Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MOTHER AND CHILD
Sutradara: Rodrigo Garcia
Skenario: Rodrigo Garcia
Pemain: Annette Benning, Naomi Watts
Ini kisah tiga (calon) ibu dalam tiga cerita yang berbeda tapi sama. Ka ren (Annette Bening) di usia nya yang ke-51 tahun adalah seorang perempuan yang keras, kasar, dingin, dan pemarah karena sebuah ”lubang” di tubuhnya yang tak pernah terisi. ”Lubang” itu seharusnya diisi oleh anak perempuannya yang lahir ketika Karen berusia 14 tahun. Di masa lalu, ia dipaksa ibunya untuk menyerahkan anaknya ke agen adopsi. Maka lubang itu menghiasi hidupnya yang hanya diabdikan untuk mengurus ibunya, tanpa cinta, tanpa ambisi apa-apa ke cuali kerinduan pada anaknya yang tak dikenalnya melalui surat yang tak pernah bisa dikirimkan ke mana pun.
Nun di pojok lain, sang anak sudah berusia 37 tahun bernama Elizabeth (Naomi Watts) dan dikenal sebagai pengacara terkemuka yang selalu menang segala perkara, dingin, tegas, dan gemar meniduri lelaki mana saja yang dia inginkan. Hidupnya tampak begitu mudah, hingga suatu hari dia hamil di luar rencana.
Calon ibu ketiga adalah Lucy (Kerry Washington), yang tak mampu mempu nyai anak dan mengejar keinginannya—sembari menyeret suaminya yang ogah-ogahan—dengan mendaftarkan diri untuk mengangkat anak dari ibu remaja yang rela melepas bayi nya.
Sutradara Rodrigo Garcia, putra sastrawan Gabriel Garcia (sebelumnya dikenal karyanya melalui beberapa epi sode serial In Treatment, film Things You Can Tell Just by Looking at Her, dan Nine Lives), mengemas ketiga segmen ini dengan suasana muram, dialog yang minim, dan kepedihan yang tampil melalui ekspresi. Ketiga perempuan ini melalui tragedi saat usia mereka masih dini, sedangkan penonton melihat akibat tragedi itu. Sosok-sosok yang keras, kasar, marah pada dunia. Namun para aktris (terutama Annette Bening) memperlihatkan perubahan. Tokoh Paco (Jimmy Smits), yang sabar dan komikal, perlahan mengisi ”lubang” dalam diri Ka ren dengan menyarankan dia untuk mencari putri nya. Ratu es Elizabeth yang berhubungan dengan bosnya, Paul (Samuel L. Jackson), perlahan meleleh karena kebaikan hati Paul dan juga karena kehamilannya, meski hingga akhir film kita tak pernah tahu apakah Paul menyadari kehamilan Elizabeth.
Garcia adalah sutradara yang pandai menyalakan adegan emosi dari segala yang tersirat. Ingat bagaimana serial In Treatment yang selalu menyajikan adegan tanya-jawab sang psikiater dan pasiennya di dalam ruang kerjanya. Bayangkanlah satu jam yang isinya ”hanya” pembicaraan dua orang, tetapi ternyata sangat menguras emosi kita. Garcia selalu mampu mengarahkan bagaimana kata-kata maupun yang tak terkatakan itu membangun emosi yang berakhir dengan ledakan.
Film Mother and Child, meski beberapa bagian harus lebih diperketat, juga memiliki kekuatan seperti serial In Treatment. Keterlibatan kita pada ketiga (calon) ibu yang mencari sesuatu yang ”hilang” dalam dirinya adalah perjalanan mental yang menyesakkan. Ketika Karen akhirnya memutuskan untuk bertemu dengan Elizabeth dan saat Elizabeth akhirnya memutuskan bertemu ibunya, Garcia memi lih pada takdir (mereka yang sinis menyebutnya ”ilmu kebetulan”). Beloknya akhir cerita ini mungkin akan mengecewakan mereka yang selalu ingin kebahagiaan. Tetapi ”kebahagiaan” versi Garcia bukan sebuah tujuan. ”Kebahagiaan” itu justru terjadi pada saat dia mampu memutuskan untuk menemui anaknya. Pencerahan seperti itu sebuah penemuan ”harta karun” dalam kehidupan yang begitu sulit.
Leila S. Chudori
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo