AFFANDI duduk tenang di tempat pameran. Pakai blujin, mumpung
baru pulang dari luar negeri. Biasanya kakek ini lebih suka
pakai sarung tok. Dia tampak senang, bahagia, tidak loyo.
Rambutnya sudah memutih, tetapi gairah bekerjanya masih tetap
galak seperti babi jantan yang sering dilukisnya.
Anggota Akademi Jakarta ini telah mengantongi gelar doktor
kehormatan dari Universitas Sungapura. Barusan Pemerintah Italia
juga memberi medali 'Dag Hammarskjoeld'. Dari Pemerintah
Indonesia tampaknya belum ada apa-apa, meski orang tua ini
sebetulnya ingin sekali mangap untuk minta pembiayaan bagi
menyelesaikan museum yang sedang digarapnya. Cuma Bang Ali yang
kelihatannya dengan penuh simpati memberi hadiah ulang tahun
berupa penyelenggaraan pameran. Tadinya mau ambil tempat di
Hotel Borobudur, untuk menyaingi pameran Basuki Abdullah yang
dimegah-megahkan itu. Tapi pelukis ini menolak. "Kalau di situ
nanti kawan-kawan saya yang pakai bakiak tidak bisa datang,"
katanya.
Di bawah ini wawancara singkat dengan TEMPO.
Tanya: Tak pernahkah bapak merasa lelah lalu ingin berhenti?
Jawab: Tidak. Dulu sebelum tahun 1940 saya memang mengalami
periode apa itu namanya -- tawar-menawar sampai saya dapat
dorongan dari Sjafei Sumardja, sehingga saya memutuskan untuk
melukis terus.
T: Berapa lama lagi bapak mengharapkan bisa bekerja?
J: 10 tahun lagi. Masak orang harus hidup lebih dari 100 tahun.
Sekarang saya sudah mulai merintis melakukan pekerjaan yang
gampang-gampang. Membuat kaligrafi dan etsa misalnya. Itu saya
persiapkan kalau saya tidak tahan lagi bekerja berjam-jam di
bawah sinar matahari. Sekarang saya masih kuat. Bahkan sejak
Januari tahun ini saya sudah membuat 54 buah lukisan. Padahal
targetnya 1 tahun cuma 52.
T: Penderitaan apa yang pernah bapak alami?
J: Penderitaan penghidupan saya sendiri. Karena salah saya
sendiri juga. Kalau saya tidak memilih penghidupan melukis saya
tidak akan menderita. Tapi sejak tahun 1955 setelah saya datang
dari Eropa, saya mulai merasa bahagia. Karena sampai sekarang
penghidupan boleh dikatakan safe lah. Saya rata-rata menjual
lukisan 1 dalam 1 bulan. Memang ada juga masa-masa tidak laku
atau macet. Maka saya harus hidup lebih maju 2 bulan. Dalam
senilukis saya memang bebas. Selain seni lukis saya selalu
realistis, tidak bisa tidak saya selalu pakai perhitungan. Terus
terang, saya tidak berani bilang kepada orang kalau tidak mau
beli harga sekian, tidak dijual. Dengan pendirian semacam ini
saya lalu sering merasa diri bukan seniman.
T: Bapak punya 2 isteri dalam usia seperti sekarang. Apa ada
kelainan-kelainan seksuil dalam hal itu?
J: Sampai sekarang normal. Masih. Paling kosong 1 kali 3 hari.
Tapi kalau saya ada di Jakarta seperti sekarang, pulangnya nanti
bisa tiap hari. Saya tanya dokter, dokter menganggap itu
kebanyakan, harusnya dalam usia seperti sekarang cukup 1 kali
seminggu. Tetapi keadaan fisik saya cukup, jadi tidak apa-apa.
Itu pula alasannya saya beristeri dua (yang muda 34 tahun dan
punya anak 3 orang). Alasan lainnya karena isteri saya yang
pertama hanya punya anak Kartika. Ia ingin punya anak lagi untuk
momongan. (Affandi sekarang memiliki 7 orang cucu, 3 orang
cicit).
T: Kenapa bapak sering ke luar negeri?
J: Untuk belajar. Juga untuk ngecek harga lukisan. Barangkali
saya orang pertama di Indonesia yang memberi harga lukisan
dengan dolar. Kalau di luar negeri saya melihat ada lukisan yang
lebih baik dari lukisan saya tapi harganya lebih rendah dari
lukisan saya, harga lukisan saya akan saya turunkan.
T: Bagaimana dengan Senirupa Baru Indonesia?
J: Saya senang. Ada betulnya sebab mereka memang "baru" muncul.
Yang penting buat saya bukan mode tetapi nilai. Saya senang
mereka mulai, saya tinggal menunggu meningkat mutunya, bukan
alirannya.
T: Apa bapak punya perhatian terhadap pendidikan seni lukis?
J: Ada. Tetapi saya beda dengan Sudjojono. Sudjojono mendidik
dari belakang, saya dari depan. Saya selalu mau menang, supaya
dikejar. Sudjojono mau dikalahkan, saya tidak.
T: Bang Ali akan diganti. Bagaimana?
J: Sedih. Sedih itu akan hilang kalau penggantinya lebih bagus.
Kalau tidak lebih bagus tidak ada kemajuan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini