Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Mencari Setitik Cahaya dalam Kegelapan

Kisah keluarga yang tak biasa dengan akhir cerita yang terlalu biasa. Jennifer Lawrence adalah magma perfilman Hollywood terbaru.

17 Maret 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Silver Linings Playbook
Sutradara: David O. Russell
Skenario: David O. Russell Berdasarkan novel dengan judul sama karya Matthew Quick
Pemain: Bradley Cooper, Jennifer Lawrence, Robert De Niro, Jacki Weaver, Chris Tucker, Anupam Kher

Dan Ernest Hemingway dilempar ke luar jendela.

Ketika novel berjudul A Farewell to Arms karya sang legenda melayang menabrak kaca jendela, dengan sendirinya sutradara O. Russell, melalui protagonis Patrizio Solitano, melempar novel setebal 355 halaman yang berlatar belakang Perang Dunia I itu. Pat menolak akhir kisah manusia yang gelap seperti yang disajikan Hemingway.

Pat Solitano Jr ( diperankan Bradley Cooper), seorang guru olahraga penderita bipolar—di masa lalu lazim disebut manic-depressive—baru saja keluar dari perawatan rumah sakit jiwa dan terpaksa kembali menumpang di rumah orang tuanya. Di rumah itu, Pat mencoba menata hidupnya kembali. Menolak menenggak obat—dengan alasan bisa mengontrol emosinya—Pat merancang cara untuk bisa merebut Nikki Solitano (Brea Bee), istrinya, yang sudah meninggalkannya. Caranya? Pertama, Pat rajin lari pagi, sembari mengenakan plastik sampah yang membungkus tubuhnya, dengan alasan agar bisa langsing dan berotot. Kedua, Pat mencoba membaca semua karya sastra yang ada di dalam kurikulum pengajaran Nikki—guru sastra Inggris—yang salah satunya karya Ernest Hemingway tadi, yang akhirnya dilempar ke luar jendela.

Menurut Pat—sesuai dengan yang diper­olehnya dari terapi rutin—dalam kegelapan hidup, kita harus bisa melihat silver ­lining, segaris cahaya, yang kemudian memberi harapan untuk bertahan, untuk hidup. Akhir novel Hemingway menggambarkan kematian tokohnya. Itulah sebabnya Pat, yang tengah mencari "cahaya" dalam kegelapan hidupnya, tak bisa menerima akhir cerita yang pesimistis seperti itu.

Pat sedang berjuang merebut hati Nikki dan tak mudah mencapai keinginan itu. Bukan karena Pat belum bisa mengatasi turun-naik emosinya, melainkan karena Nikki sudah meminta polisi memberlakukan larangan bagi suaminya agar tak mendekatinya dari jarak dekat. Di tengah upaya itu, Pat berkenalan dengan Tiffany Maxwell (Jennifer Lawrence), perempuan yang baru saja kehilangan pekerjaan akibat depresi yang berkepanjangan dan menjadi pecandu seks untuk menghapus kepedihan karena kematian suaminya yang begitu mendadak. Pat bertemu dengan Tiffany di sebuah acara makan malam yang diselenggarakan iparnya, yang kemudian dilanjutkan dengan acara makan malam yang mereka tekankan sebagai "bukan kencan".

"Mengapa kau kehilangan pekerjaan?"
"Karena saya berhubungan seks dengan semua orang di kantor."
"Semua?"
"Kira-kira 11 orang…."
"Dengan perempuan juga? Dan kalian saling menyentuh?"
"Ya…."

Pat gagap dan terkesiap membayangkan dua perempuan saling mencumbu. Dalam tanya-jawab antara Pat dan Tiffany ini terselip kesedihan, kemarahan, dan depresi yang ditekan. Tiffany berlagak acuh tak acuh. Tapi kita melihat ada sesuatu yang siap meledak. Apalagi karena Pat menganggap "gangguan jiwa" Tiffany jauh lebih parah daripada apa yang dia alami.

David O. Russell, yang pernah memukau melalui film The Fighter—tentang pertarungan di luar dan di dalam keluarga petinju—kali ini mencoba menukik dan menjelajahi dunia beberapa keluarga. Bukan hanya Pat, yang tengah diuji apakah bisa menahan ledakan emosinya—setelah menyadari perselingkuhan istrinya—tapi juga Tiffany, yang harus mampu melewati kesedihannya dengan wajar. Di atas kehebohan pasangan ini, kita juga diperkenalkan pada ayah Pat, Pat Sr (Robert De Niro), yang gemar bertaruh lengkap dengan segala takhayul yang mengelilingi permainan itu. Tingkah sang ayah semakin mempersulit upaya Pat mengais-ngais "benang cahaya" dalam kehidupan yang gelap itu.

Tak terbantahkan, Bradley Cooper mengalami kenaikan yang melejit setelah film komedi seperti Hangover atau drama yang gagal seperti Words. Film ini telah membawa Cooper ke lingkaran seni peran yang serius, yang menuntutnya berpindah-pindah suasana hati secara ekstrem; yang menuntutnya menjadi lelaki yang sungguh percaya istri yang jelas tak mencintainya lagi akan bisa kembali ke pelukannya.

Jennifer Lawrence, yang sesungguhnya terlalu muda untuk memerankan Tiffany, ternyata magma Hollywood terbaru yang sudah terlihat sangat menjanjikan ketika namanya dinominasikan sebagai aktris terbaik Academy Awards dalam film Winter's Bone (Debra Granik, 2010). Dalam film ini, tak tanggung-tanggung, Lawrence, yang menarik perhatian dan mendapat pujian kritikus film, berhasil meraih gelar aktris terbaik Academy Awards 2013.

Tapi penataan paruh akhir film ini agak berantakan. Problem Pat Sr, Pat Jr, dan Tiffany bercampur aduk dan diselesaikan dengan paksa pada setengah jam terakhir film, yakni pada acara pertandingan dansa. Keinginan yang terlalu banyak, persoalan berat Pat Jr dan Tiffany yang dibereskan ala Hollywood, dalam hidup nyata pasti akan lebih rumit dan lebih berat—daripada sekadar menyadari rasa cinta itu.

Leila S. Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus