JIM Jones dinyatakan bersalah. Dia harus meninggalkan negerinya.
Dan terciptalah nyanyian ini: Dengarlah sebentar, nak/Inilah
kisahku/Meskipun laut begitu luas/Toh, aku dipaksa berlayar
meninggalkan Inggeris/Juri itu memutuskan 'Dia bersalah'./Dan
hakim pun berkata 'Tapi kamu boleh hidup bebas, Jim
Jones/Asalkan kamu/segera, menyeberang laut yang berkabut.
"Menyeberang laut" maksudnya meninggalkan Inggeris, menuju benua
Australia. Nyanyian itu awal Oktober yang Ialu dinyanyikan oleh
kelompok musik rakyat Warren Fahey & The Larrikins, di Teater
Arena TIM. Mereka didatangkan oleh Pusat Kebudayaan Australia di
Jakarta. Dengan sendu anak-cucu "Jim Jones" itu, lewat nyanyian
tersebut mengakui, bahwa nenek-moyang mereka dahulunya orang
hukuman--paling tidak sebagian.
Itulah satu dari seratus lagu rakyat Australia yang berhasil
dikumpulkan Warren Fahey, 34 tahun, seorang dosen kesenian
rakyat Australia di Universitas Sydney. 5 tahun yang lalu, dia
bersama temannya keluar-masuk desa-desa Australia, bermodal tape
recorder, merekam lagu-lagu rakyat dari orang-orang tua. Malam
itu 19 lagu sempat mengelus pengunjung Teater Arena yang
memenuhi 3/4 tempat duduk.
Adakah lagu-lagu itu memang boleh disebut lagu rakyat Australia?
Menurut Fahey kepada Bachrun Suwatdi dari TEMPO, meski mereka
yang mencipta lagu-lagu itu pada mulanya berasal dari berbagai
negara Eropa, akhirnya dirasakan sebagai milik Australia.
"Itulah Australia, bukan Inggeris atau Irlandia," sela Cathie
O'Sullivan, 26 tahun, satu-satunya cewek dalam kelompok ini yang
telah tak tahu lagi moyangnya duiu berasal dari mana.
"Yang kami bawakan mungkin tak seperti aslinya," kata Fahey,
yang kakeknya berasal dari Irlandia. "Tapi begitulah musik
rakyat. Berkembang dari mulut ke mulut, perubahan pun terjadi di
sana-sini."
Melupakan Sejarah
Seperti aslinya atau tidak, tapi malam itu suasana akrab dan
damai menyelubung tempat pertunjukan. Ada nyanyian tentang
imigran yang mencari kerja ada syair tentang anak laki-laki
yang liar tapi dipuja ada lagu-lagu pekerja ladang yang
berhasil merubah semak-belukar menjadi ladang gandum, ada pula
lagu orang hukuman yang diusir dari Inggeris dan di benua baru
itu menjadi ahli tumbuh-tumbuhan.
Lagu rakyat dari mana pun agaknya memang menenteramkan. Ia
memberi rasa, bahwa hewan-hewan, alam, tetumbuhan dan
makhluk-makhluk aneh yang hidup dalam dongeng adalah teman-teman
kita. Sebuah lagu permainan anak-anak Jawa bercerita tentang
seorang raksasa. Dia tidak menakutkan, meski nama lagu itu Buta
Galak (Raksasa Buas) dia diejek, diajak bermain. Dia adalah
teman kita.
Maka agaknya, sepertl kata seorang ahli, lagu rakyat bisa terus
hidup kalau dia menarik untuk anak-anak. Itu yang mendorong
Fahey mengumpulkan lagu-lagu rakyat Australia, karena "hampir
semua anak muda Australia tak tahu lagi nyanyian nenek-myang
mereka, ketika sebagai pionir mereka membuka benua baru ini."
Jadi dengan lagu yang dlkumpulkannya itu, Fahey ingin mengaJak
anak-anak muda itu "jangan melupakan sejarah."
Fahey yang mengaku kelompoknya merupakan satu-satunya kelompok
musik rakyat di negaranya, telah berhasil mempunyai 5 rekaman
piringan hitam. Memang belum banyak. Diakuinya, piringan
hitamnya susah melawan lagu-lagu pop yang digemari anak-anak
muda. Meski begitu dia sering mengadakan pertunjukan keliling,
dan tanpa bantuan dari manapun, kelompok yang terdiri lima orang
ini-mampu hidup sederhana -- seperti lagu-lagu yang mereka
dendangkan.
Harga Telur Inflasi
Berderet, duduk di kursi berlandaskan sebuah trap di bagian
belakang arena, sebetulnya agak tak menguntungkan mereka. Dengan
adanya ruang kosong yang agak luas antara mereka dan penonton,
beberapa menit permulaan menimbulkan rasa canggung. Tepuk tangan
penonton pun terdengar resmi--diperdengarkan setelah sebuah lagu
berakhir. Seperti nonton konser musik klasik. Padahal, pada
pengantarnya Fahey telah mengundang penonton untuk santai, untuk
ikut berdendang atau tepuk tangan.
Toh, beberapa lagu lewat dengan dingin. Kemudian Fahey berdiri
turun dari trap dan mengundang penonton untuk berdansa, karena
lagu yang segera diperdengarkan memang lagu iringan dansa, yang
dahulu konon untuk semacam upacara permohonan agar ayam-ayam
berhenti bertelur, karena harga telur sedang inflasi. Jadi
memang ada fungsinya ruang kosong di arena itu.
Meski yang turun ke arena hanya pasangan orang asing saja,
suasana jadi berubah. Lagu-lagu berikut jadi semarak, tepuk
tangan berirama dari penonton mengiring Warren Fahey & The
Larrikins. Kecanggungan pun terpecahkan.
Kecuali si bujangan Fahey yang memang belajar kesenian rakyat
dan Declan Affley, 40 tahun, yang sejak kecil sudah terjun dalam
dunia musik, yang lain hanya bermodalkan kesenangan dan bakat.
Si cewek O'Sullivan dulunya serang apotheker, demikian pula Dave
Itugard (37 tahun). Satu lagi, Jacko Kevans (36 tahun), adalah
bekas guru SMA. Instrumen yang mereka mainkan gitar, biola,
akordeon kecil dan besar, seruling dan harpa Irlandia. Ada juga
dua senduk makan yang dimainkan scbagai alat perkusi.
Semuanya saja bisa tarik suara. Cathie O'Sullivan suaranya
mengingatkan suara Joan Baez, penyanyi Amerika Serikat. "Saya
kenal Joan Baez yang suaranya cantik itu dari piringan hitam.
Tapi saya tidak meniru dia. Saya belajar sendiri," katanya.
Tapi kenapa tak ada lagu penduduk asli Australia? "Saya belum
menguasai dialek Aborigin," jawab Warren.
Malam itu diakhiri dengan lagu pesta dansa. Sekali lagi diminta
penonton suka turun arena. Kali ini tak hanya berdansa
berpasangan, tapi mereka bergandeng tangan membuat lingkaran
besar, berputar-putar sambil sesekali bertepuk tangan. Sukses?
Fahey hanya ketawa, sebab ini perlawatan ke luar Australia yang
pertama. "Sayang tak ada undangan bermain di kampus atau di
jalanan, tentu akan lebih menarik," kata O'Sullivan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini