Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teroka

Mengenal Suku Bajo, Suku Laut Sumber Inspirasi Sutradara Film Avatar: The Way of Water

Profil suku Bajo yang menjadi salah satu inspirasi sutradara James Cameron dalam menggarap film Avatar: The Way of Water.

26 Desember 2022 | 06.45 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Film Avatar: The Way of Water besutan James Cameron sukses membuat penonton berdecak kagum oleh aksi Sam Worthington dan Zoe Saldana. Siapa sangka, di balik proses pembuatan film, sang sutradara James Cameron menyebut dirinya terinspirasi antara lain oleh Suku Bajo, suku nomaden laut yang tersebar di kepulauan Indonesia bagian timur.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mengutip National Geographic, Cameron menyebut telah melakukan riset panjang untuk membangun latar bagi filmnya. Ia mencermati banyak tradisi lokal di Polinesia dan Asia Tenggara yang berakar dari tradisi bahari. Ia menyebut terinspirasi oleh orang-orang Bajo yang tinggal di atas rumah panggung dan hidup di atas rakit.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Suku Bajo atau Bajau, menurut Haerullah dkk dalam jurnal berjudul Identitas Budaya dan Sejarah Suko Bajo Pulau Pascanomaden, adalah suku yang menjadikan laut sebagai sumber pencaharian utama. Mereka tersebar di kawasan Asia Tenggara, mulai dari Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia, hingga Filipina. Itu sebabnya suku ini sering kali disebut sebagai suku laut. Nenek moyang mereka adalah para panglima armada Kerajaan Sriwijaya dan Kesultanan Melaka.

Di Indonesia, Suku Bajo banyak menetap di Bajo Pulau, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Orang-orang Bajo di Bajo Palau menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk beraktivitas di pesisir laut, seperti beternak ikan kerapu atau lobster. Untuk memperoleh penghasilan, mereka berprofesi menjadi nelayan, ojek laut, atau peternak ikan keramba.

Para nelayan suku Bajo mampu memperoleh tangkapan ikan hingga mencapai 946 ton per hari. Salah satu komoditas unggulan dari tangkapan mereka adalah teripang. Mereka biasa memasarkan teripang melalui pengepul sebelum didistribusikan kepada para pedagang Tionghoa, baik di Bima maupun Lombok, Bali, dan Jawa. Selain dijadikan sebagai bahan konsumsi, teripang dapat digunakan sebagai bahan pengobatan.

Sejak dulu orang-orang Bajo terbiasa menangkap ikan dengan alat-alat sederhana. Hasil tangkapan mereka pun tidak digunakan untuk tujuan komersial. Mereka pada awalnya menangkap ikan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pribadi. Sistem ini bertahan sampai uang rupiah masuk sebagai alat tukar yang sah di Indonesia.

Seperti dikatakan Cameron, tempat tinggal orang-orang Bajo sangat khas masyarakat pesisir. Mereka tinggal di atas rumah paggung yang memiliki kolong. Di bawah rumah panggung, mereka biasa beristirahat atau bercengkerama. Rumah-rumah yang sudah menetap umumnya menghadap laut. Mereka percaya, rumah yang menghadap laut dapat mendatangkan keberkahan.

HAN REVANDA PUTRA

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus