cermin itu, hingga aku bisa melihat diriku sendiri." Cerita-cerita pendek dalam ragam dongeng ini mengandung tanggapan hidup Danarto. Tanggapan itu merupakan kebenaran yang memberi makna kepada hidup dan kerja sastra pengarang itu. Kita bisa menerima, atau menganggap dunia dongengnya hanya omong kosong belaka. Itu tergantung dari tafsiran kita masing-masing. Adam Ma'rifat sendiri di dalam dongeng Danarto cenderung membiarkan adanya kesimpulan yang beragam tentang dirinya. Bahkan di dalam satu bagian pernyataannya Adam Ma'rifat bersabda: "ya akulah omong kosng." Subagio Sastrowardoyo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus