Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Menjarah barang seni dengan visi

Museum isabella gardner, boston, as, kehilangan 11 lukisan, selain harganya tinggi sebagian di antaranya mempunyai nilai investasi yang meningkat terus. diduga pencurinya memahami seni lukis.

31 Maret 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBELAS lukisan Museum Isabella Stewart Gardner di Boston, Amerika Serikat, disikat maling pekan lalu. Inilah penjarahan barang seni terbesar sesudah pencurian mahakarya Mona Lisa dari Museum Louvre, Paris, di tahun 1911. Selain 11 lukisan itu, dua barang antik ikut hilang. Sebuah kendi perunggu Cina kuno dan elemen pataka Kaisar Prancis, Napoleon Bonaparte. Namun, para pengamat seni berpendapat sasaran maling sebenarnya 11 lukisan itu. Penjarahan ini direncanakan dengan sangat rapi. Lukisan-lukisan yang hilang itu karya-karya yang tidak ternilai. Selain harganya selangit, sebagian di antaranya mempunyai nilai yang meningkat terus sebagai obyek investasi. Pemilihan barang-barang yang dicuri itu menunjukkan dalang pencurian memahami seluk-beluk seni lukis dan perdagangannya. Dua lukisan yang dicuri tergolong barang langka. Yang satu karya pelukis Belanda Rembrandt van Rijn (1606-1669) berjudul The Storm on the Sea of Galilee. Yang satu lagi, karya pelukis Belanda lainnya, Jan Vermeer (1632-1675) yang tidak diumumkan judulnya. Lukisan Rembrandt The Storm on the Sea of Galilee adalah satu-satunya lukisan pemandangan alam Rembrandt yang tersisa. Lukisan ini termasuk dibuat tahun 1625-1631, periode awal karier Rembrandt sebagai pelukis. Tema lukisan Rembrandt pada masa ini umumnya berasal dari cerita dari Kitab Suci atau mitologi. Hingga kini tidak sebuah museum pun di dunia mempunyai kesempatan mengoleksi lukisan dari periode awal Rembrandt ini. Karya-karya Rembrandt dari periode ini -- yang barangkali memang tidak banyak -- umumnya musnah. Sesudah tahun 1631, tema lukisan-lukisan Rembrandt berubah dari tema cerita ke tema manusia. Wujudnya lukisan potret atau grup potret. Karya-karya inilah yang membuat Rembrandt diakui sebagai pelukis besar. Nama Jan Vermeer tidak sebesar Rembrandt. Pelukis ini cucu murid Rembrandt. Dalam perkembangan seni lukis, Vermeer dikenal sebagi master dalam melukiskan alam benda. Ia penemu teknik melukiskan porselen dan benda-benda berkilat. Yang membuat lukisan Vermeer menjadi mahal adalah tidak banyak lukisannya yang tersisa. Sebagian besar musnah. Menurut balai lelang terkemuka AS, Sotheby, semua lukisan Vermeer yang tersisa hanya 32 buah. Salah satunya koleksi kebanggaan Museum Isabella yang dicuri itu. Selain The Storm on the Sea of Galilee para pencuri juga menjarah dua lukisan Rembrandt lainnya. Yang satu potret diri, juga dibuat pada periode awal Rembrandt, yaitu tahun 1629. Yang lain, lukisan berjudul The Concert yang tidak terlalu terkenal. Lukisan-lukisan lainnya yang dicuri adalah karya-karya pelukis-pelukis Prancis, Edouard Manet (1832-1883) dan Edgar Degas (1834-1917). Keduanya dikenal sebagai pelukis impresionis yang ikut membuka era seni lukis modern. Para maling persisnya menyamber satu lukisan Manet dan lima lukisan Degas. Kendati Manet dan Degas, untuk kalangan awam, kalah terkenal dibandingkan Rembrandt, nilai karya-karya mereka di masa kini menyaingi lukisan-lukisan yang lebih terkenal dan jauh lebih tua. Sampai tahun 1980-an lukisan-lukisan yang mencapai harga tinggi umumnya karya-karya terkenal yang tua. Sebuah lukisan Rembrandt, misalnya, terjual seharga US$ 2,3 juta pada tahun 1961. Di tahun 1970 lukisan Velazquez (1599-1660) laku US$ 5,5 juta dan di tahun 1980, lukisan Turner (1775-1851) terjual US$ 6,4 juta. Memasuki tahun 1990 muncul trend baru dalam perdagangan barang seni. Karya-karya dari era modern (pembuatannya bertarikh 1800 ke atas) muncul secara mengejutkan karena terjual dengan harga gila-gilaan. Pola koleksinya juga berubah, dari museum ke koleksi-koleksi pribadi. Inilah saatnya barang seni mulai menjadi obyek investasi dalam arti bisnis. Tahun 1987, jutawan Australia Allan Bond mengguncang pasar barang seni dengan membeli lukisan Vincent Van Gogh seharga US$ 53,9 juta. Pada tahun yang sama lukisan Edouard Manet laku US$ 11,1 juta di Amerika Serikat. Dua tahun kemudian, dua transaksi besar lainnya dilakukan. Lukisan-lukisan Pablo Picasso dan Willem de Kooning terjual masing-masing US$ 47,85 juta dan US$ 20,7 juta. Semua lukisan ini dibeli untuk koleksi pribadi. Perubahan trend menjelang tahun 1990-an itu menunjukkan jual beli barang seni beralih dari perdagangan barang tua ke karya-karya bernilai. Artinya, karya dari era modern dibeli dengan harga tinggi karena nilainya, bukan karena "keantikan". Penghargaan pada karya modern ini menunjukkan pemahaman seni rupa yang canggih. Hingga kini terdapat dua visi dalam menilai awal seni rupa modern. Yang pertama menempatkan paham neoklasik sebagai perintis. Corak ini kendati membawa pandangan baru masih terikat pada teknik-teknik lama, seperti misalnya teknik Rembrandt. Visi yang kedua menempatkan paham impresionisme, pascaimpresionisme dan ekpresionisme Jerman sebagai perintis era modern. Pandangan kedua ini lebih canggih karena menyertakan analisa teknik-teknik seni rupa. Visi kedua inilah yang menjadi latar belakang munculnya trend baru. Gejala ini ada kaitannya dengan semakin banyaknya kurator museum pindah profesi menjadi pedagang barang seni. Khususnya di Amerika Serikat. Samar-samar visi kedua itu pula yang terlihat pada pencurian di Museum Isabella. Siapa tahu pencurian di Museeum Isabella itu melahirkan lagi trend baru. Karya-karya besar pindah dari koleksi museum ke koleksi pribadi tidak lewat jual beli, tapi penjarahan. Jim Supangkat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus