Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Melodi kembali dirindukan

Sampai konferensi/festifal ke-vi di seoul, sebagian besar komponis asia terbawa arus karya garda depan. namun ada kecenderungan baru: orang kembali merindukan melodi. (ms)

17 November 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MUSIK Asia untuk Masa Depan. Begitulah tema Konperensi/Festival Komponis Asia VI di Seoul, 11-19 Oktober. Mungkin karena tema itu topik seminar yang paling menarik ialah tentang pendidikan musik anak-anak. Bukan soal mengajar anak memainkan gubahan. Tapi bagaimana mendorong anak untuk mencipta sendiri musiknya. Masalah ini antara lain dilontarkan oleh pembicara tamu, Ronald B. Thomas, Kepala Departemen Musik dari Virginia Commonwealth Univeristy, Amerika Serikat. Menurut Thomas, mencipta adalah pengalaman yang sangat unik. Dan sesemua anak, katanya, memiliki bakat mencipta. Selama ini para pendidik musik hanya menekankan kemahiran teknis, simbol dan fakta-fakta. Padahal aspek kreativitas itulah, yang tidak mendapat perhatian sewajarnya, merupakan jiwa utama dalam memahami musik. Tentu saja pemikiran musik untuk masa depan tidak melulu menyangkut dunia anak-anak. Di Hongkong, 1973, Liga Komponis Asia dibentuk. Tujuannya: memperkenalkan, mempererat kerja sama dan merangsang kreasi musik Asia. Kemudian berturut-turut diadakan konperensinya ke-II, ke-III, sampai yang ke-VI kali ini di Seoul. Kenyataan yang tampak menonjol ialah: selama itu masih saja musik garda depan avant garde merajai acara-acara konsernya. Agaknya sebagian besar komponis Asia memang terbawa arus ini. Hanya saja satu hal masih menimbulkan kebanggaan: di antara karya-karya garda depan ada juga yang memang bertolak dari musik tradisi. Jepang atau Korea (Selatan) misalnya. Betapapun melodi absen, dan suara datang dari alat-alat elektronik, kejepangan masih tetap bisa dicium. Kecenderungan baru yang bisa dicatat ialah: hadirnya kembali melodi. Musik tanpa melodi, yang "abstrak", agaknya mulai menjemukan. Orang mulai merindukan kembali "cerita" -- seperti halnya dalam sastra -- atau merindukan kembali hadirnya figur seperti dalam seni rupa. Tentu musik tradisional di Asia masih ada dan dihormati -- bahkan dalam forum "modern". Terbukti dihadirkannya juga musik tradisi Korea dalam acara konser konperensi ini. Institut Musik Klasik Nasional Korea Selatan adalah lembaga yang memelihara musik tradisional Korea sejak zaman seribu tahun yang silam. Di zaman Dinasti Silla itu institut semacam ini memang pernah ada. Puisi Seruling Adapun institut yang sekarang didirikan tahun 1951, dengan tujuan memelihara dan mengembangkan musik istana. Pengaruh musik istana sendiri memang ada: beberapa ciptaan komponis Korea masa kini terasa bertolak dari sana. Misalnya Puisi untuk Seruling Tunggal karya Kyung-Sun Suh. Ada suasana meditatif, dengan warna ketimuran sangat jelas terasa, dengan seruling yang melagukan nada-nada yang statis. Adakah gunanya pertemuan semacam ini bagi dunia musik kita? Indonesia memang belum menjadi anggota penuh, karena sedikitnya komponis di negeri kita -- setidaknya begitulah resminya. Ikatan Komponis Indonesia, berdiri 12 Januari 1978, anggotanya belum sepuluh orang. Betapapun kita tak mungkin menutup diri --khususnya dari dunia Asia, karena negara-negara Asia kurang lebih menghadapi masalah musik yang sama. Berpijak pada musik klasik Barat, sementara musik tradisi masih hidup, menimbulkan pertanyaan: adakah identitas kita akan kita biarkan lenyap? Dan Liga Komponis Asia (penulis ini salah seorang anggotanya, red.) memang memperhatikan sekali masalah tersebut. Konperensi tahun depan yang direncanakan diadakan di Hongkong, diharapkan acara konsernya lebih berciri Asia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus