Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Lebaran di Tengah Banjir Demak

Kabupaten Demak, Jawa Tengah, salah satu daerah rawan banjir. Tanggul sebagian sungai di sana kritis atau rawan jebol.

14 April 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Warga bersilaturahmi dengan tetangganya saat perayaan Lebaran di tengah banjir yang melanda Desa Sayung, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, 10 April 2024. ANTARA/Aji Styawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Pada beberapa bulan terakhir ini, Demak, Jawa Tengah, sudah dua kali menghadapi banjir besar.

  • Demak, Jawa Tengah, salah satu daerah rawan banjir dari air sungai dan rob.

  • Sejak 1998 hingga 2023, terdapat 89 kejadian banjir di Kabupaten Demak.

Suwardi, warga Desa Ketanjung, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, belum lupa suara gemuruh air yang menggerus tanggul Sungai Wulan hingga jebol pada Kamis, 8 Februari 2024. Kala itu, waktu menunjukkan sekitar pukul 03.30 WIB. Pria 53 tahun itu merupakan satu dari sekian banyak warga yang selama bertahun-tahun tinggal di wilayah sisi kiri tanggul sungai tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Banjir juga merendam Desa Sayung akibat luapan Sungai Dombo-Sayung, yang tak mampu menampung debit aliran air karena curah hujan tinggi dan belum surut. Ketinggian air bervariasi hingga mencapai 70 sentimeter.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Foto kolase sejumlah harta benda milik warga dijemur setelah terendam banjir di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. ANTARA/Aji Styawan

Belum sepenuhnya kering dari banjir pertama, petaka kembali melanda. Kejadian itu merupakan dampak hujan ekstrem di sebagian besar wilayah Jawa Tengah pada pekan pertama Ramadan, Rabu, 13 Maret hingga Sabtu, 15 Maret lalu. Itu akibat adanya tiga bibit siklon tropis dan fenomena anomali iklim. Hal tersebut tentu mengganggu aktivitas warga dalam menjalani puasa dan merayakan Idul Fitri 1 Syawal 1445 Hijriah. Menurut warga, ini adalah banjir terbesar yang mereka rasakan dalam 50 tahun terakhir. 

Salah satu tanggul daerah aliran sungai (DAS) Jratun jebol di Dukuh Luwuk, Desa Sidomulyo, Kecamatan Dempet, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. ANTARA/Aji Styawan

Tingginya debit air membuat enam tanggul sungai jebol dan debit air beberapa sungai meluap. Sungai Wulan yang berdaya tampung sekitar 800 meter kubik per detik harus menampung air hingga 1.300 meter kubik per detik. Tak ayal, tanggul sungai itu kembali jebol di titik yang sama. Selain itu, ada sejumlah titik tanggul jebol dan limpasan air sungai dari daerah aliran sungai (DAS) Jragung-Tuntang (Jratun).

Relawan mengevakuasi warga lanjut usia yang rumahnya terendam banjir di Desa Undaan Kidul, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. ANTARA/Aji Styawan

Untuk kedua kalinya, tragedi banjir merendam ribuan rumah warga dengan ketinggian 1,5-2,5 meter. Bencana itu pun kembali memutus jalan nasional Pantura Demak-Kudus. Jalur alternatif menuju Kudus melewati wilayah Welahan, Jepara, macet total hingga 30 kilometer. Atas banjir susulan itu, Pemerintah Kabupaten Demak kembali menetapkan status tanggap darurat dan menjadi daerah pertama di Indonesia yang menetapkan status tersebut hingga tiga kali untuk bencana alam banjir dalam kurun waktu kurang dari 1,5 bulan.

Suasana ruang kelas yang terkena dampak banjir, yang mencapai ketinggian sekitar 2,5 meter, di TK Marsudi Rini, Desa Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. ANTARA/Aji Styawan

Pemkab Demak bekerja sama dengan berbagai pihak melakukan aneka upaya penyelamatan. TNI, Polri, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Basarnas, Kementerian Sosial, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Pertanian, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dari berbagai wilayah di Jawa Tengah, SAR gabungan, serta relawan dari sejumlah organisasi kemanusiaan dan kesehatan turun. Ribuan personel bahu-membahu menolong dan mengevakuasi korban. Sejumlah titik pengungsian beserta dapur umum didirikan.

Relawan bergotong-royong memindahkan perahu bermotor untuk mengevakuasi warga korban banjir dari posko darurat banjir Demak di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. ANTARA/Aji Styawan

Menurut data akumulasi Posko Terpadu Penanganan Darurat Bencana Banjir Kabupaten Demak pada 5-15 Februari, banjir pada Februari lalu menyebabkan 29.701 orang mengungsi. Dua nyawa turut terenggut. Peristiwa itu juga merendam 3.427 hektare lahan persawahan dan 1.975 hektare tanaman padi di wilayah setempat puso atau gagal panen.

Adapun banjir kedua pada Maret lalu, menurut data sementara BPBD Demak pada 20-24 Maret 2024, menyebabkan 24.991 warga yang tersebar di 126 desa di 13 kecamatan mengungsi serta 9.442 hektare sawah terendam. Potensi kerugian dari dua bencana tersebut diperkirakan mencapai ratusan miliar rupiah.

Pengungsi korban banjir beristirahat di tenda darurat Kementerian Sosial yang dipusatkan di SPBU Wonoketingal, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. ANTARA/Aji Styawan

Kabupaten Demak, yang terletak di wilayah pesisir Pantura Jawa Tengah, memang salah satu daerah rawan banjir. Daerah itu dilintasi sejumlah sungai gede yang sebagian besar tanggulnya dalam keadaan kritis atau rawan jebol. Selain itu, Demak menghadapi ancaman banjir rob akibat limpasan air laut ke daratan karena adanya penurunan muka tanah (land subsidence) disertai kenaikan air laut (sea level rise) sebagai dampak krisis iklim. 

Warga korban banjir di sela-sela pembersihan rumah setelah banjir di Desa Wonorejo, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. ANTARA/Aji Styawan

Data yang dihimpun Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB menyebutkan, sejak 1998 hingga 2023, terdapat 89 peristiwa banjir di Kabupaten Demak. Dari jumlah tersebut, enam di antaranya merupakan banjir rob besar dan sisanya akibat intensitas curah hujan tinggi serta adanya sejumlah titik tanggul jebol. Dari puluhan kejadian banjir itu, total korban jiwa sebanyak 5 orang, total warga terkena dampak sebanyak 450.942 jiwa, serta total warga yang mengungsi sebanyak 34.658 jiwa.

Pengungsi menerima bantuan paket bahan pokok dari Presiden Joko Widodo saat meninjau korban banjir Demak di Wisma Halim, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. ANTARA/Aji Styawan

Ancaman banjir belum berakhir. Banjir masih mengintai. Selain karena ada tanggul-tanggul sungai yang kritis, daya tampung sungai menurun akibat pendangkalan. Presiden Joko Widodo saat meninjau penanganan banjir di Demak pada Jumat, 22 Maret lalu, memberikan arahan kepada pemangku kepentingan tentang program penanganan jangka panjang untuk mencegah banjir di Demak, yakni penanganan sedimentasi sejumlah sungai dan waduk dari hulu ke hilir, penanaman pohon, serta pencegahan alih fungsi lahan hijau.

Warga menyaksikan sejumlah pompa air bergerak (mobile pump) beroperasi di jalur utama Pantura Demak-Kudus, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. ANTARA/Aji Styawan.

Pemkab Demak bersama BPBD Demak, BPBD Jawa Tengah, dan Balai Besar Wilayah Sungai Pemali tengah melakukan pengkajian pasca-banjir untuk memperkuat sejumlah tanggul sungai yang kritis agar banjir tidak lagi terulang.

Foto dan teks: Aji Styawan

 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus