Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Drama Cinta dari Broadway

Seniman muda Indonesia yang belajar teater bersama seniman Broadway berpentas tentang proses persiapan pertunjukan.

2 September 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Indonesia Menuju Broadway menampilkan “What I Did for Love” di Soehanna Hall, Jakarta, Selasa lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seth Weinstein menekan tuts-tuts piano. Sorot lampu berpusat kepadanya. Beberapa orang di atas panggung dibalut suasana temaram. Mereka adalah 13 peserta Indonesia Menuju Broadway. Seth Weinstein adalah Direktur Musik StudentsLive-Passport to Broadway. Dia mengiringi pertunjukan teater musikal bertajuk "What I Did for Love", di Soehanna Hall, Jakarta Selatan, Rabu lalu. Mereka berpentas setelah berlatih di Broadway.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pasangan kekasih berpelukan dalam dinamika tarian sambil menyanyi. Mereka berdansa, sesekali dahi mereka saling menempel sebagai ekspresi kemesraan. Para pemeran itu sedang berlatih untuk sebuah pementasan. Namun di antaranya ada yang saling jatuh cinta selama menjalani masa pelatihan. Seorang instruktur terkadang-kadang muncul di panggung untuk memantau proses latihan. Sempat pula ia menegur peserta latihan yang sedang bermesraan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jatuh cinta dan persaingan menjadi alur yang dipadukan guna menegaskan betapa perlunya orang-orang terdekat memberikan dukungan dalam menggapai kesuksesan. Pada babak pertama itu, para pemain mendapat kesempatan bermonolog sebagai ungkapan pribadi peserta yang disusun dalam keutuhan alur cerita. "Mereka menyampaikan ungkapan pribadi tentang seni pertunjukan dengan cara berbeda-beda," kata Billy Gamaliel, yang menyutradarai pertunjukan itu.

Dalam pertunjukan tiga babak itu, para pemeran memainkan empat karakter, yakni tiga untuk kebutuhan cerita dan satu monolog. Mereka menyanyikan 40 lagu Broadway, dan lagu What I Did for Love menjadi tembang utama sebagai ujung pementasan. Latar panggung yang ditampilkan layar terus berubah sesuai dengan alur pementasan. Demikian pula dengan kostum para pemeran yang terus berganti di atas panggung.

Emosi penonton juga diaduk-aduk antara drama dan suasana jenaka. Pada salah satu bagian, penonton masih larut dalam cerita dengan unsur jenaka. Lalu gelap menutupi panggung. Saat secercah cahaya kembali berpendar, suasana yang sebelumnya dipenuhi gelak penonton berubah menjadi hening. Seorang perempuan berpakaian serba hitam sedang mengamuk. Latar menampilkan visual bui dengan deretan angka Romawi di dinding penjara.

Drama Cinta dari Broadway

Perempuan yang ekspresinya selalu geram itu kemudian diperlihatkan sedang berada di ruang pengadilan. Rupanya cerita itu adalah plot tentang audisi pemilihan pemeran sebagai pembunuh. Babak ini mengambil makna tentang dinamika kehidupan. "Hal yang terjadi dalam hidup harus dihadapi dengan ketabahan sambil memperbaiki suasana sampai membaik lagi," ucap Billy.

Pementasan teater musikal Indonesia Menuju Broadway adalah beasiswa untuk pelatihan melalui program ruang kreatif Bakti Budaya Djarum Foundation. "Mereka mengikuti pelatihan intensif dari para aktor, tim produksi, dan tim kreatif StudentsLive-Passport to Broadway," kata Direktur Program Bakti Budaya Djarum Foundation, Renitasari Adrian.

Program pelatihan ini diminati 672 peserta yang mengikuti audisi pada Januari lalu. Dari proses pemilihan awal, terpilih 243 peserta. Kemudian mereka dinilai oleh juri, di antaranya Garin Nugroho, Ari Tulang, Andrea Miranda, dan Ufa Sofura. Dari penilaian itu, 68 peserta terpilih untuk mendapatkan pelatihan StudentsLive-Passport to Broadway.

Setelah menjalani pelatihan intensif di Jakarta, pada Februari lalu, hanya terpilih 13 orang. Para peserta berusia 13 tahun hingga 32 tahun itu mendapatkan kesempatan untuk unjuk kemampuan di Symphony Space, 2537 Broadway at 95th Street, New York, Amerika Serikat, pada 12 Juli 2019. "Prosesnya mempelajari modul 236 halaman yang merangkum cerita, koreografi, blocking, dan lagu," kata Galabby Thahira, salah satu peserta.

Mereka diberi waktu mendalami modul itu kurang dari sepekan. "Kami menyanyi, akting, menari, sambil mempelajari transisi dalam cerita," ucap Adyla Rafa Naura Ayu, peserta termuda dalam kelompok teater musikal ini. BRAM SETIAWAN

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus