Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Penilaian atas perang kemerdekaan..

Pengarang: a.h. nasution bandung: angkasa, 1977 resensi oleh: r.z. leirissa (bk)

14 Januari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEKITAR PERANG KEMERDEKAAN INDONESIA Oleh: A.H. Nasution Penerbit: Angkasa, Bandung (dua jilid), 1977. SUDAH banyak tulisan-tulisan yang diterbitkan mengenai perang kemerdekaan Indonesia. Ada karya-karya yang menguraikan aspek diplomasinya saja. Ini memang tidak salah. Diplomasi bisa menjadi saluran untuk penyelesaian suatu peperangan, dan dalam perang kemerdekaan kita hal ini memang dilakukan. Selain itu ada pula karya-karya yang hanya menekankan segi pertempuran-pertempurannya saja. Kemudian ada pula karya-karya yang membeberkan beberapa peristiwa politik yang penting dalam masa itu. Berbeda dengan itu semua, karya dari Dr. Nasution mencoba mencari suatu makna pokok dari perang kemerdekaan Indonesia. Sedemikian pentingnya tema pokok tersebut sehingga dalam halaman-halaman pertama dari jilid pertama, penulis melangkah ke dalam metahistoy dengan mengajukan suatu pengandaian. Ini yang sering dikenal dengan nama the if of history, atau kemungkinan lain dari apa yang sesungguhnya telah terjadi. Diperlihatkan bahwa andaikan pada saat-saat pertama setelah proklamasi keseluruhan potensi perjuangan bersenjata bangsa Indonesia dikerahkan untuk menghadapi penjajah, maka mungkin jalannya perang kemerdekaan akan lain. Potensi itu ada, dan merata di segenap lapisan masyarakat, berupa bekas Peta, Heiho, Gyugun, dan lain-lain yang pernah dilatih oleh Jepang untuk maksud-maksud perang mereka. Gejolak Jilid pertama (Agustus-September 1945), yang berjudul "Proklamasi", merupakan penyempurnaan dari karya lainnya dari penulis yang sama (TNI, jilid pertama). Tambahan yang penting adalah bagian yang dinamakan "Gejolak Semangat dan Jiwa 45". Di sini nampak bahwa di seluruh Indonesia muncul aksilesi, pertempuran-pertempuran, dan usaha-usaha melawan Jepang untuk monogakkan sang merah putih yang menjadi lambang kemerdekaan itu. Bukan saja di kota-kota tetapi juga di pelosok-pelosok hal ini terjadi. Malah juga di daerah Indonesia Timur yang dalam bulan-bulan berikutnya dapat direbut kembali oleh pihak Belanda. Jilid kedua (Oktober 1945 - awal 1946) berkisar pada dua hal. Pertama, usaha-usaha pemerintah Syahrir dalam bidang diplomasi dan kedua, kelanjutan dari pertempuran-pertempuran tersebut yang telah meluas melawan Sekutu. Ini pun merupakan bagian yang menarik karena tidak ada daram buku-buku lain yang membahas periode yang sama. Dalam jilid ini kita dapat menyaksikan bahwa pada saat-saat tersebut, belum ada kesepaatan mengenai strategi perjoangan. Apakah yang terbaik adalah diplomasi atau yang lebih menguntungkan adalah bertempur? Judul jilid ini pun mencermjnkan dualisme: "Diplomasi atau Bertempur". Yang menarik dalam jilid kedua adalah kutipan-kutipan verbatem dari dokumen-dokumen otentik yang dikeluarkan pemerintah mengenai politik diplomasinya. Bagian ini bisa melengkapi Java in a Time of Revolution yang ditulis oleh Ben Anderson. Buku yang terakhir ini melukiskan percaturan politik dalam periode yang sama untuk memudahkan diplomasi dongan pihak Belanda. Kemerdekaan Indonesia sudah tentu mempunyai segi-segi negatifnya juga. Salah satunya adalah apa yang dinarnakan "revolusi sosial". Kasus-kasus yang dibahas adalah Aceh, Sumatera Timur, Banten, Jakarta, Bogor, Pekalongan, dan Surakarta. Di dareah-daerah itu ada usaha-usaha dari pelbagai pihak untuk nlenggulingkan pemerintah daerah yang syah. Perlu ditambahkan bahwa sebenarnya proses kejadian-kejadian ini lebih rumit daripada apa yang lisajikan. Ambillah kasus Sumatera Timur. Di sana yang menonjol adalah tokoh-tokoh yang kemudian ternyata adalah anggota-anggota PKI. Merekalah yang menjadi faktor utama dalam pergolakan di sana. Kemudian golongan-golongan politik lainnya turut serta pula. TKR pada saat itu bertindak sebagai juru damai agar pertumpahan darah tidak berlarut-larut. Istilah "Revolusi" Dari segi metodologis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama-tama segi yang positif. Khususnya ke-8 nama yang dicantumkan dalam daftar sumber sebagai orang-orang yang diwawancarai atau yang dimintakan keterangan tertulisnya adalah hal yang menggembirakan. Ini menunjukkan adanya usaha yang serius untuk mengumpulkan fakta-fakta. Kemudian segi negatifnya. Istilah "revolusi" sebaiknya dipakai dengan hati-hati. Dalam peristilahan historiografis istilah ini sedikit banyaknya sudah mempunyai makna yang tertentu. Dipakai dalam sejarah Indonesia istilah ini mendapat warna yang khusus pula, terutama bagi periode perang kemerdekaan. Perlu pula diperhatikan bahwa naskah untuk buku ini ditulis dalam tahun tahun 1952 - 1955,- tatkala penulisnya sedang "bebas-tugas" setelah "peristiwa 17 Oktober 1952". Ini nampak sekali dalam teks, terutama bagian-bagian yang menceritakan masalah-masalah yang belum selesai prosesnya pada waktu penulisan (masalah Irian Jaya umpamanya). Untunglah ada suatu team-ahli yang membantu dengan catatan-catatan bawah yang memberi keterangan pendek. Juga daftar indeks yang baik itu mungkin dibuat oleh team tersebut. Segi lainnya yang menarik adalah "involvement" dari penulis dalam pelbagai peristiwa, terutama di Jawa Barat. Malah penulis menggunakan kata-kata "saya" dan "kami" dalam kalimat-kalimat tertentu. Dengan demikian subyektifitas penulis sangat nampak dalam kisah mengenai peristiwa-peristiwa itu. Buku ini sesungguhnya ditulis untuk kawan-kawan sejawat dari penulisnya. Tetapi tidak ada salahnya bila khalayak ramai juga mempergunakannya. Cara pengupasan yang lancar, dan malah subyektif, membuat buku Ini tidak mombosankan. R.Z. Leirissa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus