Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Dijual: Kursi Sinyo Londo

Perusahaan milik salamun (cv. fajar mulia) pengrajin logam besi yang berhasil berkat bimbingan dari lppm. ia menghimpun 6 pengrajin logam besi asal batur.

19 Juli 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUATU hari, setahun berselang, Salamun--pengusaha logam dari Batur-- mengikuti penataran il dustri kecil di Universitas Sebelas Malet, Sala. Ia juga sempat memamerkan barang-barang hasil produksinya berupa tiruan barang-barang antik. Di situlah ia bertemu dengan petugas LPPM. Singkat kata, kedua belah pihak bersepakat bekerja sama. LPPM bersedia membina manajemen dan pemasaran CV Fajar Mulia, perusahaan milik Salamun. Sebelumnya, selama 5 tahun berusaha, Salamun hanya menerima pesanan dan membuat barangnya di dapur mertuanya. Sekarang, dengan menghimpun 6 pengrajin logam besi asal Batur, Salamun sudah menyelesaikan bangunan pengecoran di Desa Sentono, Kelurahan Ngawonggo (tetangga Desa Batur). Lengkap dengan dapur dan asrama pekerja. Di Sala ia juga punya tempat untuk finishing dan ruang pamer. "Setelah dibina LPPM, pesanan meningkat dua kali lipat," tutur Ny. Alfiah, istri Salamun. Hasil produksi perusahaan ini mulai dari lampu antik, hiasan dinding bingkai kaca, sampai pagar dan kursi kuno. Dua kali setahun Salamun mengirim berbagai jenis lampu ke Negeri Belanda dan Swedia. Langganan Salamun di negeri sendiri kebanyakan dari Jakarta, Palembang, Bukittinggi, Padang. Harg sebuah lampu antara Rp 1.250 sampai Rp 275.000. Ada 28 jenis tiruan barang antik yang dipasarkanhya. Lampu gantung yang disebut Iskandar Zulkarnain, misalnya, harganya Rp 200.000. Lampu Sinyo Londo (Rp 175.000), atau satu set kurni kuno model Yunani yang diebut Athena( Rp 95.000). Di Jakarta, pcmasaran produksi Salamun dkk. dipasarkan oleh Binaan Niaga Mulia, sebuah perusahaan yang merupakan adik kandung LPPM. Selain dipajang di sebuah kios di Pasar Seni di Ancol, juga di ruang pamer LPPM di Menteng Raya. Selama 20 hari kerja dalam setahun LPPM mengirim tenaga pelatih ke Batur. Selain membimbing pengusaha kerajinan, mereka juga mengamati hambatan dan keluhan pengrajin. "Kalau kekurangan modal, LPPM akan membantu mencarikannya," kata Gatot Soemardjo, salah seorang staf pimpinan LPPM. Modal kerjasama itu sekitar Rp 150 juta -- untuk survei di Eropa, penyediaan bahan produksi, kegiatan promosi dan kegiatan harian. Sampai kapan LPPM membina para pengrajin Batur? "Kalau sudah bisa berdiri sendiri, mereka akan kami lepaskan," kata Gatot. Dengan itu Gatot ingin menegaskan, usaha LPPM semata-mata sosial. "Kalau hanya mau cari untung, tentu akan mencengkeram pengrajin Batur," tambahnya. Setelah Batur, LPPM punya ancarancar akan menggarap pengusaha pengrajin kerajinan kayu di Juana (Pati, Ja-Teng) dan kerajinan perak di Kota Gede (Yogyakarta).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus