Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Misteri Neraka di Gunung Padang

Situs Gunung Padang sampai sekarang masih menjadi perdebatan ilmiah. Tapi, di tengah itu, tiba-tiba muncul film klenik mengenainya.

18 September 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Misteri Neraka di Gunung Padang

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tomo Gunadi menghunjamkan sebilah kujang ke sebuah lubang berapi. Tatkala kujang menyentuh lubang, ia tiba-tiba langsung masuk ke alam lain. Di alam itu, Tomo (diperankan Reza Rahadian) berbincang dengan seorang pria. Meski berpenampilan necis- dengan jas, dasi, dan rambut klimis- pria itu sesungguhnya iblis yang lama terpenjara di Gunung Padang.

Sang iblis (Lukman Sardi) membujuk Tomo agar membantunya keluar dari Gunung Padang. Tomo diminta membuka pintu gerbang neraka dengan kujang itu supaya iblis bisa segera memimpin umat manusia. Sang iblis mengiming-iminginya berbagai kenikmatan dunia. Tapi Tomo tak tergoda. Dia justru menikam dada sang iblis dengan kujang itu. Iblis mati dan niatnya menguasai dunia pun tak tercapai.

Adegan itu menjadi klimaks film Gerbang Neraka (Firegate), yang ditayangkan di bioskop mulai Rabu pekan ini. Film bergenre horor-petualangan ini diproduksi pada 2015- semula judulnya Firegate: Piramid Gunung Padang. Inspirasinya dari penemuan situs prasejarah Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat. Penemuan itu kemudian digabungkan dengan cerita fiksi petualangan tiga tokoh, yakni Tomo, wartawan tabloid misteri; Arni Kumalasari (Julie Estelle), arkeolog; dan Guntur Samudra (Dwi Sasono), paranormal. Ketiganya secara kebetulan bekerja sama mengungkap misteri dalam ekskavasi Gunung Padang.

Dengan ide cerita itu, produser sekaligus penulis skenario, Robert Ronny, memang ingin membuat Gerbang Neraka (Firegate) berbeda dengan film horor Indonesia yang pernah ada. Sebab, dia menganggap format dan cerita film horor selama ini hanya berputar pada satu tempat berhantu. "Tidak demikian dengan Gerbang Neraka," katanya.

Kenyataannya, film ini belum bisa sepenuhnya lepas dari keklisean. Badurah, sosok jin penunggu Gunung Padang, misalnya, tak hanya "mengganggu" orang yang datang ke Gunung Padang. Ia juga mengikuti Tomo, Arni, dan Guntur hingga ke rumah atau tempat mereka beraktivitas. Selain itu, Badurah kerap dimunculkan dengan sinematografi yang tak berbeda dengan film horor lain: tampak sekilas lalu hilang atau tiba-tiba terlihat. Tujuannya tentu mengagetkan penonton.

Plot cerita film ini mudah ditebak. Dimulai dengan profil tiga tokoh utama, kemudian terjadi kematian misterius dalam ekskavasi Gunung Padang, lalu ketiga tokoh bekerja sama mengungkap misteri itu. Akhirnya, hanya satu tokoh yang bertahan hidup. Beberapa adegan juga gampang diterka. Misalnya ketika profesor arkeologi Theo Wirawan (Ray Sahetapy) "diganggu" Badurah di kamp ekskavasi. Sudah bisa ditebak: profesor itu akhirnya mati.

Film ini kurang jeli dalam hal kondisi psikologis tokoh-tokohnya. Arni tak sedikit pun menunjukkan ketakutan setelah mengetahui Profesor Theo dan seorang rekannya mati tak wajar. Ia seperti tak punya perasaan. Begitu juga yang ditunjukkan Tomo setelah melihat kematian seorang wartawan lain. Selain itu, film ini kurang menggambarkan lokasi ekskavasi seperti area sesungguhnya. Kamp ekskavasi hanya dibuat sederhana dengan pekerja yang cuma puluhan orang. Padahal ekskavasi itu proyek nasional yang diperintahkan presiden.

Dari sisi visual, film ini memang terlihat digarap cukup serius menggunakan teknologi computer-generated imagery. Dengan cara itu, sutradara Rizal Mantovani menggambarkan Gunung Padang yang menjulang tinggi dan membentuk segitiga sama sisi. Tapi beberapa rekayasa visual itu masih tampak kental bikinan komputer. Contohnya adegan runtuhnya bebatuan yang kemudian menutup pintu masuk Gunung Padang.

Sampai sekarang, Gunung Padang masih menjadi perdebatan ilmiah. Masih menjadi kontroversi, misalnya, apakah rongga di dalam perut Gunung Padang sebuah man-made (buatan manusia) atau tercipta oleh alam. Dua pihak saintis yang berseberangan, yang melibatkan geolog, arkeolog, dan vulkanologi, berargumentasi dengan keahlian dan metode masing-masing. Sesungguhnya debat tentang Gunung Padang sangat ilmiah dan dinamis. Tapi, di tengah itu, tiba-tiba ada sebuah film yang menampilkan Gunung Padang sebagai sarang iblis. Ia adalah gerbang neraka. Entah apa komentar para geolog dan arkeolog.

Prihandoko

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus