Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Kiamat, dengan "q"

Surabaya: scope, 1971.

24 Juli 1971 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

QIAMAT, Muhammad Ali, Scope, Svrabaja, 1971 (?), 78 halaman. KONON, achir 1964 satu pameran pengetahuan di New York mengetengahkan lima kemungkinan jang mampu memusnahkan dunia: tiga diantaranja menjangkut matahari dan beberapa bintang gugusan kita dan dua jang terachir berhubungan dengan bumi, bulan dan meteor-meteor. Maka terdjadilah kiamat, jang prosesnja sebenarnja "sudah merujak sedjak berabad lewat, persemaiannja mengorak dari detik kedetik dalam kedirian satwa alam " Dan dengan itu Muhammad Ali dalam novelnja jang paling baru berusaha menempatkan adjaran tentang Kiamat (ingat :ditulis dengan Q) seperti terdapat dalam Qur'an, dengan ilmu masa mutachir. Beberapa potong imadjinasi lainnja tentang proses peristiwa itu menambah data-data tentang usaha mentjotjok-tjotjokkan itu. Kita daftarkan: Sebuah stasiun penjelidik tjuatja di Wostok kabarnja telah mentjatat adanja topan kering jang bergerak dengan ketjepatan tiga ribu mil perdjam kearah timur laut jang menjebabkan hapusnja garis peredaran hari jang membudjur sepandjang kaki langit Chattulistiwa, digaris budjur langit keseratus delapanpuluh meridian green wich .......paling achir-diberitakannja pula, penggeseran mendekat dari bulan keper-mukaan bumi telah mengakibatkan pulau es Erebus dikutub utara, sebuah gletcher terapung seluas tanah Perantjis dan gunung es rebus jang tingginja lebih tigaribu kaki telah mentjair ........ dan berbareng dengan itu menjorotlah sematjam sinar kuning jang mirip sekali dengan apa jang disebut 'sinar difus' jang mungkin "ditimbulkan akibat terdapatnja goresan-goresan pada bagian-bagian djaringan atmosfir bumi" dan jang bisa mengakibatkan misalnja "kornea kita akan berubah dari tingkat normal ketingkat "O". Begitu serem, toh begitu sugestip dan mejakinkan. Adjaran. Namun ketjewalah mereka jang berharap dipergunakannja semangat keilmuan setjara konsekwen disini. Sebab dengan segera muntjul bertumpuk-tumpuk pokok adjaran jang belum sempat "diterangi dengan pengetahuan " Misalnja tentang hakikat nafiri jang ditiup malaikat Israfil, tentang dihimpunnja matahari dan bulan atau terbangnja gunung-gunung (jang malah diterangkannja setjara harfiah bagai kapok melajang-lajang djauh diatas), atau muntjulnja Dadjdjal berikut pendjelasan tafsiriahnja sebagai "satu fenomena Asia Tengah", dan satu-dua lagi adjaran tentang kiamat dalam lambang-lambang puitik jang chas Qur'an. Berbareng dengan itu pretensi pengarang untuk "berfikir rasional", seperti satu-dua kali disebutnja, menundjukkan sekaligus perbendaharaan ilmu jang sangat tjapek manakala uraian-uraiannja mendjadi kelewat laju. Sementara itu beberapa istilah sematjam dealetika (dialektika) untuk apa jang disebutnja "rumus-rumus materialisme dealetika dan logika" (jang entah untuk apa ditaroknja disitu) seperti djuga mercides untuk mercedes, tak urung menimbulkan rasa ragu. Paling sedikit rasa ragu kepada kemampuan mengoreksi salah tjetak. Maka sebagai satu sketsa jang berangkat dari kejakinan Islam, Qiamat bukan satu fiksi pengetahuan alias science fiction. Sementara itu iapun bukan satu novel jang menafsirkan ajat-ajat dan hadis-hadis kedalam imadjinasi murni tanpa pretensi kesardjanaan, seperti diperbuat Djamil Suherman dengan novel Perdjalanan Keachirat-nja -- dengan tjatatan bahwa pada jang terachir itu tjerita bermula dari zaman duniawi dan berachir dipadang Mahsjar. Tanja-djawab. Dan memang, seakan-akan hanja memperluas satu bagian dari berita Suherman, kekurangan menjolok Muhammad Ali adalah kadar sastranja jang njaris tenggelam dalam chotbah-chotbahnja jang kelewat langsung -- dibagian-bagian permulaan. Bahkan peladjaran-peladjaran diberikan setjara tanja djawab antara Doktor (tak djelas doktor apa) Sjamsulridjal dengan putri-nja, sesaat sebelum terdjadinja peristiwa jang disketsakan itu. Goresan-goresan jang harus seperti diberikan pada pembukaan jang sekaligus memantulkan satu ketjemasan misterius akan sesuatu jang bakal terdjadi, tidak diperkembangkan. "Diskusi" dan nasihat demi nasihat jang hampir mengambil-alih separoh buku. Sementara itu bahasa pertjakapan benar-benar bahasa sekolah jang tidak meng-gambarkan karakter. Apabila ada jang masih tersisa dari hasil karangan seorang penulis jang diperkenalkan oleh H.B. Jassin dengan sandiwara radionja "Lapar" ini ialah: setelah buku ditutup, kesan dahsjat tentang kiamat itu masih tinggal dalam diri pembaca. Dan ini boleh berarti kemampuan melukiskan suasana sedjenis jang dipantjarkan Qur'an dan seribu Hadis. Kenjataan ini ditambah pentjantuman Surah Zalzalah lengkap pada sampul buku (jang sekaligus menghindarkan "nereka jang tidak kelewat santri" untuk membelinja), tentulah amat berguna bagi konsumen buku-buku Agama jang tak ajal lagi merupakan majoritas di Indonesia disamping penggemar batjaan erotik. Mereka boleh berkenalan sedikit-sedikit dengan apa jang disebut sastra, disamping mendapat banjak nasihat berharga.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus