Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Luka dan Jeri Kubawa Berlari

19 Juni 2017 | 00.00 WIB

Luka dan Jeri Kubawa Berlari
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

MEREKA masih mengingat dengan jelas detik-detik ledakan bom di Kampung Melayu, Jakarta Timur, pada 24 Mei 2017 malam. Mereka menjadi korban, para polisi yang tengah bertugas mengawal pawai obor Ramadan yang akan melintas di depan halte bus Transjakarta itu, juga orang-orang yang lalu-lalang di sekitarnya.

Dua bom meledak berselang lima menit menewaskan tiga polisi dan melukai 12 orang lainnya. Dua pelakunya, anggota Jamaah Anshar ad-Daulah yang berkiblat ke Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), tewas di tempat. Teror itu menyisakan kengerian pada ingatan, juga luka-luka yang tak gampang dienyahkan....

Mereka yang gugur:
» Brigadir Dua Topan, anggota Unit I Peleton 4 Sabhara Polda Metro Jaya
» Brigadir Dua Ridho Setiawan, anggota Unit I Peleton 4 Sabhara Polda Metro Jaya
» Brigadir Dua Imam Gilang Adinata, anggota Unit I Peleton 4 Sabhara Polda Metro Jaya

Mereka yang terluka:
» Brigadir Dua Feri
» Brigadir Yogi
» Brigadir Dua M. Fuji
» Brigadir Dua M. Al Agung
» Brigadir Dua Sukron
» Brigadir Dua Pandu Dwi
» Brigadir Dua Muhammad Fauzi Saputra

» Nugroho Agung Laksono, sopir Kopaja 612 rute Kampung Melayu-Ragunan
» Damai Sihaloho, sopir Mikrolet
Tasdik, karyawan Bank Mandiri
» Susi Afitriyani, 19 tahun, mahasiswa Universitas Azzahra
» Jihan A. Talib, 19 tahun, mahasiswa Universitas Azzahra

Brigadir Dua
M. Al Agung Pangestu

Saya sedang bertugas menjaga pawai obor menyambut bulan suci Ramadan di sekitar terminal Kampung Melayu. Setelah salat isya, suasana biasa saja. Saya lihat orang turun-naik busway. Saya dan teman-teman duduk dekat toilet. Karena pawai belum melintas, saya sedang membaca berita online tentang teror geng motor ketika bom pertama meledak. Jaraknya hanya tiga meter dari tempat saya duduk. Yang saya ingat, tubuh saya terlempar. Sakit dan nyeri. Saya berlari menyeberang jalan meminta pertolongan. Sebuah angkutan kota membawa saya ke Rumah Sakit Budi Asih tak jauh dari situ. Ternyata ada beberapa orang juga yang terluka bersama saya.

Brigadir Dua Syukron

Saya sedang duduk di warung kecil dekat parkiran halte busway ketika terdengar ledakan bom. Saya kira ledakan gas. Ada banyak orang yang terpental di sekitar toilet. Ada potongan kaki yang terlempar ke dekat saya. Saya tolong mereka yang terluka. Tapi tiba-tiba terdengar ledakan lagi, tak jauh dari posisi saya berdiri. Saya lari kembali ke warung. Tubuh saya sakit. Ada bau belerang yang menyengat. Saya tiduran di bangku warung sampai seorang pengojek online mengajak saya ke Rumah Sakit Hermina.

Brigadir Dua
Pandu Dwi Laksono

Saya lihat seorang ibu tergeletak setelah bom pertama. Saya bawa bersama teman mencari pertolongan. Setelah itu saya kembali dan mengangkat jenazah. Tapi belum juga saya beranjak, bom kedua meledak hanya 1,5 meter jaraknya. Saya tinggalkan jenazah itu dan lari menjauh. Seorang pengendara sepeda motor membawa saya ke Rumah Sakit Hermina.

Nugroho Agung Laksono,
18 tahun

Ketika bom pertama meledak, saya sedang istirahat di warung. Orang-orang berlarian panik. Saya lihat ada dua polisi menggotong seorang perempuan yang terluka parah. Saya bantu carikan mobil untuk membawanya ke Rumah Sakit Budi Asih. Saya kembali ke lokasi ledakan. Ada dua polisi yang tergeletak penuh darah. Saat saya mencoba mengangkatnya, bom kedua meledak. Kuping saya pengeng, mata buram, kaki seperti terbakar, dunia jadi gelap. Tapi saya masih bisa berpikir. Yang terpikir saat itu hanya lari menyelamatkan diri. Tapi tak ada angkot yang mau mengantar saya ke rumah sakit. Setelah itu saya tak ingat apa-apa. Saat di rumah sakit Premier Jatinegara, saya mendapat cerita, ada penjual koran yang menolong saya yang pingsan dan membawa ke rumah sakit ini.

Subekti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus