Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Guyon Romansa tanpa Letupan

Film besutan Rob Reiner ini tergolong adem untuk sebuah komedi romantis. Keajaiban Reiner yang tak terulang.

14 September 2003 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ALEX AND EMMA Pemain : Kate Hudson, Luke Wilson, Sophie Marceau Sutradara : Rob Reiner Skenario : Jeremy Leven Produksi : Warner Bros Pictures

KEAJAIBAN hanya terjadi satu kali dalam hidup. Apa boleh buat, inilah yang harus ditelan sutradara Rob Reiner, yang pernah melahirkan sebuah keajaiban bernama When Harry Met Sally. Setelah film ini—dengan adegan gila Meg Ryan berpura-pura orgasme—genre komedi romantis melejit; epigon Reiner bertebaran dan slapstick menjadi warga sampah.

Tapi keajaiban itu tak kemudian segera muncul ketika Rob Reiner melahirkan The American President. Apalagi jika Anda mencoba menghibur hati dengan menyaksikan film Alex and Emma di bioskop pekan-pekan ini.

Syahdan, Reiner ingin mengelus sisa-sisa keajaibannya dengan sebuah kisah lucu dengan kemasan The French Lieutenant's Woman. Alex Shelson (Luke Wilson) adalah penulis novel komedi romantis yang cukup berbakat. Namun dia memiliki keisengan menghamburkan duit di meja judi. Apes. Dalam permainan judi balap anjing, ia kalah besar. Sampai-sampai ia harus mengutang pada lintah darat asal Kuba. Seperti kata Rhoma Irama, judi bikin merana. Uangnya ludes, Alex pun terjerat utang.

Dan, yang tersisa hanyalah janji. Dia akan membayar utangnya jika novelnya rampung dan dibayar penerbitnya. Yang gawat, Alex belum menulis sebiji huruf pun. Istilah kerennya, sebagaimana para penulis pemula atau wartawan muda sering "sok mutu" itu: mengalami writer's block (ide sedang macet, kira-kira begitulah terjemahannya). Kesabaran para rentenir itu pun habis. Alex diberi kesempatan mengembalikannya dalam waktu 30 hari. Tapi jumlah utangnya langsung menggunung hingga US$ 100 ribu. Tak hanya itu, laptop yang menjadi ladang pendaringannya pun dibakar. Punah sudah harapan.

Alex kemudian menyewa seorang penulis cepat alias stenograf. Namanya Emma Dinsmore (Kate Hudson), perempuan baik hati dan menarik. Baik hati karena dia mau menerima pekerjaan menuliskan semua dikte Alex, meski honornya akan dibayar pada ujung bulan. Selama 30 hari mereka pun bekerja bersama. Alex merangkai cerita, Emma menuliskan dalam huruf steno. Mereka bertengkar soal logika plot. Mereka jatuh cinta.

Segalanya mudah ditebak. Tetapi komedi romantik memang bertumpu pada proses, pada penggarapan, dan hasilnya sungguh di luar harapan. Reiner, yang ikut bermain dalam film ini memerankan tokoh Wirschafter, penerbit novel Alex, seperti kehabisan akal untuk membuat cerita mampu melarutkan emosi. Hubungan Alex dan Emma—yang menjadi sentral dalam kisah film ini—seperti langkah kura-kura, lamban dan bahkan macet menghidupkan chemistry di antara keduanya layaknya dua kekasih yang saling jatuh cinta.

Sebabnya, gampang ditunjuk, Reiner kerepotan dalam menggarap dua karakter itu karena dia harus menghadirkan visualisasi dari novel yang ditulis Alex. Dalam novel itu, diceritakan perihal Adam Shipley (yang juga diperankan Luke Wilson), seorang penulis yang jatuh cinta pada seorang wanita Prancis yang seksi, Polina (Sophie Marceau), dan Anna (juga diperankan Kate Hudson) dalam sebuah cerita yang mengambil seting tahun 1920-an. Nah, dua hal yang bergantian muncul inilah yang membuat gairah hubungan keduanya menjadi terasa jauh panggang dari api. Tak terjadi chemistry antara Alex dan Emma.

Kelucuan yang sengaja dibangun kian menjadikan Alex and Emma jauh dari niat semula yang ingin menyuguhkan sebuah komedi romantis yang bergizi. Sialnya, Reiner mengulang beberapa adegan semacam itu. Semisal, ketika Emma mengoyak naskah Alex sehingga tak bisa lagi dibaca, Emma berpura-pura menangis sejadi-jadinya

Sialnya lagi, sutradara sekaliber Reiner tak mampu berkelit dari mandeknya ide. Simak saja soal kebiasaan Emma yang selalu membaca novel dari bagian ending, untuk memutuskan apakah dia mau membaca novel itu secara keseluruhan. Adegan cukup menggelitik, namun sejatinya itu bukan hal baru. Reiner telah melakukannya dalam When Harry Met Sally. Harry selalu membuka halaman terakhir sebuah novel sebelum memutuskan melahap novel tersebut.

Melalui Alex and Emma, Reiner mati-matian menyajikan tontonan menyegarkan seperti karya sebelumnya. Namun, apa daya, film ini hanya sebuah komedi romantik biasa. Tiada sesuatu yang menyegarkan.

Irfan Budiman

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus