Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Sebelum Snow Jadi Raja Bengis

The Ballad of Songbirds & Snakes menyajikan kisah Coriolanus Snow sebelum jadi raja bengis. Tetap estetis meski tanpa Katniss.

19 November 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
"The Hunger Games: The Ballad of Songbirds & Snakes" (2023) yang disutradarai Francis Lawrence. Dok. Lionsgate

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Sutradara dan produser film sempat khawatir jumlah penonton menurun tanpa kehadiran Jennifer Lawrence.

  • Aktor-aktor baru The Ballad of Songbirds & Snakes mampu menghapus keraguan penonton.

  • Sutradara Francis Lawrence lega film The Ballad of Songbirds & Snakes cukup diputar dalam satu film.

Perasaan penasaran menyelimuti isi kepala Danang Rianto saat memasuki studio bioskop di salah satu pusat belanja di Jakarta Pusat, Jumat, 17 November lalu. Saat itu ia akan menonton film The Hunger Games: The Ballad of Songbirds & Snakes, film terbaru dari seri karya The Hunger Games.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Musababnya, tak akan ada Katniss Everdeen yang diperankan Jennifer Lawrence dalam film The Ballad of Songbirds & Snakes. Bagi Danang, sungguh aneh rasanya menonton film The Hunger Games tanpa ada Katniss yang selama ini jadi jagoannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Bahkan Katniss atau Jennifer Lawrence inilah yang menjadi simbol Hunger Games," kata pria 47 tahun itu.

Hal serupa dirasakan Mariana Larisa, 37 tahun, yang juga penggemar Hunger Games sejak film pertama dirilis pada 2012. Namun, alih-alih kecewa, Mariana justru merasa sangat semangat menyambut film The Ballad of Songbirds & Snakes

Alasannya, Mariana penasaran dengan cerita dan nilai jual yang akan disajikan tanpa Jennifer Lawrence. "Tidak mungkin film ini bakal biasa saja tanpa karakter Katniss. Pasti ada hal lain untuk mengganti pesona Katniss," ujarnya. 

Benar saja, The Ballad of Songbirds & Snakes menyajikan cerita berbeda. Sosok Coriolanus Snow, yang dalam empat film terakhir The Hunger Games menjadi tokoh antagonis utama, kini menjadi tokoh utama alias protagonis.

Coriolanus Snow Lucy (Tom Blyth) dan Gray Baird (Rachel Zegler) dalam film "The Hunger Games: The Ballad of Songbirds & Snakes" (2023). Dok. Lionsgate

Ya, film The Ballad of Songbirds & Snakes mengisahkan Snow yang masih belia berusia 18 tahun. Snow berasal dari keluarga kaya, tapi Perang Capitol memporak-porandakan keuangan keluarganya. 

Bahkan dia sampai harus mencari beasiswa untuk melanjutkan kuliah. Ia juga menjadi mentor dalam Hunger Games ke-10. Perjalanan ambisius dan penuh persaingan Snow dimulai ketika ia menjadi mentor Lucy Gray Baird dari Distrik 12, yang terkenal sebagai daerah miskin. 

Awalnya, Snow merasa tidak suka kepada Lucy Gray. Namun pandangan itu berubah saat ia menyadari bakat dan kecerdasan yang dimiliki gadis tersebut. Snow akhirnya jatuh hati kepada Lucy dan cerita hidup mereka semakin rumit.

Film ini diisi aktor-aktor baru yang tak pernah terlibat dalam film Hunger Games sebelumnya. Sebagai contoh, Tom Blyth sebagai Coriolanus Snow, Rachel Zegler sebagai Lucy Gray Baird, Hunter Schafer sebagai Tigris Snow, serta Josh Gad sebagai Sejanus Plinth.

Meski tanpa Jennifer Lawrence alias Katniss Everdeen, film The Ballad of Songbirds & Snakes masih mampu menyuguhkan cerita yang menarik. Walau tensi film berjalan lebih pelan lantaran adegan pertarungan tak sebanyak film-film sebelumnya, The Ballad of Songbirds & Snakes masih seru untuk dinikmati.

Menurut Danang Rianto, film terbaru ini mampu menjadi pengobat rindu fan The Hunger Games. Sebab, film ini berisi penjelasan lebih rinci tentang beberapa hal yang belum terjelaskan dalam empat film pendahulunya. Termasuk asal-usul permainan mematikan Hunger Games.

"Menarik juga melihat pertandingan Hunger Games puluhan tahun sebelum masa Katniss," tutur Danang. 

Pujian juga layak diberikan kepada dua pemeran penting dalam film ini, yakni Tom Blyth sebagai Coriolanus Snow dan Rachel Zegler sebagai Lucy Gray Baird. Mereka mampu menghadirkan akting menawan dan menciptakan kedekatan yang erat satu sama lain.

"Tidak ada lagi pertanyaan di mana Katniss atau penyesalan karena tidak ada Jennifer Lawrence setelah menonton film ini," ujar Mariana Larisa.

Sayangnya, akting luar biasa Tom Blyth agak ternoda dengan akhir cerita film yang terasa kurang tuntas. Sebab, jika film ini dibuat untuk menjelaskan perjalanan Snow menjadi tokoh antagonis, belum tersaji jelas motivasi atau pemantik utama ia menjadi jahat.

Menariknya, kekhawatiran absennya Jennifer Lawrence sebagai Katniss Everdeen dalam film The Ballad of Songbirds & Snakes sempat berkecamuk hebat di benak sutradara dan produser film. Produser film Nina Jacobson mengaku sempat gelisah jumlah penonton bakal merosot karena bukan lagi Jennifer Lawrence yang menjadi jagoan di film baru.

Namun kekhawatiran itu sirna perlahan setelah ia dan sutradara Francis Lawrence bertemu dengan penulis buku Suzanne Collins, serta tentunya sesudah membaca buku terbaru yang akan diangkat menjadi film. "Kami senang bisa mengulas sesuatu dan tidak terasa seperti pengulangan," tutur perempuan 58 tahun itu. 

Jacobson mengaku menerapkan kehati-hatian tinggi dalam pembuatan film. Salah satunya soal dana. Mereka tidak ingin menghamburkan banyak duit untuk produksi The Ballad of Songbirds & Snakes. Lagi-lagi, mereka berjaga-jaga kalau film terbarunya mendapat respons yang tak bagus dari penonton. Sebab, mereka yakin masih banyak fan di luar sana yang mengidamkan Jennifer Lawrence untuk setiap film The Hunger Games

Gray Baird (Rachel Zegler) dalam film "The Hunger Games: The Ballad of Songbirds & Snakes" (2023). Dok. Lionsgate

Sebagai catatan, pada film kedua hingga keempat, biaya produksi mencapai angka fantastis, yakni US$ 140-160 juta atau sekitar Rp 2,1-2,4 triliun. Untuk film terbaru kali ini, anggaran produksi disebut tidak melebihi US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,5 triliun. 

"Film ini bukan sekuel, melainkan prekuel yang semuanya serba baru. Kami harus pastikan pembuatan film ini masih masuk akal," kata Jacobson.

Adapun sutradara Francis Lawrence mengaku puas The Ballad of Songbirds & Snakes bisa disajikan dalam satu film. Sebab, sebelumnya wacana menjadikannya dua film muncul lantaran buku terbaru Suzanne Collins memiliki cerita yang panjang. 

Sekuat tenaga Lawrence mencoba mempersingkat cerita. Termasuk dengan membuang bagian-bagian yang dianggap tidak perlu. Hingga akhirnya The Ballad of Songbirds & Snakes bisa dirilis dalam durasi 2 jam 37 menit. 

Sebelumnya, Lawrence pernah berakrobat dengan menyadur satu judul novel Collins berjudul The Mockingjay menjadi dua film, bagian pertama dan kedua. Sayangnya keputusan tersebut mendapat reaksi negatif dari fan.

Ya, Lawrence dianggap kejam karena membuat penonton penasaran setelah menonton film Mockingjay Part 1. Film seri yang diputar di situs web berbayar biasanya mengambil jeda satu pekan, sementara Mockingjay bagian pertama dan kedua terpaut satu tahun. 

"Karena itu, saya benar-benar menyesalinya. Kami dianggap tidak jujur, padahal bukan maksud kami begitu," kata sutradara 52 tahun itu. "Maka, ketika muncul ide itu lagi (membagi film menjadi dua), saya tolak."

INDRA WIJAYA

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus