Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Mungkinkah sandy terus ?

Sandy suwardi telah membintangi 36 film kini menjadi produser, penulis cerita, skenario dan sutradara film rakit. dan berniat jadi sutradara film diharapkan tidak lupa kisah kotot sukardi.

26 Juni 1971 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERTAHUN-TAHUN Sandy Suwardi hanja menempati kedudukan figuran ketika diberi peran oleh Nawi Ismail dalam Marina di tahun 1960. Dari sana timbul hasrat bikin film, dan dengan kerdjasama Usmar Ismail, Anak Perawan Disarang Penjamun beredar ditahun 1964. Film atas karja Sutan Takdir Ali Sjahbana itulah jang membawa Sandy kepusat perhatian dunia film. la ditjemooh, pagi-pagi sudah berani ikut ikut bikin film. "Tapi Sandy keras hasrat", kata seorang sutradara. Dan ketika Si Pitung lolos sensor, Sandy telah membintangi 36 film. Nampaknja jang ke-37 masih lama kalau masih ada. Mengapa? "Saja berniat djadi sutradara sadja", katanja: Rakit memang sudah rampung. Dan disana dia tidak hanja sutradara, tapi djuga produser, penulis tjerita serta skenario sekaligus. "Tapi film berikutnja bukan saja jang tulis skenarionja. Pietradjaja Burnama". Produsernja tetap Sandy, tentu maka CV Indonesia Film Products -- punja dia djuga -- akan segera memulai produksi keduanja. Dibentak. Bagaimana djadi sutradara? Inilah kata Sandy: "Setiap saja main film, selalu saja memperhatikan semua crew. Kadang-kadang saja di bentak oleh djuru-kamera kalau saja tjoba sekali-sekali mengintip untuk mengetahui posisi saja dalam pemotretan nanti". Dan kisah jang kemudian terungkapkan dalam Rakit itu, lewat dikepala Sandy ketika tahun 1966 ia beristirahat dari kelelahan opname film Tantangan jang dibintanginja. Sebuah rakit liwat, dan fantasipun melarat-larat. Ketika sibuk dengan Si Pitung Sandy punja kerdja sendiri: menulis skenario. "Mulanja saja hanja ingin djadi asfsten sutradara untuk skenario saja itu, tapi kompanjon saja malah mempertjajakan penjutra-daraannja sekaligus", katanja pula, Konon itu Rakyat dibikin dengan kerdjasama se-orang pemilik modal untuk mana Sandy mempertaruhkan semua miliknja sebagai djaminan. Anak kelahiran Lampung inf mengaku tidak pernah mendapat pendidikan formil dalam dunia film. Di lahirkan ditahun 1929, menamatkan sekolah Dasar didjaman Belanda, berantakan didjaman Djepang, ikut Laskar Rakjat didjaman revolusi, tak berketentuan sebagai demobilisan peladjar ditahun limapuluhan di Djakarta. "'Terachir saja STM, itupun tidak sampai tamat", tjerita Sandy pula, ia menganggap Usmar Ismail sebagai orang jang banjak memberi bekal di droping Alam Surawidjaja jang di sebutnja sebagai sutradara jang baik. Tetapi Bambang Hermanto djuga punja andil: "Bermain bersama dia, kita mendapatkan banjak", katanja. Kotot. Dirumahnja, dibilangan Djatinegara. Sandy tinggal dan berkantor. Anaknja 3, semua perempuan, isterinja bekas bintaug film Terror di Sulawesi Selatan, Fauziah, Bahaswan. Duduk di-ruang tamu terasa sulit berandjak dan Sandy tak putus-putusnja bitjara tentang berbagai ide jang meskipun tidak seluruhnja baru, tjukup mengasjikkan bagi orang-orang jang berharap mendapat tambahan produser ataupun sutradara berselera. "Asah dia ingat sadja kisah Kotot Sukardi", kata seorang teman. Apa kisah itu? Konon setelah sukses pertama dengan Si Pintjang, almarhum Kotot tak pernah lagi bikin film jang patut ditonton. Apakah Sandy djuga akan begitu? Entahlah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus