Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Menjual australia, lewat film

Selama 10 th terakhir produksi film australia mengalami perkembangan, komisi film australia sangat membantu dalam perkembangan industri film ini. hingga ada saja yang laku di cannes.

19 Juli 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AUSTRALIA konon pembuat film cerita pertama, Soldier of the Cross. Joseph Perry membuatnya untuk Bala Keselamatan tahun 1899. Industri film negeri itu pun berkembang dalam tahun 1930-an. Tapi kemudian padam. Baru tahun 1970-an mereka bangkit kembali. Suatu badan pemerintah, yang kini bernama Australian Film Commision, banyak sekali mendorong perkembangan industri ini. Buktinya ialah sejak 1970 hampir 100 film telah dihasilkan negara kanguru itu, dibanding hanya sekitar 370 dalam enam dasawarsa sebelumnya. Badan resmi itu semula bertolak dengan modal A$ 1 juta (Rp 1,5 juta) dalam kegiatannya. Berkat bantuannya produksi Australia kini disegani dunia industri film. Sidang para produser film Asia dan Pasifik --salah satu acara Festival Film Asia di Yogyakarta dan Denpasar awal Juli ini -- menetapkan Australia sebagai tempat sekretariat tetap Federasi Produser Film Asia dan Pasifik. Konon sejumlah produser film beberapa negara Asia merasa was-was: Australia akan mendapat kesempatan merebut pasaran di Asia. Kekhawatiran itu memang beralasan. Dengan Komisi Film tersebut, bagaikan loncatan seekor kanguru, film Australia bahkan mampu menerobos ke Amerika Serikat--pasaran film terbesar yang sangat menguntungkan. Memang belum banyak, bila dibandingkan dengan jumlah film Amerika yang masuk ke Australia. Australia sendiri merupakan pasaran terbesar bagi film Amerika setelah di ,merika sendiri dan Prancis. Dalam scrahun sekitar A$ 50 juta (Rp 75 milyar) uang orang Australia terkumpul di gedung bioskop seluruh Australia. Melihat bcsar belanja bioskop itu, para produser Australia sendiri berpendapat semestinya film Australia bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Caranya: film Australia harus diberi prioritas pertama untuk dilihat orang Australia sendiri. Peter Weir, Fred Schepisi, Brian Trenchard-Smith. Bruce Beresford, Henry Safran dan Karl Schultz -- semua itu sutradara Australia yang berhasil. Terutama Peter Weir, yang melahirkan film laris Picnic at Hanging Rock (1975), telah dipuji karena menyuguhkan tema dan gambar yang kuat bau Australianya Putaran pertama 1975. Film itu mengalahkan dunia film box office, Chinatown dan Godfatber 2, yang kebetulan juga sedang diputar di Australia. Tiga tahun kemudian, 1978, ketika picnic diputar di Pekan Film Australia di Taman Ismail Marzuki, Peter Weir (ketika masih berusia 34 tahun) baru saja menyelesaikan The Last Wave. Langsung saja distributor film Amerika, United Artists, membeli hak edarnya. Seperti bisa dilihat dalam Pekan Film Australia II (Juni lalu) di TIM, film tersebut memang menyuguhkan tema yang jarang digarap. Sleorang advokat yang mencoba membea beberapa aborigin (pribumi) yang dituduh membunuh, menghadapi hal yang rumit. Ternyata itu adalah pembunuhan adat. Kaum Aborigin saja boleh mengetahui mengapa dan bagaimana cara membunuhnya. Akhirnya, advokat itu menemui ajalnya karena ia berusaha mengetahui pembunuhan secara adat itu. David Burton, nama adokat itu, ketika berada di pinggir lalu tiba-tiba seperti melihat gelombang pasang setinggi gunung menuju ke arahnya. Ia tak sempat lari. Dan film The Last Wave pun selesai. Film Peter Weir mengingatkan gaya Michelangelo Antonioni dengan The Passengernya -- telah beredar di sini dan tak laku. Bdanya: sesuatu yang misterius mengeni kematian sang tokoh dalam film Antonioni tetap tak menunjukkan satu indikasi pun, sedang dalam film Peter Weir indikasi itu jelas. Yaitu sisa-sisa kekuatan sihir kaum aborigin --kalau anda percaya ini. Tak berarti kebangkitan film Australia sedasawarsa terakhir ini tanpa problem. Beberapa pengamat film Australia sendiri berpendapat bahwa "terlalu banyak film Australia dibuat kini, tapi hanya empat atau lima saja yang bagus." Barangkali kebijaksanaan resmi Australia pertama-tama memang begitu. Komisinya prioritaskan pengembangan kualitas film sebagai industri daripada sebagai film seni." Tapi bagi sutradara berbakat, mungkin itu tak penting, seperti dibuktikan oleh Peter Weir, dan Henri Safran, sutradara Storm Boy (1977), yang konon putaran pertamanya mengalahkan film laris King Kong. Hollywood Perpajakan film mendapat keringanan di Australia. Dengan keringanan pajak itu, seorang investor akan kembali mendapatkan modalnya dalam waktu dua tahun. Itu suatu dorongan luar biaa. Konon sebelum ada-keringanan pajak, modal itu baru bisa kembali setelah lebih 10 tahun. Tapi Australia terdorong menjual filmnya ke luar, menurut seorang produser di sana, karena ongkos produksi naik, dan sulit dalam waktu singkat mengumpulkan keuntungan hanya dari dalam negeri serldiri Dan ternyata dari sejumlah film yang tiap tahun ditawarkan di Festival Film Cannes, duatiga mesti laku. Bahkan tak hanya negeri berbahasa Inggris saja kini tertarik film Australia. Tahun 1977, Storm Boy pun dibeli Jepang. Sebuah film kanak-kanak yang lain, film kartun Dot and the Kangaroo, tahun itu pula di Cannes upcsan 14 negara Eropa dan Amerika. Salah satu kunci sukses itu, menurut aktor Michael Pate, film Australia kini benar-benar bergaya Australia tapi bertema universal. Tak begitu jelas yang dimaksud si Pate--aktor yang kembali ke negerinya dari Hollywood, karena melihat prospek cerah industri film Australia. Adapun contohnya, memang jelas Picnic at Hanging Rock, The last Wave atau Storm Boy.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus