Cats and Dogs
Sutradara : Larry Guterman
Penulis Skenario : Glen Ficara, John Requa
Pemain : Jeff Goldbum, Elizabeth Perkins, Tobey Maguire
Produksi : Warner Brothers, 2001
TELAH muncul tiran baru, Tuan Tinkles namanya. Ia gemar menyeringai saat menitahkan aksi brutal. Agar makin seram, cakarnya yang tajam sering ia pamerkan. Namun, alih-alih membuat ngeri, polah tiran ini justru membuat geli. Tuan Tinkles tak lain seekor kucing Persia putih dalam film komedi Cats and Dogs. Lawan yang diincarnya siapa lagi kalau bukan golongan anjing.
Alkisah, Profesor Brody (Jeff Goldbum) telah berhasil menemukan serum yang bisa menyembuhkan alergi manusia terhadap anjing. Tuan Tinkles (pengisi suara: Sean Hayes) geram karena ia tak ingin label anjing adalah sahabat terbaik manusia makin kental setelah penemuan ini. Maka, ia pun merencanakan perang besar. Kelompok anjing yang keteteran terpaksa mengandalkan nasib pada anjing kemarin sore bernama Lou (pengisi suara: Tobey Maguire) dan anjing gaek Butch (Alec Baldwin).
Sejak pertama, film ini sudah ketahuan keberpihakannya. Anjing adalah kaum lurus, sementara kucing kaum sesat. Debut pertama sutradara Larry Guterman ini memang bisa membuat pencinta kucing makan hati. Kucing dicitrakan cerdas tapi penuh kelicikan. Sebaliknya, anjing digambarkan lugu tapi jujur dan setia.
Persoalan pilihan ini cukup menganggu. Apalagi film ini ditujukan pada anak-anak, yang sepantasnya mendapat pesan yang seimbang. Seperti ketika Lou menemukan "fakta" bahwa pada zaman Mesir kuno manusia diperbudak kucing sebelum akhirnya diselamatkan anjing, ini tentu merupakan opini yang berlebihan. Pesan yang kurang tepat juga meluncur lewat pemunculan satu-satunya karakter binatang yang berjenis kelamin betina, anjing Saluki (pengisi suara: Susan Sarandon). Saluki digambarkan sangat bijak dan sama sekali tak pernah terlibat perkelahian. Karena itu, keberpihakan jadi ganda karena film ini sekaligus jadi seksis.
Kelemahan lain, tokoh-tokoh binatang dalam film ini tak mengalami perkembangan karakter. Mereka hanya muncul di layar dan bicara, seperti halnya dalam seri Dr. Doolittle, yang dibintangi Eddie Murphy. Akibatnya, film ini tak bisa digolongkan film keluarga dan jatuh pada film anak-anak semata.
Selain itu, teknik yang dipakai dalam Cats untuk menggambarkan binatang yang bicara kurang meyakinkan. Mereka terlihat seperti boneka binatang dalam iklan komersial. Sebagai perbandingan, film Babe, yang dibuat enam tahun lalu, benar-benar bisa membuat penonton percaya babi bisa berkata-kata. Pemunculan Cats di sisi lain justru mempertegas kekuatan film animasi Chicken Run dan Shrek.
Namun, bila penonton dewasa rela sejenak meminggirkan sekian ganjalan tersebut, film ini bisa mendatangkan hiburan tersendiri. Gagasan kucing dan anjing terlibat dalam petualangan mirip Mission: Impossible harus diakui cukup kocak. Mereka punya banyak rahasia seperti layaknya mata-mata dunia. Di hadapan manusia, mereka menyembunyikan perang besar yang terjadi. Namun, di saat bersamaan, mereka membangun kekuatan yang tidak main-main. Kaum anjing memiliki pabrik senjata unik seperti layaknya yang dimiliki tokoh Q dalam serial James Bond. Sementara itu, kucing punya granat bola bulu dan jurus-jurus kungfu. Aksi kucing berjumpalitan ini memang sangat terlihat ter-ilhami film Matrix. Namun, adegan ini tetap asyik ditonton.
Bagian inilah yang membuat Cats berhasil menggiring penonton. Terbukti, film ini sudah berhasil menjala US$ 92,23 juta untuk peredaran di AS dan Kanada saja.
Yusi Avianto Pareanom
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini