Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Kembali ke Taman Jurassic

Di tangan sutradara minim pengalaman, keajaiban taman hiburan binatang purba Jurassic hendak kembali dihidupkan.

15 Juni 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jurassic World
Sutradara: Colin Trevorrow
Penulis naskah: Rick Jaffa, Amanda Silver, Derek Connolly, Colin Trevorrow
Pemain: Chris Pratt, Bryce Dallas Howard, Ty Simpkins, Nick Robinson, Irrfan Khan, Vincent D'Onofrio, Jake Johnson, Omar Sy, B.D. Wong, Judy Greer

Ketika Steven Spielberg membuat Jurassic Park 22 tahun lalu, dunia sinema heboh. Spielberg berhasil membuat penonton terkagum-kagum melihat begitu nyatanya Brachiosaurus mengunyah dedaunan. Atau Velociraptor yang mendengus-dengus memburu dua anak di ruang dapur.

Kemampuan Spielberg memadukan dramaturgi yang penuh ketegangan dan eksploitasi teknologi membuat film yang dibuat berdasarkan karangan Michael Crichton (1990) itu jadi perbincangan di mana-mana. Sukses Jurassic Park diikuti seri keduanya, The Lost World (1997). Empat tahun kemudian, dibuat sekuel ketiga: Jurassic Park III (2001). Kursi sutradara diserahkan kepada Joe Johnston. Skenario film pun tak lagi bersumber pada buku Michael Crichton. Sambutan terhadap Jurassic Park III tak segegap-gempita dua film sebelumnya.

"Kegagalan" Jurassic Park III tak menyurutkan Steven Spielberg menyuguhkan sekuel keempat: Jurassic World. Kali ini, sebagai produser eksekutif, ia menyerahkan penyutradaraan kepada Colin Trevorrow. Jurassic World sekaligus ujian bagi Trevorrow, yang pertama kali menyutradarai film pada 2012 lewat film komedi Safety Not Guaranteed. Selama ini pria 36 tahun itu lebih banyak membuat film televisi dan dokumenter.

Jurassic World mencoba mengajak penonton kembali mengingat Jurassic Park dengan mengambil setting waktu 22 tahun setelah bencana di taman yang berlokasi di Isla Nublar itu. Taman hiburan khusus dinosaurus yang dibangun oleh miliarder John Hammon itu telah menjelma menjadi taman hiburan megah. Setiap hari ribuan orang, termasuk anak-anak, membanjiri taman ini untuk menyaksikan aksi beragam jenis dinosaurus hasil kloning yang dibiarkan hidup bebas di alam. Dengan kendaraan canggih, mereka bisa melihat dari dekat, bahkan bisa menunggangi bayi Triceratops.

Di taman inilah Zach (Nick Robinson), remaja 13 tahun, berlibur bersama adiknya, Gray (Ty Simpkins). Kebetulan bibi mereka, Claire (Bryce Dallas Howard), menjabat manajer operasi taman hiburan itu. Claire sibuk dengan proyek baru. Bersama Dr Henry Wu dan sejumlah ahli binatang purba, mereka menyiapkan spesies baru yang digadang-gadang lebih besar, lebih buas, dan lebih cerdas dibanding Tyrannosaurus rex. Kehadiran spesies baru yang diberi nama Indominus rex ini diharapkan mampu mendongkrak jumlah pengunjung yang kian hari kian menurun.

Namun ternyata proyek tidak berjalan menurut rencana. Indominus rex berhasil kabur dari kandangnya, menerobos sistem keamanan yang ternyata tak sehebat yang digembar-gemborkan. Bisa ditebak, ribuan orang pun akhirnya pontang-panting menghadapi keganasan satwa buas setinggi lebih dari 15 meter itu. Di tengah kehebohan itulah Owen (Chris Pratt), mantan marinir yang bekerja di taman sebagai penjinak Velociraptor, tampil sebagai pahlawan penyelamat.

Seperti pendahulunya, Jurassic World masih menawarkan cerita sederhana yang gampang dicerna, tentang pertentangan antara moralitas dan penjelajahan sains-teknologi. Juga persoalan hubungan keluarga yang digambarkan lewat karakter Claire dan keponakan-keponakannya.

Tapi memang untuk kembali memberikan sensasi seperti film pertamanya itu bukan persoalan mudah. Pada zaman ketika film dengan kecanggihan teknologi komputer grafis dan efek visual serta animasi yang mengagumkan membanjiri bioskop, apa yang disajikan Jurassic World mungkin tak lagi bisa membuat kita terperangah. Apalagi sebagian besar adegan dalam film merupakan pengulangan dari film-film sebelumnya. Jurassic World cukuplah menjadi film yang menghibur. Sekadar nostalgia bahwa 22 tahun lalu kita pernah dicekam oleh makhluk purba itu. Apalagi bagian akhir film sungguh di luar harapan.

Nunuy Nurhayati

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus