Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Mempertemukan ekonom dengan demograf

Editor : hananto sigit jakarta : pustaka sinar harapan, 1988 resensi oleh: prijono tjiptoherijanto.

18 Maret 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MODEL EKONOMI-DEMOGRAFI Proyeksi Ekonomi dan Tenaga Kerja Indonesia di Sektor Formal dan Informal, Menjelang Lepas Landas 1985-1995 Editor: Hananto Sigit, dkk. Penerbit: Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1988,121 halaman PADA awalnya adalah Malthus yang mencoba melihat kesuraman di masa depan. Sementara jumlah penduduk akan bertambah secara cepat, pertambahan produksi bahan makanan tidak akan mencukupi tambahan mulut-mulut baru tersebut. Dari keinginan untuk mengurangi kesuraman tersebut, tumbuh dua aliran pemikiran dari suatu muara. Aliran pemikiran pertama mencoba mendekati kesuraman tersebut dari sisi pencegahan pertambahan jumlah penduduk yang terjadi. Dalam hubungan ini, para ahli demografi memegang peranan penting sehubungan dengan upaya penurunan tingkat kelahiran yang menjadi pangkal utama bertambahnya jumlah manusia di muka bumi. Sementara itu, pada sisi yang lain, pemikiran untuk menambah bahan makanan . . . bila pengendalian jumlah penduduk kurang berhasil . . juga tumbuh dan berkembang. Pada sisi ini sangat berperan campur tangan para ahli ekonomi, khususnya ekonomi pertanian. Berbagai cara diupayakan supaya produksi bahan makanan bertambah banyak. Green Revolution merupakan salah satu alternatif pengembangan produksi sektor pertanian. Di Indonesia sendiri, berbagai upaya dilakukan agar keperluan pangan bagi lebih dari 170 juta mulut tetap terjaga. Sebenarnya, ada suatu variabel yang menghubungkan kedua pemikiran yang berasal dari satu muara tersebut. Variabel itu adalah tenaga kerja. Di satu pihak jumlah angkatan kerja sangat dipengaruhi oleh pertambahan jumlah penduduk, sementara di sisi lain, keberhasilan peningkatan produksi bahan makanan pada kelanjutannya dapat menaikkan kesejahteraan masyarakat luas serta kemungkinan memperbaiki pertumbuhan ekonomi -- dapat berpengaruh pada perluasan lapangan kerja yang tersedia. Jadi, pada dasarnya ada hubungan timbal balik yang cukup erat antara variabel-variabel ekonomi dengan peubah-peubah demografi yang patut diamati. Sedangkan pengamatan semacam ini dapat dilakukan melalui pembentukan suatu model yang mampu menangkap hubungan timbal balik seperti diuraikan di atas. Buku yang disusun oleh Hananto Sigit, Laode Syarifuddin, Agus Sutanto, dan Suparman ini memang dimaksudkan untuk mengetengahkan salah satu model semacam itu dengan perhatian khusus pada masalah ketenagakerjaan, di sektor formal maupun informal. Karena itu, buku ini dibuka dengan beberapa pemikiran yang mengetengahkan model-model proyeksi perekonomian seperti yang dibuat oleh LPEM-FEUI, Syamprasad Gupta, BPS-IDE, Bank Indonesia, Herti-I (model yang disusun Boediono), Bijan Aghevli, dan Bappenas tentunya. Setiap model memiliki kekuatan dan kelemahan sendiri. Suatu model tentunya juga memiliki batasan-batasan tertentu dalam ruang geraknya. Untuk itu, pembahasan mengenai keadaan perekonomian dan masalah ketenagakerjaan, termasuk definisi yang dipakai, juga dimaksudkan untuk mengabsahkan asumsi-asumsi yang diletakkan pada model ini. Selain itu, uraian mengenai data yang tersedia juga diperlukan, guna menunjukkan pada pembaca, bila terjadi penyimpangan perkiraan akan lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan datanya sendiri ketimbang kecanggihan model yang disajikan. Bagian terpenting dari buku ini adalah pada Bab IV yang menguraikan model yang digunakan itu sendiri. Dalam diagram model yang tertera pada halaman 36, terlihat jelas keterhubungan antar-variabel ekonomi dan demografi yang terkait dalam model. Variabel ekonomi dinyatakan dengan berbagai nilai tambah dari sektor-sektor perekonomian yang ada, sedangkan untuk demografi dilihat dari sisi kesempatan kerja yang terjadi di berbagai sektor tersebut. Penambahan variabel dummies lebih dimaksudkan untuk menjelaskan gejala-gejala nonekonomi yang terjadi selama masa pemantauan dan seri dari data yang dipakai dalam model. Dengan menggunakan berbagai persamaan yang secara fungsional bisa dipertanggungjawabkan, dibuat proyeksi keadaan ekonomi dan tenaga kerja sampai 1995, atau tahap awal pelaksanaan Repelita VI. Hasil akhir dari penerapan model proyeksi semacam ini tentunya berupa perkiraan yang tentunya didasarkan pada asumsi. Itu sebabnya bila investasi tambah lambat, sekitar 11% per tahun, maka PDB Pelita IV akan tumbuh dengan 4,9% per tahun, Pelita V 5,78% per tahun, dan sekitar 6,17% pada awal Pelita VI. Sedangkan perkiraan tinggi, dengan investasi tumbuh sekitar 14% per tahun, perkembangan PDB adalah 5,50% 7,13% dan 7,87% untuk ketiga Pelita tersebut secara berturut-turut. Tentunya model ini mempertimbangkan juga angka ICOR yang cukup tinggi dewasa ini: Kalau tidak, efisiensi tidak dapat terjaga, walaupun sudah diupayakan suatu sistem pengawasan yang ketat. Sementara itu, kesempatan kerja diperkirakan meningkat rata-rata 2,8% per tahun selama satu dasawarsa mulai 1985. Mengingat pertumbuhan angkatan kerja yang masih di sekitar angka 4%, tampaknya pekerjaan rumah yang cukup memusingkan masih perlu dihadapi. Itu sebabnya upaya perluasan lapangan kerja dalam kurun waktu Pelita V agaknya perlu juga dilakukan secara "habis-habisan". Ini tuntutan wajar kalau dilihat bahwa penyelamat masalah ketenagakerjaan selama ini terletak pada sektor informal, di perkotaan dan apalagi di daerah pedesaan. Lalu, ahli ekonomi mana yang begitu saja percaya untuk menyerahkan tugas pembangunan ekonomi yang kompleks dan berat itu pada pundak sektor informal? Justru dilema semacam ini yang sering dihadapi para pakar di bidang ekonomi dan ahli demografi. Karena itu, model keterpaduan semacam yang ditawarkan buku ini perlu lebih banyak ditumbuhkan dan sekaligus diupayakan pengembangannya. Prijono Tjiptoherijanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus