SUATU hari, setahun berselang, Salamun--pengusaha logam dari
Batur-- mengikuti penataran il dustri kecil di Universitas
Sebelas Malet, Sala. Ia juga sempat memamerkan barang-barang
hasil produksinya berupa tiruan barang-barang antik. Di situlah
ia bertemu dengan petugas LPPM.
Singkat kata, kedua belah pihak bersepakat bekerja sama. LPPM
bersedia membina manajemen dan pemasaran CV Fajar Mulia,
perusahaan milik Salamun. Sebelumnya, selama 5 tahun berusaha,
Salamun hanya menerima pesanan dan membuat barangnya di dapur
mertuanya.
Sekarang, dengan menghimpun 6 pengrajin logam besi asal Batur,
Salamun sudah menyelesaikan bangunan pengecoran di Desa Sentono,
Kelurahan Ngawonggo (tetangga Desa Batur). Lengkap dengan dapur
dan asrama pekerja.
Di Sala ia juga punya tempat untuk finishing dan ruang pamer.
"Setelah dibina LPPM, pesanan meningkat dua kali lipat," tutur
Ny. Alfiah, istri Salamun. Hasil produksi perusahaan ini mulai
dari lampu antik, hiasan dinding bingkai kaca, sampai pagar dan
kursi kuno.
Dua kali setahun Salamun mengirim berbagai jenis lampu ke
Negeri Belanda dan Swedia. Langganan Salamun di negeri sendiri
kebanyakan dari Jakarta, Palembang, Bukittinggi, Padang. Harg
sebuah lampu antara Rp 1.250 sampai Rp 275.000.
Ada 28 jenis tiruan barang antik yang dipasarkanhya. Lampu
gantung yang disebut Iskandar Zulkarnain, misalnya, harganya Rp
200.000. Lampu Sinyo Londo (Rp 175.000), atau satu set kurni
kuno model Yunani yang diebut Athena( Rp 95.000).
Di Jakarta, pcmasaran produksi Salamun dkk. dipasarkan oleh
Binaan Niaga Mulia, sebuah perusahaan yang merupakan adik
kandung LPPM. Selain dipajang di sebuah kios di Pasar Seni di
Ancol, juga di ruang pamer LPPM di Menteng Raya.
Selama 20 hari kerja dalam setahun LPPM mengirim tenaga pelatih
ke Batur. Selain membimbing pengusaha kerajinan, mereka juga
mengamati hambatan dan keluhan pengrajin. "Kalau kekurangan
modal, LPPM akan membantu mencarikannya," kata Gatot Soemardjo,
salah seorang staf pimpinan LPPM.
Modal kerjasama itu sekitar Rp 150 juta -- untuk survei di
Eropa, penyediaan bahan produksi, kegiatan promosi dan kegiatan
harian.
Sampai kapan LPPM membina para pengrajin Batur? "Kalau sudah
bisa berdiri sendiri, mereka akan kami lepaskan," kata Gatot.
Dengan itu Gatot ingin menegaskan, usaha LPPM semata-mata
sosial. "Kalau hanya mau cari untung, tentu akan mencengkeram
pengrajin Batur," tambahnya.
Setelah Batur, LPPM punya ancarancar akan menggarap pengusaha
pengrajin kerajinan kayu di Juana (Pati, Ja-Teng) dan kerajinan
perak di Kota Gede (Yogyakarta).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini