Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Hidup bagi Benjamin Button

Sebuah pelajaran tentang hidup dari Benjamin Button, sosok yang lahir dengan keganjilan.

23 Februari 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini


THE CURIOUS CASE OF BENJAMIN BUTTON
Sutradara: David Fincher
Skenario: Eric Roth dan Robin Swicord
Berdasarkan cerita pendek karya F. Scott Fitzgerald
Pemain: Bad Pitt, Cate Blanchett, Tilda Swinton, Elle Danning, Julia Ormond
Produksi: Paramount Pictures dan Warner Bross, Kennedy/Marshall Production

Dia lahir sebagai bayi tertua di dunia pada penghujung Perang Dunia I. Dihajar oleh berbagai penyakit lelaki tua renta, dari penyakit encok hingga pro­blem jantung. Ayahnya, Thomas Button (Jason Flemyng), pengusaha kancing terkemuka di Baltimore, membuangnya di atas tangga rumah jompo. Perawat berhati malaikat, Queenie (Taraji P. Henson) mengambilnya dan mengangkat bayi berwajah tua renta itu menjadi anaknya sendiri yang diberi nama Benjamin. Dan pada saat itulah kita meng­ikuti sebuah perjalanan panjang tentang kehidupan Benjamin Button yang ganjil; seorang anak yang lahir dengan tubuh yang tua. Seiring dengan pertumbuhannya, kita melihat Benjamin akan tumbuh menjadi semakin muda. Di rumah jompo tempat ibunya bekerja, dia melihat kematian demi kematian anggota rumah sebagai sesuatu yang alamiah. Yang tidak alamiah adalah pertumbuhan dirinya.

Dalam cerita pendek karya F. Scott Fitzgerald, peristiwa yang menarik digambarkan pada setiap reaksi orang saat Benjamin tumbuh dan mulai me­nempuh pendidikan sekolah; sedangkan dalam film, sutradara David Fincher (Seven, Zodiac) menikmati kesempatannya bermain dengan visual. Ba­yangkanlah Brad Pitt yang gantengnya gila-gilaan itu (tanpa perlu didampingi oleh istrinya yang jelita Angelina Jolie), dalam make-up lelaki tua, pendek, renta dengan suara bergetar dan aksen New Orleans. Pada usia tujuh tahun dan berwajah kakek itu dia bertemu dengan ”pasangan jiwa”-nya, Daisy (Elle Fanning), yang ngobrol dengan dia di bawah meja.

Pertumbuhan Benjamin menjadi ”remaja” ­berwajah kakek yang kemudian be­lajar bercinta di rumah pelacuran, diikuti dari dekat oleh ayah kandungnya yang dikejar perasaan bersalah.

Pada saat Benjamin dewa­sa, dan mulai mendekati ”pe­nataan” fisik yang sesu­ai dengan usianya, ayahnya akhirnya mengakui dia adalah ayah kandung yang berdosa telah membuangnya, dan ingin mewariskan seluruh perusahaan kancing itu kepadanya.

Tentu saja cerita tidak selesai di sini. Film dua setengah jam ini menceritakan sebuah nasib; tentang kelahiran dan kematian yang sudah jelas bentuk dan waktunya. Benjamin menjadi awak kapal, dan bertemu dengan seorang pe­rempuan yang dingin, misterius, magnetis: Elizabeth Abbot, istri seorang intelijen. Mereka kerap berbincang di da­pur hotel, berbagi teh dan susu, dan tak menyadari malam sudah selesai, dan pa­gi sudah datang. Inilah pertama kalinya Benjamin bercinta dengan perasaan.

Tetapi adalah Daisy (dewasa diperan­kan Cate Blanchett) yang dia rindukan. Adalah Daisy yang menjadi belahan jiwanya; yang disusul ke New York dengan seikat bunga, sementara sang Daisy yang cantik sintal itu, yang melompat di atas panggung balet, ternyata sudah mempunyai kehidupan asmara dengan lelaki-lelaki tampan di sekelilingnya. Waktu selalu tak bersahabat dengan Benjamin. Dia selalu bertemu dengan Daisy pada waktu yang salah.

Hanya ketika Daisy akhirnya mengalami kecelakaan yang menghentikan­ kariernya sebagai balerina, waktu itu datang. Benjamin sudah mencapai usia kelelakian yang dewasa; Daisy sudah menjadi wanita dewasa yang berhati lebih tangguh. Emosi film ini mulai terangkat saat-saat mereka akhirnya berhasil bersatu menjadi pasangan pada 1960-an, ketika The Beatles tengah menjadi tren dunia. Dan saat itu, Benjamin tahu dia akan menanjak ”muda” ketika yang lain menjadi tua. Bagaimana dia bisa menjadi seorang ayah, jika lama-kelamaan usia­nya akan sepantaran anaknya sendiri? Sungguh kenyataan ini meremukkan hati.

Film ini meraih 13 nominasi Academy Awards, antara lain nominasi film terbaik, sutradara terbaik, aktor terbaik, dan aktris pendukung terbaik. Tetapi dengan pesaing seperti The ­Reader (Stephen Dalry) yang memiliki substansi cerita yang sangat kuat, film Benjamin Button peluangnya akan lebih banyak pada kemenangan teknis seperti tata artistik, penyuntingan, sinematografi, dan tata rias.

Brad Pitt memberikan penampilan yang baik; tetapi dibanding pesaingnya dalam Academy Awards yang pemenangnya akan diumumkan pekan ini—seperti Sean Penn (dalam Milk) dan Mickey Rourke (The Wrestler)—Pitt harus berlari maraton lebih jauh lagi.

Leila S. Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus