Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Jagat Joker Yang Kelam

Sebuah cerita asal-muasal Joker yang menyimpang dari komik dan justru menampilkan drama yang brilian.

5 Oktober 2019 | 00.00 WIB

Joaquin Phoniex dalam Joker. imdb
Perbesar
Joaquin Phoniex dalam Joker. imdb

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

JACK Nicholson, Heath Ledger, lalu nun jauh di sana, di ujung spektrum, ada nama Joaquin Phoenix.

Tokoh Joker yang diwujudkan  -Joaquin Phoenix dengan luar biasa ini -tentu saja bukan karena dia menampilkan satu sosok “baru” dan bukan sekadar kontroversi. Sesungguhnya sutradara Todd -Phillips dan penulis skenario Scott Silver telah berhasil menulis ulang asal-muasal terbentuknya sosok Joker.

Mengaku sekadar terinspirasi dari -tokoh villain Batman di jagat DC yang lahir dari tangan Bob Kane, Jerry Robinson, dan Bill Finger dalam komik Batman tahun 1940, duo Phillips-Silver mengambil “sumsum” kisah Batman: The Killing Joke (1988) yang menampilkan tokoh Joker sebagai seorang pelawak gagal.

Maka awal film ini menampilkan Kota Gotham tahun 1981 yang kacau-balau dan dikuasai para tikus (metafora dan -nyata) serta perbedaan kaya dan miskin yang makin parah. Arthur Fleck (Joaquin Phoe-nix) mencoba tersenyum sembari memaksa kedua ujung bibirnya melebar hingga -telinga, sementara sebutir air mata meluncur di atas pipinya. Pada menit pertama, dia adalah seorang badut yang penuh -kepedihan.

imdb

Dia bukan hanya badut yang habis digocoh remaja sialan di jalan; atau yang dikhianati kawan sesama badut yang diam-diam membekalinya dengan sepucuk pistol; atau yang sehari-hari harus meng--urus ibunya yang sakit-sakitan sembari menemaninya menyaksikan Murray Franklin Show, acara komedian terkemuka (Robert De Niro), yang menjadi idolanya. Dia adalah seseorang yang tak diinginkan keha-dirannya sejak awal, tak disadari keha-dirannya, dan hingga dewasa pun—menurut dia—menjadi sesuatu yang tak penting. Bahwa dia pernah dirawat di rumah sakit jiwa dan masih bergantung pada tujuh macam obat penenang tak juga membuat dia bisa mengatasi sarafnya, yang sering membikin dia tertawa terpingkal-pingkal tanpa sebab.

Film ini tak hanya jauh dari hiruk-pikuk dan berisiknya jagat superhero yang serba CGI (computer-generated imagery) serta serba gagah dan cantik. Film Joker sengaja merekam seorang lelaki yang hanya terdiri atas tulang-belulang—Phoenix meluruhkan 24 kilogram tubuhnya hingga kita bisa melihat betapa kurusnya dia—dan kesengsaraan batin. Seorang lelaki yang hanya bisa bermimpi tampil bersama komedian pujaannya di televisi, Murray Franklin, atau bisa intim dengan perempuan cantik di pojok lorong apartemen. Fantasi pribadi itu semua ditambah setelah dia menemukan masa lalu ibunya yang menyedihkan. Upaya pengejaran masa lalu itu pun ditautkan pada pertemuan Joker dengan keluarga Wayne, yang mempunyai putra, si kecil Bruce Wayne, yang kelak kita kenal sebagai Batman.

 


 

Film ini tak hanya jauh dari hiruk-pikuk dan berisiknya jagat superhero yang serba CGI (computer-generated imagery) serta serba gagah dan cantik.

 


 

Tentu, tentu, Batman tak penting. Bahkan Bruce pun tak terlalu penting. Tapi -jagat ini tetap penting dijaga, meski kini kita sibuk dengan perasaan sendiri apakah kita harus berempati pada Arthur dan ngeri pada Joker atau kita dengan mudah menyalah-nyalahkan masyarakat dan pejabat korup saja. Todd Phillips tampak -sengaja membuat sosok Joker sebagai -bangunan baru, sosok baru, hingga tak mudah buat kita untuk membandingkannya dengan penampilan Jack Nicholson atau Heath Ledger. Sudah tak mungkin lagi kita menengok ke belakang atau mencari-cari jejak mereka, karena Joaquin Phoenix di dalam film ini mencipta ulang sosok Joker sebagai tokoh yang luar biasa kompleks.

Kecerdasan Phillips untuk membuat homage pada film The King of Comedy (Martin Scorsese, 1983), yang juga menampilkan Robert De Niro, justru pada posisi seseorang yang obsesif ingin menjadi pelawak. Dalam film Joker, justru Robert De Niro berperan sebagai pembawa acara yang -menyebalkan dan dengan gayanya menghina Arthur.

Film yang gelap dan mengulik sisi paling kelam dari manusia ini bukan sebuah film hiburan ringan. Ini justru antitesis dari -segala yang sudah dijejali DC, apalagi Marvel. Di dalam jagat Joker ciptaan Todd -Phillips, mereka yang miskin, buruk rupa, dan marginal akan tetap menjadi orang-orang kalah. Dan para orang kaya, pejabat korup, dan semacamnya yang jahat-jahat itu adalah penguasa dunia.

Sungguh kelam. Sungguh nyata. Dan sungguh relevan.

LEILA S. CHUDORI

 


 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

imdb

 

JOKER

Sutradara: Todd Phillips
Skenario: Todd Phillips, Scott Silver
Pemain: Joaquin Phoenix, Zazie Beetz, Robert De Niro

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus