Tari-tarian Flamenco dari Spanyol dipentaskan selama tiga hari di Hyatt Aryaduta, Jakarta, mengisi Festival Spanyol. Sensual dan meriah khas Latin. TARI Flamenco adalah sebuah apresiasi kehidupan. Chari memperkenalkan keindahan itu kepada penonton Indonesia. Dengan sebuah gaun kuning yang memperlihatkan bahunya dan jari-jarinya yang lentik, Rosario Castro Romero- nama lengkap Chari- mempersembahkan nomor Garrotin yang tak hentinya mengundang aplaus dari tamu Gala Fiesta Espanola Jumat pekan lalu. Flamenco Vivo bukanlah satu-satunya kelompok yang didatangkan jauh-jauh dari Spanyol untuk merayakan Fiesta Espanola ( Festival Spanyol) yang diadakan Kedutaan Spanyol di Jakarta dan The Spanish Institute for Foreign Trade ini. Festival ini dimulai dengan pameran lukisan Antonio Blanco, akhir Mei lalu, pertunjukan piano klasik Spanyol (lihat Musik), dan pekan film Spanyol. Festival yang menurut Dubes Spanyol Leopolda Stampa Pineiro, "untuk mempererat hubungan Indonesia-Spanyol" itu berhasil menampilkan suasana khas Latin, semarak, dan bergelegak. Lihatlah tari Flamenco yang dipersembahkan kelompok Flamenco Vivo. Diawali dengan Las Calles de Madrid yang mengalun dari kelompok La Tuna, para undangan seperti diajak menyusuri jalan-jalan di Madrid. Dan sebelum lagu itu selesai, penonton orang-orang Spanyol ikut berkeplok tangan dan tak hentinya berteriak Ole. Seorang wanita berbaju merah hitam ketat yang berdiri dengan dada membusung dan dagu diangkat muncul kemudian. Nomor awal Spanish Caprice ini adalah hasil koreografi Rosario dan Ricardo Castro, dua bersaudara yang memimpin kelompok tari Flamenco Vivo. Seorang lelaki menghampiri wanita itu. Lalu disusul sepasang penari lain. Mereka berpandangan dan meIangkah perlahan-lahan saling mendekati. Tiba-tiba Iagu mengentak. Mereka berderap. Tak henti-hentinya kaki kelima penari mengentak seraya menarikan tangan dengan gemulai. Jika penari perempuan dan lelaki mulai berdekatan, pinggul-pinggul itu bergoyang dengan halus tapi toh sensual. Gerak pinggul ini, menurut Chari, adalah pengaruh dari tari-tarian Arab yang sangat menekankan kekuatan pinggul. "Kesenian Flamenco adalah campuran dari Andalusia (Spanyol Selatan), Arab, dan kaum Gypsy." Tarian yang sudah berusia enam abad ini menjadi tarian klasik Spanyol yang toh selalu terbuka untuk improvisasi dan modifikasi. Dan karena itulah kelompok Flamenco Vivo dikenal sebagai kelompok tari penyegar dan inovatif. Kelompok yang sudah melanglang buana ke Portugal, Amerika Latin, Meksiko, Suriah, Kenya, Angola, Pantai Gading, Kamerun, dan Hong Kong ini didirikan oleh Chari. Ia adalah putri Charo Romero, seorang penari dan koreografer kondang di Spanyol. Toh Chari dan abangnya membuat inovasi-inovasi yang menyegarkan dalam kreasi mereka. "Saya tidak mau memilih penari berdasarkan wajah cantik atau tinggi tubuh yang harus sama seperti halnya berbagai kelompok balet Spanyol. Saya menekankan karakter setiap penari. Flamenco adalah sebuah tarian yang penuh karakter. Ia harus bisa menjadi ekspresi perasaan baik kegembiraan maupun kesedihan." Dan Chari berhasil menunjukkannya. Di dalam nomor Loneliness (Kesendirian), Chari menari bagaikan seekor angsa putih di sebuah danau. Mengenakan gaun putih bersulam hitam dan selendang hitam, Chari menunjukkan ekspresi kesedihan dan nyeri seorang wanita yang hatinya patah. Tidak hanya dengan jari-jari yang lentik dan pinggul yang meliuk, tapi Chari juga berekspresi melalui wajah dan matanya. "Seperti tari Bali yang saya lihat di televisi di Spanyol, Flamenco pun berekspresi melalui wajah," katanya kepada TEMPO. Diiringi suara Antonio Cortes Carmona yang melengking dan petikan gitar J. Torres, Loneliness menjadi sebuah tari Flamenco populer yang berhasil mencuatkan karakter khas Latin yang ekspresif. Beberapa nomor lain, seperti Dancing Sevillinas yang mengenakan baju berwarna-warni dan bermusik jenaka atau Tangos Rumba, adalah nomor-nomor dengan gerakan yang tak seanggun Loneliness. Kekuatan kedua kreasi ini adalah tekanan pada derap kaki dan tangan yang ritmenya harus seirama. Dan derap yang membuat sebagian penari kecuali Chari si primadona- agak ngos-ngosan itu, konon, bisa membuat berat badan para penari turun satu kilogram setiap habis pertunjukan. Tari-tarian meriah macam inilah yang disambut penonton Indonesia dengan keplok dan suit-suitan. Padahal, kreasi ibunda Charo Romero yang berjudul Garrotin adalah tarian yang paling sensual. Sesungguhnya, Garrotin adalah sebuah nomor solo yang dipersembahkan Charil, tapi penari lain di pinggir panggung ikut bertepuk dan berderap setiap kali musik mulai menggelegak. Tampaknya, Chari dan kawan-kawannya berhasil menjadikan Flamenco primadona festival. Bueno! Leila S. Chudori
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini