Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Menghibur tanpa hilang renungan

Teater koma mementaskan "opera primadona" di gedung Kesenian Jakarta. Sandiwara yang mengaduk peristiwa di batavia di seputar 1925 hingga 1936 ini menuntut kerja yang rumit. Jalinan ceritanya memikat.

2 April 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"DI dalam grup hanya ada satu primadona, yang lainnya embel-embel," ujar Miss Kecubung, primadona grup sandiwara Opera Miss Kecubung-Kejora. Itulah sebabnya Miss Kecubung mclarang merias secantik-cantiknya Miss Kejora, pendatang baru asal ember. Jika kecemburuan akan kecantikan sudah meruyak di dalam sebuah grup sandiwara, segalanya bakal lebih runyam daripada cerita sandiwaranya sendiri. Sementara itu, Rama Umbara, pemain utama pria, tak mampu lagi menahan berangnya. Umbara jengkel karena berpuluh kali harus berperan sebagai Jin Depok yang menculik Putri Cina sangat gembrot, yang tak lain adalah Miss Kecubung sendiri. Mengapa hal ini bisa terjadi? Miss Kecubung ingin menjadi primadona abadi, dan tak bakal ada halangan untuk itu. Si Gembrot ini istri Petro, sutradara dan pemilik grup sandiwara itu. Bagi Umbara, adalah sangat konyol bila Jin Depok tidak bisa melihat kecantikan Miss Kejora, walaupun berperan hanya sebagai dayangdayang Putri Cina. Dengan demikian, sudah waktunya Miss Kecubung digantikan Miss Kejora. Maka, di atas panggung lalu terjadi pengobrakabrikan naskah. Jin Depok jauh-jauh datang dari Persia hanya mau menculik Miss Kejora, yang langsing, sintal, ranum, dan sudah cantik dari sononya. Jin Depok tak peduli lagi akan Putri Cina gembrot, yang meronta-ronta memohon untuk diculiknya, seperti yang dikehendaki naskah. Grup pun pecah. Umbara dan sejumlah temannya mendirikan grup sendiri, Gardanella. Dua grup itu lalu bersaing garang. Gardanella, dengan menghalalkan segala cara, berusaha merebut Miss Kejora, yang akhirya jadi primadona baru Umbara, yang terkenal sebagai Valentino van Sidoarjo, menerjang lewat asmara maupun santet. Sebagai naskah, Opera Pnmadona memikat. Jalinan ceritanya memikat. Penuh gejolak. Setelah dipanggungkan, sandiwara yang mengaduk peristiwa di Batavia di seputar tahun 1925 hingga 1936 ini menuntut kerja yang rumit. Hasilnya kelihatannya mengasyikkan bagi penonton maupun bagl para anggota Teater Koma sendiri. Panggung terdiri atas empat area permainan. Di kanan untuk pementasan sandiwara mereka. Di kiri untuk adegan kesibukan di luar panggung. Di belakang dengan trap-trap meninggi, mengesankan untuk menampung lalu lintas besar. Dan di tengah, kamal Miss Kejora bersama Bolang-Baling, suaminya, menunggu hari-hari tuanya. Pertunjukan selama 3 Jam ini sebenarnya suatu kilas balik selama 5 menit saja. Untuk membagi panggung antara gruF Opera Miss Kecubung-Kejora dengan grup Gardanella, dibuat panggung berputar. Tiap grup (tentu saja) punya gambar dekor sendiri-sendiri. Jika adegan menghendak pergantian grup, panggung Ini tinggal diputar. Di Kabuki, Ginza, Tokyo, ada panggung putar bulat, tanpa menimbulkan suara, sebaliknya di Teater Koma panggung putarnya persegi, dan berderak-derak suaranya. Untung sekali penyutradaraan rumit Riantiarno diimbangi kerja keras Sjaeful Anwar. Sebagai penata artistik yang piawai, Sjaeful sungguh harus diacungi jempol. Ia melukis banyak dekor dengan hasil yang begitu yahud. Ia juga teknikus untuk panggung putarnya sendiri. Lebih dari itu, ia juga bermain baik sebagai Petro peran yang begitu penting. Jika pementasan Teater Koma kali in berpeluh menyegarkan, itu berkat permainan Tarida Gloria (Miss Kecubung). Dia menggetarkan setiap sudut adegan. Suaranya, gesturnya, emosinya, bahkan bagaimana dia menyembunyikan wataknya untuk mengejutkan penonton, sungguh mulus ia mampu mengalirkannya. Tanpa dibebani kegembrotan tubuhnya, Tarida begitu gandes, kewes, luwes - sebagai bahasa tubuh -- mampu menyiasati setiap adegan. Di lakon inilah puncak kema tangan Tarida sebagai pemain. Didi Petet begitu pas memerankan Rama Umbara. Modal pantomimny tidak saja mendongkrak staminanya tapi juga membuatnya enak d setiap pemunculannya. Gayanya menyanyi menari, merayu, dapat menggambarkan sifatnya yang don juan begit kena. Penonton menunggunya, dan tertawa. Ia memang bintang. Penyutradaraan dengan cara kila balik ini sebenarnya berat, tapi Riantiarno mampu mengatasinya dengar berhasil. Perkembangan watak Mis Kejora - peran yang disandang oleh Ratna Riantiarno itu--dengan pelan-pelan mengalir, digambarkannya dengan bagusnya. Memang, terkesan begitu sucinya Miss Kejora, yang sungguh sangat jauh berbeda dari gambaran para sri panggung pada umumnya. Di lakon inilah puncak kematangan Ratna sebagai pemain. Tata musik oleh Idrus Madani cukup baik. Cukup memberikan gambaran tentang suasana di kurun waktu itu. Rombongan musik ini sebenarnya bisa dipajang di atas panggung. Kekuatannya adalah sebagai jembatan untuk menyatukan penonton dengan pertunjukan. Lakon yang dipentaskan di Gedung Kesenian Jakarta selama 9 hari - 24 Maret s/d 1 April 1988--ini seperti ungkapan rasa rindu Riantiarno akan kejayaan teater di masa lampau. Teater Koma seolah membongkar "akar". Mencari sumber kekuatan yang selama ini menjadi semangat teaternya. Riantiarno begitu piawai menggambarkan dunia impian dan dunia kenyataan dari kehidupan orang-orang panggung yang sering kabur sekatnya itu. Hasilnya belum utuh benar. Kesemrawutan kehidupan di balik layar belum muncul. Yang paling sulit adalah menyatukan panggung pertunjukan dengan penonton. Tetapi, apa yang dicapai Riantiarno sudah cukup segar. Sebagai seorang optimis, ia yakin harus menghibur, tanpa kehilangan renungan. Danarto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus