Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Keluarga Cemara hadir dalam format baru, yaitu teater musik.
Kisah karya Arswendo Atmowiloto ini populer di televisi pada 1990-an sebelum diangkat jadi film layar lebar pada 2019 dan 2022.
Drama musikal Keluarga Cemara digelar di Ciputra Artpreneur pada 21 Juni sampai 14 Juli 2024.
ABAH menyatakan cinta kepada Emak. Sebuah cerita mundur sebelum pasangan itu menikah. Kisah itu menjadi bumbu baru dalam Keluarga Cemara versi teater musik yang akan digelar pada Juni mendatang di Ciputra Artpreneur, Jakarta Selatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pembuka cerita ini sedikit berbeda dari rujukannya, Keluarga Cemara versi layar lebar karya Yandy Laurens yang tayang pada 2019. Dalam versi film, keluarga itu langsung hadir dengan formasi lengkap, yaitu Abah, Emak, Euis, dan Ara. "Banyak fan berat Keluarga Cemara dari generasi ke generasi. Semoga ini menjadi pengalaman baru," ujar Pasha Prakasa, sutradara pertunjukan itu, saat ditemui seusai penampilan cuplikan Panggung Musikal Keluarga Cemara di Ciputra Artpreneur, Rabu, 15 Mei 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seperti namanya, sedari awal penonton diajak larut dalam irama musik yang energetik, tarian yang dinamis, dan permainan akting pemain. Pertunjukan mempertahankan dialek Sunda yang menjadi ciri khas Keluarga Cemara.
Dalam teater musik ini, cerita kelahiran Euis sampai keluarga Abah terusir dari rumah di Jakarta digambarkan dengan baik oleh Pasha dan kawan-kawan. Kisah berlanjut ke kehidupan keluarga kecil itu di rumah peninggalan nenek di Bogor.
Sejumlah penari dan penyanyi melakukan sesi latihan menjelang pementasan drama musikal Keluarga Cemara, Kuningan, Jakarta, 15 Mei 2024. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Sepanjang separuh pertunjukan yang ditampilkan di sesi latihan tersebut, lagu pengiring terus mengalun sesuai dengan adegan. Lagu penutupnya apa lagi kalau bukan Harta Berharga. Tembang lawas ciptaan Harry Tjahjono dan Arswendo Atmowiloto ini bersinonim dengan Keluarga Cemara pada era 1990-an dan dipopulerkan kembali oleh Bunga Citra Lestari sebagai soundtrack Keluarga Cemara versi layar lebar pada 2019.
Ya, Keluarga Cemara memang produk 1990-an. Karya besar Arswendo Atmowiloto ini mengisahkan perjalanan keluarga kecil yang awalnya hidup serba ada di Jakarta, kena tipu, lalu menjalani kehidupan sederhana di desa. Meski mengalami masa-masa sulit, Abah, Emak, Euis, dan Ara selalu menjalani hari-hari dengan penuh cinta serta memegang teguh kejujuran.
Arswendo, meninggal pada 2019, mengatakan ada dua nilai yang selalu dipertahankan dalam Keluarga Cemara, yaitu kejujuran dan rasa syukur. "Mungkin enggak, sih, orang hidup dari kejujuran? Mungkin enggak, sih, jujur tapi bahagia?" katanya dalam wawancara dengan Antara pada 2018.
Keluarga Cemara berangkat dari cerita pendek Arswendo yang diterbitkan di majalah Hai secara berkala. Cerpen itu dibukukan menjadi novel pada 1981 sebelum hadir dalam bentuk serial televisi di TVRI pada 1996. Bintang utamanya Adi Kurdi sebagai Abah dan Novia Kolopaking sebagai Emak. Novia juga mengisi vokal dalam soundtrack Harta Berharga. Keluarga Cemara sangat populer pada masa itu dan bertahan di layar kaca hingga 2005 atau sembilan tahun setelah rilis.
Kisah serupa diangkat ke layar lebar lewat judul yang sama pada awal 2019. Dibintangi Ringgo Agus Rahman dan Nirina Zubir, Keluarga Cemara karya Yandy Laurens tergolong sukses dengan mendatangkan 1,7 juta penonton di bioskop. Film ini juga meraih enam penghargaan dari sebelas nominasi dalam Piala Maya 2019. Sekuelnya, Keluarga Cemara 2, hadir pada 2022 lewat arahan Ismail Basbeth.
Sesi latihan menjelang pementasan drama musikal Keluarga Cemara, Kuningan, Jakarta, 15 Mei 2024. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Menurut Pasha, dalam versi panggung, penonton akan diajak menikmati cerita dengan pengalaman berbeda, yaitu lewat penampilan langsung para pemain dan musik hidup. "Energi seperti ini tidak didapat dari nonton bioskop atau versi series," ujarnya.
Perbedaan lain yang dirasakan Tempo selama menonton cuplikan Panggung Musikal Keluarga Cemara adalah kayanya unsur komedi. Banyak dialog yang mengocok perut. Ini berbeda dari versi film yang lebih sering memancing keharuan. Pasha menyatakan drama musikal ini tidak meninggalkan sisi emosional dan inspiratif seperti versi pendahulunya. Hanya, menu itu lebih banyak dimunculkan di babak-babak lanjutan.
Setiap pertunjukan Panggung Musikal Keluarga Cemara berlangsung 2 jam 30 menit. Mereka dijadwalkan tampil mulai 21 Juni sampai 14 Juli 2024. Rentang waktu penayangan selama lebih dari tiga pekan ini termasuk langka—biasanya pertunjukan drama musikal hanya tampil dalam hitungan hari. Pasha mengatakan masa panggung yang panjang—juga bertepatan dengan masa libur sekolah—itu merupakan salah satu upaya mereka agar pertunjukan musikal lebih dikenal masyarakat Indonesia.
Dengan masa pertunjukan yang panjang, para pemain Panggung Musikal Keluarga Cemara terbagi dalam dua grup. Taufan Purbo, salah satu pemeran Abah, mengaku bangga bisa terlibat dalam pertunjukan yang kisahnya ia ikuti sejak anak-anak ini. Dia mengaku telah membangun chemistry dengan "keluarga panggung" tersebut. "Ini sudah dua pekan kami berlatih," kata pemeran Ken Arok dalam Drama Musikal Ken Dedes pada 2023 ini.
Adapun Andrea Miranda, pemeran Emak, menganggap Keluarga Cemara sebagai kisah ikonik. "Saya lahir pada 1980-an dan sejak kecil cerita ini memang merepresentasikan keluarga harmonis," ujarnya.
Produser eksekutif Panggung Musikal Keluarga Cemara, Anggia Kharisma, mengatakan nilai-nilai dalam cerita Keluarga Cemara bisa menjadi refleksi gambaran keluarga ideal. "Isu di dalamnya tidak lekang oleh waktu dan itulah yang kami alih wahanakan menjadi pertunjukan musikal," ucap Anggia, yang juga produser Keluarga Cemara dan Keluarga Cemara 2.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo