Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film
Untuk Malam Mingguan

Berita Tempo Plus

Film Rekomendasi Pekan Ini: Bob Dylan sampai Film Kolosal Mandarin

Mendalami perjalanan karier Bob Dylan, menonton ulang Interstellar, sampai Legend of the Condor Heroes.

 

1 Maret 2025 | 06.00 WIB

Film The Legend of The Condor Heroes: The Gallants. HG Entertainment
Perbesar
Film The Legend of The Condor Heroes: The Gallants. HG Entertainment

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Ada sejumlah film layak tonton pekan ini di bioskop dan platform streaming.

  • Film Hollywood A Complete Unknown sudah tayang di bioskop-bioskop Indonesia sejak pekan ini.

  • Serial Win or Lose yang sempat heboh lantaran terdapat unsur transgender dalam cerita diputar diputar di platform streaming.

BINGUNG mengisi libur akhir pekan pada awal bulan puasa Ramadan? Sejumlah film bisa menjadi pilihan Anda untuk menikmati libur sembari menunggu waktu berbuka bagi yang menjalankan ibadah puasa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seperti film Hollywood A Complete Unknown yang sudah tayang di bioskop-bioskop Indonesia sejak pekan ini. Film ini bercerita tentang perjalanan penyanyi sekaligus penulis lagu folk Amerika Serikat, Robert Allen Zimmerman, atau dikenal sebagai Bob Dylan. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film yang dibintangi aktor Timothee Chalamet sebagai Bob Dylan ini berlatar awal 1960-an. Saat itu Dylan masih 19 tahun dan memulai perjalanannya dari kota kelahirannya, Minnesota, ke New York dengan tujuan awal bertemu dengan idolanya yang sedang sakit, Woody Guthrie.

Sutradara James Mangold berusaha menampilkan kisah Dylan melalui perspektif orang-orang di sekitarnya, termasuk para penggemar yang memproyeksikan harapan mereka kepada sang musikus. Film ini menggali hubungan Dylan dengan tokoh-tokoh ikonik pada zamannya, seperti Woody Guthrie dan Joan Baez.

Selama kunjungannya, Dylan bertemu dengan teman dekat Guthrie, Pete Seeger. Dalam pertemuan tersebut, Dylan membawakan lagu menyentuh hati yang ditulisnya untuk Guthrie. Hal ini membuat Guthrie dan Seeger terkesan. Seeger menawarkan Dylan tempat tinggal, yang secara perlahan memperkenalkannya kepada dunia musik rakyat di kota itu.

Bakat Dylan memikat perhatian Seeger. Ia memperkenalkan Dylan dengan Open Mic Night yang dihadiri para profesional industri, termasuk manajer Albert Grossman. Dylan memikat penonton dan membuat Grossman terkesan, yang lantas menawari Dylan bergabung dengan perusahaannya.

Dylan mulai merekam album debutnya, tapi diminta label menyertakan sebagian besar lagu cover. Namun penjualan album yang rendah membuat Dylan frustrasi dan ingin memamerkan karya aslinya.

Saat itu keadaan politik dan sosial sedang tidak baik-baik saja. Keresahan itu menjadi inspirasi untuk musiknya. Liriknya yang sadar sosial menarik perhatian Joan Baez. Setelah itu lagu-lagunya populer dan Dylan mulai mendapat ketenaran.

Timothee Chalamet mengatakan mendapat tanggung jawab untuk memerankan sosok sebesar Dylan. Chalamet berusaha menyelami sosok Dylan yang tertutup. Untuk mengetahui karakter tersebut, aktor 29 tahun itu memilih menutup diri selama dua setengah bulan selama proses pembuatan film. Dia tidak menerima panggilan telepon atau pertemuan dengan siapa pun. 

"Saya tidak pernah mendekati karakter seintens Bob Dylan ini. Saya tidak akan bisa hidup tenang jika salah dalam peran ini," kata Chalamet seperti dikutip dari CBS News.

Film ini diputar di Amerika Serikat sejak Desember 2024. Hasilnya, A Complete Unknown mendapat respons positif dari penonton dan masuk nominasi penerima penghargaan Academy Awards. Tak tanggung-tanggung, ada delapan nominasi, termasuk penghargaan untuk film terbaik, sutradara terbaik untuk James Mangold, dan aktor terbaik untuk Chalamet. 

Film The Legend of The Condor Heroes: The Gallants. HG Entertainment

Ada juga film Mandarin berjudul The Legend of the Condor Heroes: The Gallants yang bisa Anda nikmati di bioskop sejak Rabu, 26 Februari 2025. Film ini diadaptasi dari sastra klasik Cina karya Jin Yong dengan judul yang sama. 

The Legend of the Condor Heroes: The Gallants berlatar belakang Dinasti Song Selatan di Cina (1127-1279), saat terjadi gejolak permusuhan dan perebutan kekuasaan. Bangsa Mongol, yang dipimpin Genghis Khan, menuju ke barat untuk menggempur Dinasti Jin dan berencana maju ke selatan untuk menaklukkan Dinasti Song.

Para ahli bela diri dari berbagai aliran di Dataran Tengah Cina, termasuk Guo Jing (diperankan oleh Xiao Zhan), bersatu dan mengerahkan kekuatan untuk mempertahankan Xiangyang sehingga pertempuran sengit tak dapat dihindari. 

Kisah film ini juga mengikuti perjalanan tokoh Guo Jing yang meninggalkan kampung halamannya sejak kecil dan tumbuh menjadi pendekar. Meski dihormati oleh banyak tokoh berpengaruh dan mewarisi ilmu bela diri legendaris Jiuyin Zhenjing serta Delapan Belas Tapak Naga, kemampuannya justru memicu iri hati dari berbagai pihak yang membuatnya menjadi sasaran banyak orang.  

Guo Jing tetap teguh dengan sikap rendah hati dan ketulusan hatinya. Bersama seorang perempuan bernama Huang Rong (diperankan oleh Zhuang Dafei), ia menghadapi medan pertempuran yang dipenuhi hujan panah dan asap perang. Ia berjuang mempertahankan perbatasan Dinasti Song Selatan demi rakyat dan negerinya.

Kembali ke film Hollywood, ada film legendaris bikinan sutradara jempolan Christopher Nolan, Interstellar, yang tayang lagi di bioskop jaringan Cinema XXI. Penayangan ulang ini merupakan bentuk perayaan 10 tahun film itu pertama kali tayang di bioskop. Bagi Anda penggemar film-film karya Nolan ataupun film bertema luar angkasa dan semesta, film ini layak ditonton lagi dengan kualitas bioskop terbaik.

Interstellar bercerita tentang kondisi bumi pada masa depan yang makin rusak dan tak layak huni. Bencana iklim terjadi hampir setiap saat, seperti badai debu, yang membuat hidup manusia makin sengsara. Oksigen di atmosfer juga makin tipis sehingga populasi manusia makin kecil. 

Keadaan ini membuat NASA diam-diam memutuskan mengirim sejumlah angkasawan untuk mengeksplorasi planet lain yang berpotensi dijadikan tempat tinggal baru manusia. Tokoh utama film bernama Joseph Cooper (Matthew McConaughey), pilot NASA yang pensiun dan memilih menjadi petani, diajak bergabung dalam misi ini. 

Dengan berat hati karena meninggalkan keluarganya, Cooper menjelajah luar angkasa bersama sejumlah ahli. Mereka menggunakan lubang cacing yang ditemukan di dekat Saturnus untuk menjelajahi sistem planet lain di galaksi yang lain. 

Selain menantang dan mengancam nyawa, misi ini berlomba dengan waktu. Maklum, beberapa jam saja di luar angkasa bisa sama dengan puluhan tahun di bumi. Selain keluarga yang menunggu mereka, ada sisa umat manusia yang terancam punah. 

Selain bioskop, sejumlah film di platform streaming menarik untuk ditonton pada akhir pekan ini, seperti serial dokumenter Surviving Black Hawk Down. Film ini didasarkan pada buku nonfiksi karya penulis Mark Bowden berjudul Black Hawk Down: A Story of Modern War yang terbit pada 1999. 

Berlabel film dokumenter, Surviving Black Hawk Down bukan sekadar menggambarkan tembak-menembak, tapi juga realitas perang yang teramat menyakitkan. Film ini menceritakan pertempuran di Mogadishu, Somalia, pada 1993. Saat itu Somalia, yang dilanda kerusuhan politik dan perang saudara, teramat rapuh. Kondisi masyarakat sangat mengenaskan lantaran kelaparan dan bisa kapan saja menjadi korban perang. 

Militer Amerika Serikat menyasar Panglima Mohammed Farrah Aidid yang mereka anggap berbahaya. Lewat sebuah operasi pada 3 Oktober 1993, pasukan gabungan Army Rangers dan Delta Force berupaya menangkap Omar Salad Elmi dan Abdi Hassan Awale Qeybdiid, dua penasihat utama Aidid. Namun operasi yang dirancang tak berjalan semestinya hingga menewaskan personel militer Amerika Serikat.

Ada pula film animasi karya studio Pixar berjudul Win or Lose yang tayang di Disney+ Hotstar sejak 19 Februari 2025. Serial ini mengisahkan Pickles, tim sofbol sekolah menengah campuran yang sepanjang minggu berlatih mempersiapkan pertandingan di sebuah kejuaraan. 

Serial Win or Lose sempat heboh lantaran terdapat unsur transgender dalam cerita. Akhirnya, Disney menarik alur cerita tentang transgender tersebut dengan alasan kebutuhan para orang tua. Menurut Deadline, Disney telah memotong beberapa baris dialog dari sebuah episode yang merujuk pada identitas gender karakter. 

"Berbicara tentang konten animasi untuk penonton yang lebih muda, kami menyadari banyak orang tua lebih suka membahas subyek tertentu dengan anak-anak mereka sesuai dengan ketentuan dan jadwal mereka sendiri," kata perwakilan juru bicara Disney seperti dikutip dari The Hollywood Reporter. 

Terlepas dari isu tersebut, Win or Lose fokus bercerita tentang satu per satu karakter, baik di dalam maupun di luar lapangan. Termasuk karakter anak yang kurang percaya diri sampai orang tua yang terlalu protektif dan tertutup.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Indra Wijaya

Indra Wijaya

Bekarier di Tempo sejak 2011. Alumni Universitas Sebelas Maret, Surakarta, ini menulis isu politik, pertahan dan keamanan, olahraga hingga gaya hidup.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus