Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bandung Mawardi
Bilik Literasi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada petang bertanggal 18 Januari 1914, Sayid Usman berpamit dari dunia. Di tanah jajahan, ia adalah pemimpin keagamaan dan orang terhormat di pemerintahan Belanda. Dalam surat kabar Java Bode, 19 Januari 1981, obituari diumumkan ke pembaca tentang kematian Sayid Usman, Penasihat Kehormatan untuk Urusan Arab. Ia memang orang berjasa bagi pejabat-pejabat Belanda dalam mengurusi pelbagai konflik di tanah jajahan berkaitan dengan masjid, politik, tarekat, pakaian, sekolah, dan hukum. Tokoh yang berasal dari sayid Handramut ini memiliki biografi moncer di Batavia selama puluhan tahun, meski sempat mendapat serangan dan kritik berargumentasi agama dan kekuasaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia terkemuka dengan kesadaran teknologi-modern, mencetak-menerbitkan buku-buku dalam sebaran ide dan pemahaman Islam bagi pembaca di tanah jajahan, Timur Tengah, dan Eropa. Peran dan pengaruh besarnya membuat pemerintah Belanda memberikan penghargaan berupa Nederlandsche Leeuw. Sayid Usman pun memiliki hubungan penting dengan pejabat dan sarjana Belanda: Snouck Hurgronje, Hazeu, Hoogenstraaten, Goejoe, Van den Berg, dan Karel Frederik Holle.
Di tanah jajahan, Sayid Usman telah sadar keajaiban mesin cetak dan "keharusan" dakwah dalam terbitan buku-buku, tak melulu ceramah-ceramah di masjid atau pertemuan umum. Ia "meniru" capaian-capaian modernitas meski dalam praktik keagamaan masih sering bercorak tradisional.
Penerbitan buku garapan Nico J.G. Kaptein memberi kelegaan bagi rasa penasaran kita untuk mengetahui biografi dan gagasan Sayid Usman pada akhir abad XIX dan awal abad XX. Dulu, pembaca sempat mendapat petilan ketokohan Sayid Usman dalam buku terjemahan berjudul Orang Arab di Nusantara (2010) oleh L.W.C. Van Den Berg. Dalam pengantar, Karel Steenbrink memberitahukan: Sayid Usman sebagai penasihat dan pembantu untuk Van Den Berg, Holle, dan Snouck Hurgronje. Posisi Sayid Usman dianggap penting dan menentukan untuk pelbagai studi Islam oleh para sarjana Belanda dan penentuan kebijakan-kebijakan para pejabat di tanah jajahan.
"Sayid dianggap orang suci (wali) selama hayatnya," demikian penjelasan Van Den Berg. Sayid di Handramut memiliki otoritas dalam agama dan hukum. Peran itu bertambah saat para sayid hidup di Hindia Belanda. Mereka memang pemuka agama, tapi perlahan memiliki pengaruh dalam tata politik kolonial. Sayid Usman ada dalam daftar terpenting peran sayid asal Handramut dengan penguasaan pelbagai bahasa, ketekunan menulis buku, pergaulan dengan sarjana Eropa, dan posisi di birokrasi kolonial. Di mata umat atau kaum pergerakan politik, Sayid Usman tentu tokoh berpengaruh, tak melulu di Nusantara tapi juga merambah ke Timur Tengah dan Eropa melalui publikasi buku dan serial perdebatan di majalah-majalah.
Dalam studi Kaptein, Sayid Usman (1822-1914) adalah "ulama paling terkemuka di Hindia Belanda, tokoh yang berperan penting dalam membentuk Islam Indonesia". Tokoh terkemuka itu lahir di Batavia, memperdalam ilmu agama di Mekah dan Handramut, kembali lagi menjalankan tugas-tugas keagamaan dan pendidikan di Batavia.
Di mata umat Islam di tanah jajahan, Sayid Usman dianggap bersekutu dengan kaum kafir saat hendak menduduki jabatan di birokrasi kolonial. Peran itu dijalankan saat berusia 67 tahun. Posisi di pemerintahan ditentukan oleh bujukan dan kewenangan Snouck Hurgronje. Semula, orang-orang mengenali Sayid Usman memiliki perhatian besar untuk kemajuan pengajaran Islam di kalangan bumiputra dan membesarkan gagasan-gagasan agama melalui penerbitan. Peran itu berdampak besar dan memunculkan corak khas dalam dakwah Islam pada pergantian abad, XIX ke XX.
Ketokohan dan pengaruh menentukan hubungan Islam dan penjajahan Barat. Muhammad Ali (2017) menganggap peran Sayid Usman ada dalam alur modernisasi Islam, meski ada pandangan-pandangan konservatif yang tetap diberlakukan melalui perdebatan sengit. Modernisasi paling kentara adalah dalam pendidikan dan kemunculan politik pergerakan kebangsaan pada awal abad XX.
Sayid Usman pun hadir dalam alur modern dengan dilema. Ia berpidato dalam kongres Sarekat Islam yang diadakan di Solo, 23 Maret 1913. Di depan ribuan orang, Sayid Usman mengatakan bahwa Sarekat Islam membawa kebaikan dan kemajuan. Ia pun berdoa agar Allah merestui Sarekat Islam menuju kesempurnaan.
Tokoh agama memang memiliki tugas penting dalam doa bersama umat. Doa dalam acara Sarekat Islam itu tak menimbulkan perdebatan agama dan politik. Situasi berbeda terjadi pada 1897. Sayid Usman pernah mendapat kritik ihwal doa dan politik. Rapat Dewan Hindia, 22 Oktober 1897, menginginkan ada pembacaan doa untuk kenaikan takhta Wilhelmina sebagai Ratu Kerajaan Belanda. Rapat sesak debat menghasilkan keputusan bahwa Sayid Usman mau membuatkan doa berbahasa Arab dilengkapi pengantar singkat menerangkan isi doa bagi umat Islam di tanah jajahan. Doa diucapkan di pelbagai masjid pada 2 September 1898. Sayid Usman memimpin doa di Masjid Pekojan. Konon, doa-politik bersama itu dianggap para tokoh agama telah menimbulkan persatuan segenap umat Islam di seluruh Hindia Belanda.
Sayid Usman memang tokoh besar dan kontroversial. Ia telah turut dalam dakwah Islam di tanah jajahan dan mempengaruhi pelbagai kebijakan politik-agama oleh pemerintah kolonial. Pada acara pemakaman, ribuan orang mengiringi dan mendoakannya, termasuk kehadiran para sarjana dan pejabat Belanda. Dulu, ia dimakamkan di Karet, Tanah Abang. Pada masa 1970-an, makam itu digusur akibat nalar pembangunan berupa pembuatan jalan tol. Makam terpaksa dipindahkan ke Pondok Bambu, Duren Sawit, Jakarta. Makam memang tergusur, tapi peran dan warisan puluhan buku tak tergusur dalam sejarah Islam dan politik di Indonesia.
Judul: Islam, Kolonialisme, dan Zaman Modern di Hindia-Belanda: Biografi Sayid Usman (1822-1914)
Penulis: Nico J.G. Kaptein
Penerjemah: M. Yuanda Zara
Penerbit: Suara Muhammadiyah dan UMY Press (2017)
Tebal: xxxiv + 418 halaman
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo